Kota Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Zaina Fajriah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(30 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{more citations needed}}{{tentang|kota di Jawa Barat|kabupaten di [[Kalimantan Selatan]]|Kabupaten Banjar|kegunaan lain|Banjar (disambiguasi)}}
{{Coord|7|21|32|S|108|32|11|E|display=title}}
{{Kotak info Dati II Indonesia
Baris 9:
| kodearea = 0265
| translit_lang1_info = {{sund|ᮘᮔ᮪ᮏᮁ}}
| foto = arya.alun.alun.banjar.pataruman.jpg{{multiple image
|border = infobox
| caption = Tugu di tengah alun-alun Banjar
|total_width = 300
|image_style = border:1;
|perrow = 1/2
|image1=arya.alun.alun.banjar.pataruman.jpg
|image2=Banjar Jabar - panoramio.jpg
|image3=Banjar Train Station, inside.JPG
}}
| caption = Dari Atas, Kiri ke kanan: Tugu di tengah alun-alun Banjar, Gerbang Selamat Datang di Kota Banjar, [[Stasiun Banjar]]
| lambang = Seal of the City of Banjar.svg
| bendera = Flag of Banjar City.png
| peta = Map of West Java highlighting Banjar City.svg<!--alt: Locator kota banjar.png-->
| koordinat = <!---- gunakan [[templat:coord]]. biasanya diisi dengan koordinat alun-alun, katedral, pelabuhan, bandara, kantor polisi, kantor bupati, ataupun gedung DPRD ----> {{coord|-7.3766077|108.5423748|display=inline,title}}
Baris 22 ⟶ 31:
| julukan = Gerbangnya Jawa Barat
| motto = Somahna bagja di buana<br/>{{small|{{su icon}} Masyarakatnya bahagia lahir-batin di wilayahnya}}
| nama_walikota = [[Ida Wahida Hidayati]] (Pj.)
| kepala daerah = [[Wali Kota Banjar|Wali Kota]]
| nama_wakil_walikota =
| nama kepala daerah = [[Ade Uu Sukaesih|Hj. Ade Uu Sukaesih]]<ref>{{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2013/12/04/058534647/Istri-Wali-Kota-Banjar-Dilantik-Gantikan-Suami|title=Istri Wali Kota Banjar Dilantik Gantikan Suami|date=2013-12-04|accessdate=2014-06-02|archive-date=2014-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20140605051951/http://www.tempo.co/read/news/2013/12/04/058534647/Istri-Wali-Kota-Banjar-Dilantik-Gantikan-Suami|dead-url=yes|language=id|work=[[Tempo.co]]}}</ref>
| nomor_polisi = Z
| wakil kepala daerah = [[Wakil Wali Kota]]
| nama wakil kepala daerah = Nana Suryana
| nomor_polisi = Z ''xxxx'' X*/Y*/Z*
| kecamatan = 4
| kelurahan = 9
Baris 33 ⟶ 40:
| penduduk = 205579
| penduduktahun = [[2021]]
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependuduakan -|publisher=Dinas KementerianKependudukan Dalamdan NegeriCatatan 2020Sipil|websitelocation=www[[Jakarta]]|accessdate=21 Agustus 2021|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|accessdatedead-url=21 Agustus 2021no}}</ref>
| kepadatan = 1811
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
| agama = [[Islam]] 99,04%<br> [[Kristen]] 0,88%<br>- [[Protestan]] 0,74%<br>- [[Katolik]] 0,14%<br> [[Konghucu]] 0,05%<br> [[Buddha]] 0,01%<br> [[Hindu]] 0,01%<br> Kepercayaan 0,01%<ref name="DUKCAPIL"/>
|99,04% [[Islam]]
| bahasa = [[Bahasa Sunda Ciamis|Sunda Ciamis]]<br> [[Bahasa Jawa Banyumasan|Banyumasan]] <br> [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|{{Tree list}}
| dau = Rp 393.681.442.000,00- ([[2020]])
* 0,88% [[Kekristenan]]
| dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=21 Agustus 2021}}</ref>
** 0,74% [[Protestan]]
| IPM = {{decrease}} 71,70 ([[2020]])<br> {{increase}} 71,75 ([[2019]]) <br> (<span style="background:Yellow;color:#000000">&nbsp;Tinggi&nbsp;</span>)<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia.html|title=Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020|website=www.bps.go.id|accessdate=21 Agustus 2021}}</ref>
** 0,14% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|0,01% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,01% [[Hindu]] |0,75% Lainnya<ref name="DUKCAPIL"/>}}
| bahasa = [[Bahasa Sunda Ciamis|Sunda]]<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| dau = Rp 393.681.442.000,00- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=21 Agustus 2021}}</ref>
| IPM = {{decrease}} 71,70 ([[2020]])<br> {{increase}} 71,75 ([[2019]]) <br> (<span style="background:Yellow;color:#000000">&nbsp;Tinggi&nbsp;</span>)<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia.html|title=Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020|publisher=[[Badan Pusat Staitstik]]|location=[[Jakarta]]|accessdate=21 Agustus 2021|archive-date=2021-01-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20210127193437/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia.html|dead-url=no}}</ref>
| web = {{URL|https://www.banjarkota.go.id/}}
}}
'''Banjar''' (nama lengkapnya '''Banjar Pataruman''' atau '''Banjar Patroman''', [[aksara Sunda]]: {{sund|ᮘᮔ᮪ᮏᮁ}}) adalah kota di [[provinsi]] [[Jawa Barat]], Indonesia. Kota Banjar berlokasi di perbatasan dengan [[Provinsi]] [[Jawa Tengah]], yakni dengan [[Kabupaten Cilacap]] sehingga kota ini sering disebut sebagai "gerbangnya Jawa Barat".<ref>{{Cite news|last=Purwanto|first=Antonius|date=2022-07-12|title=Kota Banjar: Pintu Gerbang Utama Jalur Selatan Jawa Barat|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/kota-banjar-pintu-gerbang-utama-jalur-selatan-jawa-barat/|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]|language=id|access-date=2022-08-28}}</ref> Pada tahun [[2021]], jumlah penduduk kota Banjar sebanyak 205.579 jiwa, dengan kepadatan 1.811 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="DUKCAPIL"/>
 
'''Kota Banjar''' (nama julukannya bernama '''Banjar Patroman''' atau '''Banjar Pataruman''', [[aksara Sunda]]: {{sund|ᮘᮔ᮪ᮏᮁ}}) adalah sebuah kota di [[Provinsi Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Kota Banjar berlokasi di perbatasan dengan [[Provinsi]] [[Jawa Tengah]], yakni dengan [[Kabupaten Cilacap]] sehingga kota ini sering disebut sebagai "gerbangnya Jawa Barat".<ref>{{Cite news|last=Purwanto|first=Antonius|date=2022-07-12|title=Kota Banjar: Pintu Gerbang Utama Jalur Selatan Jawa Barat|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/kota-banjar-pintu-gerbang-utama-jalur-selatan-jawa-barat/|newspaper=[[Harian Kompas]]|location=[[Bandung]]|publisher=[[KG Media]]|url-access=subscription|language=id|access-date=2022-08-28|archive-date=2022-08-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20220815121734/https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/kota-banjar-pintu-gerbang-utama-jalur-selatan-jawa-barat|dead-url=no}}</ref> Pada tahun [[2021]], jumlah penduduk kota Banjar sebanyak 205.579 jiwa, dengan kepadatan 1.811 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="DUKCAPIL"/>
Kota Banjar terbagi dalam 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Banjar, Kecamatan Langensari, kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Purwaharja. Kota Banjar merupakan pintu gerbang utama jalur lintas Selatan Jawa Barat. Oleh karena itu, Banjar menjadi daerah yang cukup penting dalam arus perpindahan barang dan manusia di bagian selatan Pulau Jawa.
 
Kota ini masih tergolong muda dan merupakan daerah otonom baru pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Kota Banjar diresmikan pada 21 Februari 2003 berdsararkan UU nomor 27 tahun 2002. Kota Banjar terbagi dalam 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Banjar, Kecamatan Langensari, kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Purwaharja.
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alun-alun in Bandjar TMnr 60016892.jpg|jmpl|300px|Alun-Alun Kota Banjar pada tahun 1920-an]]
Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa cakrawala baru dalam sistem politik dan pemerintahan yang selama 32 tahun tidak berubah bahkan cenderung bersifat stagnan. Karena itu perubahan yang terjadi saat ini dipandang sebagai suatu langkah baru menuju terciptanya Indonesia baru di masa depan dengan dasar-dasar efisiensi dan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah.
 
Kota Banjar merupakan pintu gerbang utama lintas selatan [[Jawa|Pulau Jawa]], menghubungkan [[Kota Bandung|Bandung]] dengan [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Oleh karena itu, Banjar menjadi daerah yang cukup penting dalam arus perpindahan barang dan manusia di bagian selatan Pulau Jawa.
Banjar sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Ciamis, pada tahun 1991 menjadi kota administratif. Statusnya kemudian meningkat lagi menjadi kota ketika RUU Pemerintahan Kota Banjar disetujui menjadi UU di DPR pada tanggal 12 November 2002. Untuk mencapai status kota tersebut memerlukan waktu yang cukup lama, proses berbelit-belit, dan melalui perjalanan panjang dari tokoh-tokoh masyarakat Banjar.
 
== Sejarah ==
Ada dua alasan besar yang menjadi latar belakang mengapa Banjar ingin memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis dan membangun kotanya menjadi kota mandiri;
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alun-alun in Bandjar TMnr 60016892.jpg|jmpl|300px|Alun-Alun Kota Banjar pada tahun 1920-an]]{{Tambah kutipan|date=Desember 2023}}
* Pertama, berdasarkan amanat konstitusi, bahwa sesuai dengan Undang-undang No.22 tahun 1999 yang memberi kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan pada desentralisasi. Status kabupaten dan kota tidak lagi sebagai wilayah administratif tetapi hanya sebagai daerah otonom dengan kewenangan yang besar untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Disebutkan dalam buku Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin HM (2013) disebutkan sejarah Kota Banjar berawal dari berdirinya [[Kerajaan Kertabumi]]. Kerajaan Kertabumi diperkirakan berdiri tahun 1625 dengan raja pertamanya Singaperbaya dan dilanjutkan oleh anaknya Singaperbaya II atau dikenal dengan Dalem Tambakbaya.
* Kedua, alasan sosiologis dan sejarah, bahwa orang Banjar merasa bukan orang Ciamis dalam budaya. Mereka lebih lugas, dinamis, dan terbuka bahkan cenderung keras, berbeda dengan orang Ciamis yang berkarakter lembut. Dari segi sejarah orang Banjar merasa berbeda dengan Ciamis, karena sebelumnya Banjar masuk dalam wilayah Kerajaan Sukapura, sementara Ciamis masuk wilayah Kerajaan Galuh. Masalah sejarah ini sering kali dijadikan pembenaran sebagai dasar memisahkan diri dari Ciamis.
 
Diperkirakan lokasi pusat pemerintahan Kerajaan Kertabumi ini berada di daerah Banjar Kolot, Kecamatan Banjar. Sebelum berdirinya Kerajaan Kertabumi, wilayah Banjar merupakan hutan tarum atau nila yang banyak digunakan untuk pewarna kain.
<!-- Bagian ini bersumber dari Blog, dan tanpa melakukan penyuntingan yang benar, sehingga perlu dikaji kebenarannya
 
Hutan tarum tersebut berada di pinggir [[Ci Tanduy|Sungai Citanduy]], yang hingga saat ini masih eksis di Kota Banjar. Sedangkan nama Banjar berarti tempat dan Patroman atau Pataruman merupakan hutan tarum. Pada tahun 1641, pusat pemerintahan kerajaan Kertabumi dipindahkan dari Banjar ke Bojonglopang, Cisaga Kabupaten Ciamis saat kerajaan dipimpin oleh Dalem Pager Gunung.
=== Catatan Masa Lalu Kota Banjar<ref>{{Cite web|title=Catatan Masa Lalu Kota Banjar Sebuah Kota di Jawa Barat yang berupaya untuk menjadi kota mandiri|url=https://bpsnt-bandung.blogspot.com/2009/09/catatan-masa-lalu-kota-banjar-sebuah.html#:~:text=Kota%20Banjar%20adalah%20salah%20satu,%2C%20dan%20Kecama%2Dtan%20Purwaharja.}}</ref> ===
Dalam buku Yuganing Raja Kawasa, di sebutkan bahwa pa-da tahun 612 M, Prabu Wreti-kandayun putra Prabu Kandiawan dari Kerajaan Kendan mendirikan negara Galuh. Pusat kota ditetapkan di daerah Karangkamulyan sekarang, di bentengi oleh dua sungai besar, yaitu Cimuntur dan Citanduy. Citanduy yang sekarang melintasi Banjar merupakan satu-satunya alat transportasi, saat itu untuk lintasan kapal-kapal kecil yang akan berdagang ke kerajaan Galuh. Pada saat itu dibuka pula sebuah bandar untuk tempat tinggal para Saudagar dari berbagai negara yang hendak berdagang di Negara Galuh. Wi-layah yang dijadikan bandar ini memiliki banyak pohon tarum, sehingga bandar ini dikenal dengan nama Bandar Tarum, selanjutnya berkembang menjadi Banjar Tarum, dan akhirnya Banjar Patroman.
 
Di era kolonial [[Hindia Belanda]], wilayah Banjar bersama dengan Kawasen, Pamotan, Pangandaran, dan Cijulang masuk ke wilayah Galuh Imbadanegara dengan Bupati Galuh Imbadanegara [[Raden Aria Panji Jayanagara]] dengan pusat pemerintahan di Imbadanegara Ciamis.
Kerajaan Sunda Pajajaran runtuh pada tahun 1579 karena adanya pengaruh agama Islam. Tetapi keberadaan wilayah Banjar yang merupakan bagian dari Kerajaan Galuh semakin ramai oleh para pendatang, bahkan dijadikan tempat untuk berdagang dan berkumpulnya para ulama. Ketika Kerajaan Sunda Pajajaran hancur, Kerajaan Galuh tampil menjadi kerajaan yang berdiri sendiri. Keadaan ini berlangsung terus hingga tahun 1595 atau hingga Kerajaan Galuh dikuasai oleh Mataram, di bawah Sutawijaya atau Panembahan Senopati (1586-1601). Waktu itu Banjar masuk wilayah Kabupatian Kawasen yang ada di bawah kekuasaan Mataram. Keberadaan wilayah Banjar sebagai bagian Kerajaan Galuh setidaknya berlangsung hingga tahun 1641. Memasuki awal abad ke-19, wilayah Banjar ter-masuk salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Sukapura. Keberadaan Banjar sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Sukapura berlangsung hingga tahun 1938.
 
Kemudian di tahun 1815, saat Jawa dikuasai Inggris yang dipegang oleh Gubernur Jenderal [[Thomas Stamford Raffles|Sir Thomas Stamford Bingley Raffles]], Banjar dimasukkan ke dalam wilayah Sukapura atau Tasikmalaya bersama wilayah di Ciamis bagian Selatan.<ref>{{Cite web|last=Purwanto|first=Antonius|date=2022-07-12|title=Kota Banjar: Pintu Gerbang Utama Jalur Selatan Jawa Barat|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/kota-banjar-pintu-gerbang-utama-jalur-selatan-jawa-barat/|website=Kompaspedia|language=id|access-date=2022-12-14|archive-date=2023-02-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20230212074117/https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/kota-banjar-pintu-gerbang-utama-jalur-selatan-jawa-barat|dead-url=no}}</ref>
Sebagai sebuah wilayah administratif bisa dipastikan bahwa status wilayah administratif yang pertama kali disandang Banjar adalah Desa. Keberadaan Banjar sebagai sebuah desa tampaknya telah berlangsung sejak sebelum abad ke-19. Memasuki abad ke-19 atau setidaknya sejak tahun 1860, status wilayah administratif Banjar tidak hanya sebagai sebuah desa tetapi juga telah meningkat menjadi sebuah distrik atau kawedanaan.
 
Kemudian pada tahun 1936, Banjar masuk kembali ke wilayah Ciamis pada masa Bupati[[Raden Tumenggung Sunarya]]. Pada masa penjajahan, Banjar tumbuh menjadi pusat kegiatan masyarakat. Letaknya yang strategis menjadikan kota ini sebagai daerah transit antara wilayah Jawa Tengah dengan Ciamis bagian selatan.
Pada masa Kerajaan Mata-ram terjadi dua kali reorganisasi di wilayah Priangan. Pertama, berlangsung dari tahun 1641 hingga 1645, pada masa peme-rintahan Sultan Agung (16013-1645). Kedua dari tahun 1645 hingga tahun 1677, pada masa pemerintahan Sunan Amangku-rat I (1645-1677).
 
Hingga pada tahun 1941 pemerintah Hindia Belanda menjadikan Banjar sebagai wilayah [[kewedanaan]] yang meliputi Kecamatan Banjar, Kecamatan Cisaga, Kecamatan Rancah, dan Kecamatan Cimaragas. Setelah lama menjadi wilayah kewedanaan, pemerintah melalui PP 54 tahun 1991 mengubah status Banjar menjadi kota administratif yang diperkuat juga dengan SK Mendagri Nomor 813.221.23-137 tanggal 18 Januari 1992.
Reorganisasi pertama dila-kukan setelah Sultan Agung mengalami kegagalan dalam melakukan penyerbuan ke Bata-via. Dengan kegagalannya itu, maka ia melakukan perombakan wilayah dengan cara pembagian wilayah di daerah Priangan se-bagai upaya persiapan untuk melakukan penyerangan kem-bali ke Batavia. Wilayah kekua-saan Mataram di bagi menjadi dua, yaitu Sumedang dan Galuh:
 
Statusnya kemudian meningkat lagi menjadi kota ketika RUU Pemerintahan Kota Banjar disetujui menjadi UU di DPR pada tanggal 12 November 2002. Barulah pada tanggal 21 Februari 2003 Banjar memisahkan diri dari [[Kabupaten Ciamis]] dan menjadi daerah otonom baru.
a. Sumedang dibagi menjadi
 
Kabupaten Sumedang dengan bupati, Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata II (Rangga Gempol II), merangkap sebagai Bupati Wedana Priangan.
 
Kabupaten Bandung, dengan bupati, Tumenggung Wirangun-angun.
 
Kabupaten Parakan Muncang, dengan bupati, Tumenggung Tanubaya.
 
Kabupaten Sukapura, dengan bupati, Tumenggung Wiradadaha.
 
b. Galuh dibagi menjadi
 
Kabupaten Kawasen
 
Kabupaten Utama
 
Kabupaten Bojong
 
Lopang (Kertabumi),
 
Kabupaten Imbanagara
 
Reorganisasi Priangan ke-dua, wilayah Priangan dibagi dalam 9 ajeg, yaitu setingkat kabu-paten, yaitu :
 
1. Kabupaten Sumedang,
 
2. Kabupaten Bandung,
 
3. Kabupaten Parakanmuncang,
 
4. Kabupaten Sukapura,
 
5. Kabupaten Karawang,
 
6. Kabupaten Imbanagara,
 
7. Kabupaten Kawasen,
 
8. Kabupaten Wirajaba (Galuh),
 
9. Kabupaten Sekace (Galung-gung atau Sindangkasih)
 
Dalam buku “Priangan” kara-ngan DR. F. Dehaan yang merupakan kumpulan laporan perjalanan para pejabat pemerintah Belanda, menyebutkan tentang laporan Yacob Couper mengenai daftar desa-desa pada tahun 1686. Laporan tersebut menguraikan bahwa Kabupaten Kawasen yang berdiri tahun 1633 merupakan sebuah kabupaten yang memiliki wilayah cukup luas, meliputi :
 
Sebelah Timur sampai Laut Pamotan/Kalipucang
 
Sebelah Selatan sampai beberapa Km dari Ciamis memanjang dari sungai Citan-duy hingga Surupan
 
Sebelah Barat sampai wilayah Banjar, Janggala, Bo-jonglopang
 
Sebelah Utara sampai Walahir, Cinangsi dan Cisero
 
Menurut Drs. Saleh Danasasmita dalam bukunya berjudul “Geografi Budaya dan Pembangunan di wilayah Jawa Barat”, pada tahun 1655 Sunan Amangkurat I memerintahkan Ki Puspawangsa untuk melakukan pendataan penduduk. Hasilnya adalah sebagai berikut :
 
Kab. Bandung : 1000 Jiwa
 
Kab. Parakan Muncang : 1000 Jiwa
 
Kab. Sukapura : 1000 Jiwa
 
Kab. Sumedang : 1000 Jiwa
 
Kab. Imbanagara : 800 Jiwa
 
Kab. Kawasen : 700 Jiwa
 
Kab. Kertabumi : 1100 Jiwa
 
Kab. Jampang : 1000 Jiwa
 
Kab. Cianjur + Kab. Cibala-gung : 1100 Jiwa
 
Kab. Tanjungpura : 800 Jiwa
 
Dari hasil pendataan tersebut terbukti Kabupaten Kawasen memiliki wilayah cukup luas tetapi jumlah penduduknya hanya sedikit. Bahkan pada tahun 1633 yaitu pada masa pemerintahan Bupati Bagus Sutapura yang bergelar Tumenggung Sutanangga, jumlah penduduknya hanya 300 jiwa.
 
Dalam bukunya yang berjudul “Pustaka I Bumi Limbangan Dong” Bayu Suryaningrat menu-liskan bahwa pada tanggal 15 Nopember 1684 terjadi pertemuan para Bupati Priangan di Benteng Beschreming Cirebon. Pada pertemuan itu dilakukan suatu pendataan mengenai jumlah penduduk masing-masing kabupaten, hasilnya adalah sebagai berikut :
 
Kab. Sumedang : 1150 Umpi
 
Kab. Timbanganten : 1125 Umpi
 
Kab. Sukapura : 1125 Umpi
 
Kab. Parakanmuncang : 1076 Umpi
 
Kedaleman Imbanegara : 708 Umpi
 
Kedaleman Kawasen : 605 Umpi
 
Para Kuwu Bojong Lopang
 
Masing-masing : 20 Umpi
 
Perubahan kembali terjadi pada saat pemerintah Hindia Belanda mulai menguasai wila-yah Kabupaten Kawasen, terutama masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Daendels. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan disegala bidang terutama bidang pajak dan pemerintahan sehingga menimbulkan keresahan para Bupati di wilayah Priangan. Daendels banyak melakukan penggantian bupati dengan memilih bupati baru pilihannya, bukan lagi atas dasar garis keturunan. Demikian juga dalam membubarkan sebuah kabupaten, ia melakukannya atas dasar suka dan tidak suka, ia membubarkan Kabupaten Sukapura, Limbangan, dan sebagainya. Kabupaten Kawa-sen dibubarkan oleh pemerin-tahan Daendels pada tanggal 10 Juni 1810. Wilayah ini meliputi beberapa Kacutakan / Kawedanaan :
 
Kacutakan/Kawedanaan Banjar Patroman
 
Kacutakan/Kawedanaan Kalipucang
 
Kacutakan/Kawedanaan Kawasen
 
Kacutakan/Kawedanaan Cikambulan
 
Kacutakan/Kawedanaan Parigi
 
c. Kacutakan / Kawedanaan Ciwaru Cijulang
 
Akibat tindakan Daendels, kacutakan-kacutakan yang ada di bawah Kabupaten Kawasen oleh pemerintah Hindia Belanda digabungkan dengan Kabupaten Sumedang. Dengan demikian, artinya Banjar pernah menginduk pada Kabupaten Sumedang, sedangkan Kacutakan - kacuta-kan kacutakan yang berada di bawah Kabupaten Galuh diga-bungkan dengan Cirebon.
 
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Den Bosch, Kabupaten Sukapura kembali berdiri, wilayah kekua-saannya mulai dari Banjar sampai Cijulang. Sebagai pusat kota Kabupaten Sukapura adalah Pasir Panjang, Bupatinya dijabat oleh Raden Tumenggung Wira-dadaha VIII dan Patihnya adalah Danuningrat. Saat itu wilayah Kabupaten Sukapura yang se-mula terdiri atas 8 distrik yaitu : Distrik Mangunreja (Panyeredan), Taraju, Sukaraja, Parung, Karang, Cikajang, Batuwangi dan Nagara (Pamengpeuk) men-jadi 21 distrik karena mendapat tambahan 8 distrik dari Galuh dan 5 distrik dari Sumedang, 8 Distrik gabungan dari Galuh adalah : Distrik Pangandaran, Pasir Panjang, Banjar, Kawasen, Kalipucang, Parigi, Cijulang, dan Mandala. Sedangkan gabungan 5 distrik dari Sumedang meliputi: Distrik Malangbong, Ciawi, Indihiang, Singaparna, dan Tasik-malaya. Daerah luas itu disebut daerah Galunggung.
 
Tetapi karena wilayah kekuasaannya terlalu luas, pada tahun 1821 daerah Sukapura/Galunggung di pecah menjadi tiga bagian (afdeeling) yaitu :
 
Afdeeling Sukapura Kolot, dengan luas wilayah 276.683 Ha diperintah oleh Patih dan Asisten Residen. Dibagi dalam 2 (dua) kekontroliran yaitu Mangunreja dan Cikajang yang meliputi 8 distrik dengan ibu kotanya Mangunrejo. 5 distrik di Mangunreja terdiri Distrik Panyeredan (ibukota Mangunrejo), Karang (ibukota Parakanhonje), Sukaraja, Taraju (ibukota Deudeul), dan Parung (ibukota Cibatu). 3 distrik di Cikajang yaitu : Batuwangi (Ibukota Banjarwa-ngi), Kandangwesi (Ibu kota Pakenjeng), dan Nagara (ibu-kota Pameungpeuk). Batas sebelah Utara Afdeeling Ta-sikmalaya, Limbangan dan Cicalengka, sebelah Timur Afdeeling Sukapura yang di-pindahkan oleh Ciwulan, sebelah Selatan Samudra Hindia, sebelah Barat Afdeeling Cianjur. Ibukota Mangunrejo terletak di pinggir Sungai Ciwulan, merupakan kota resik berpenduduk 2.539 orang, di-antaranya Eropa 9 orang, Cina 25 orang.
 
Afdeeling Sukapura, dengan luas wilayah 260.312.13 Ha, diperintah langsung oleh Bupati Wiradadaha VIII. Dibagi dua kekontroliran yaitu Ma-nonjaya dan Parigi yang me-liputi 8 distrik. 3 distrik di Manonjaya, yaitu Pasirpanjang (ibukota Manonjaya), Banjar, dan Kawasen (ibukota Banjarsari). 5 distrik di Parigi, yaitu : Parigi, Cijulang, Mandala (ibukota Cilegi), Ci-kambulan, dan Kalipucang. Batas sebelah Utara, Keresidenan Cirebon, sebelah Timur Keresidenan Banyumas, dipisahkan oleh sungai Citanduy yang dapat dilayari sejak Banjar. Sebelah Selatan dengan Samudra Hindia, sebelah Barat Afdeeling Sukapura Kolot dan Afdeeling Tasikmalaya. Ibukota Manonjaya berpenduduk pribumi 4,687 orang, Cina 22 orang, dan Timur Asing 6 orang.
 
Afdeeling Tasikmalaya, de-ngan luas wilayah 98.786 Ha diperintah oleh Patih Lurah, dan Asisten Residen. Dibagi dua kekontroliran, yaitu Tasikmalaya dan Ciamis de-ngan ibukota Tasikmalaya, yang meliputi 5 distrik. Tasikmalaya meliputi 2 (dua) distrik, ialah Distrik Tasikmalaya dan Singaparna. Ciawi meliputi 3 distrik, ialah Distrik Ciawi, Indihiang, dan Malangbong. Batas sebelah utara Lereng Cakrabuana, sebelah Timur Citanduy, sebelah Selatan Ciwulan, sebelah Barat Limbangan. Ibukota Tasikmalaya berpenduduk Pribumi 5.731, Eropa 94 orang, dan Cina 371 orang.
 
Setelah pembagian wilayah tersebut, tempat kedudukan Bupati Sukapura mengalami perpindahan, sesuai dengan daerah yang diperintahnya secara langsung, yaitu Sukaraja (Leuwiloa). Pada tahun 1832, Bupati Wiradadaha VIII memindahkan ibukota Sukaraja ke Harjawinangun, Manonjaya sekarang. Sebelum selesai pembangunan, untuk sementara ibukota bertempat di Distrik Pasirpanjang. Belum diketahui sejak kapan perubahan Harjawinangun men-jadi Manonjaya, sedangkan yang meresmikan Manonjaya sebagai ibukota kabupaten adalah Patih Raden Tumenggung Danuning-rat. Tetapi pemindahan ibukota sendiri baru dilaksanakan 2 ta-hun kemudian, yaitu tahun 1934 setelah pembangunan ibukota selesai.
 
Pemindahan ibukota Kabupaten Sukapura ke Manonjaya disebabkan oleh alasan-alasan sebagai Berikut :
 
1. Setelah diadakan pembagian wilayah Kabupaten Sukapura menjadi 3 bagian, Bupati Wiradadaha VIII memerintah secara langsung di Distrik-distrik Pasirpanjang, Banjar, Kawasen. Parigi, Cijulang, Mandala, dan Kalipucang. Daerah-daerah tersebut lokasinya berada di sebelah Timur Kota Sukaraja, maka jalannya roda pemerintahan akan mengalami kesulitan. Hal ini tentu saja akan menyusahkan bupati dalam mengawasi dan mengontrol da-erah-daerah tersebut.
 
2. Pada saat itu sedang ber-kecamuk perang Diponegoro di Jawa Tengah (1815-1839). Untuk menjaga agar pengaruhnya tidak mengimbas ke wilayah Jawa Barat, maka Belanda memperkuat pertahanan di sepanjang daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
 
Dalam menghadapi situasi itu keadaan masyarakat yang aman dan tertib serta pengawasan yang ketat pada daerah-daerah perbatasan sangat diperlukan. Bupati Wiradadaha VIII sebagai penguasa daerah perbatasan ha-rus mengawasi daerahnya dengan baik. Untuk itu ibukota kabupaten harus dipindahkan ke sebelah Timur, agar hubungan ke semua daerah kekuasaannya berjalan dengan lancar. Pe-mindahan ibukota Kabupaten Sukapura dari Sukaraja ke Ma-nonjaya dapat dianggap sebagai langkah pembaharuan dari Bu-pati Raden Tumenggung Wira-dadaha VIII dalam menghadapi dan mengatasi perubahan-peru-bahan yang terjadi di wilayahnya.
 
Afdeeling-afdeeling yang ada di Priangan yaitu :
 
a. Afdeeling Cianjur dibagi 8 distrik/Kawedanaan
 
Distrik Maleber
 
Distrik Ciputri
 
Distrik Cibalagung
 
Distrik Cikalong
 
Distrik Bayongbong
 
Distrik Cikondang
 
Distrik Jampang Wetan
 
Distrik Cidamar
 
b. Afdeeling Sukabumi dibagi 7 distrik /kawedanaan
 
Distrik Gunung Parang
 
Distrik Cimahi
 
Distrik Ciheulang
 
Distrik Ciurug
 
Distrik Palabuan
 
Distrik Jampang Tengah
 
Distrik Jampang Kulon
 
c. Afdeeling Bandung, di bagi 9 distrik/kawedanaan
 
Distrik Ujung Berung Kulon
 
Distrik Ujung Berung Wetan
 
Distrik Banjaran
 
Distrik Cisondari
 
Distrik Rongga
 
Distrik Cikolotok
 
Distrik Rajamandala
 
Distrik Cihea
 
Distrik Gandasuli/darang- dan
 
d. Afdeeling Cicalengka, diba-gi 6 distrik/ Kawedanaan
 
Distrik Cicalengka
 
Distrik Timbangan
 
Distrik Cikembulan
 
Distrik Balubur Limba-ngan
 
Distrik Majalaya
 
Distrik Cipeujeuh
 
e. Afdeeling Tasikmalaya, di-bagi 5 distrik/ kawedanaan
 
Distrik Tasikmalaya
 
Distrik Malangbong
 
Distrik Ciawi
 
Distrik Indihiang
 
Distrik Singaparna
 
f. Afdeeling Sumedang, dibagi 6 Distrik/Kawedanaan
 
Distrik Tanjungsari
 
Distrik Sumedang
 
Distrik Cibeureum
 
Distrik Congeang
 
Distrik Darmawangi
 
Distrik Darmaraja
 
g. Afdeeling Limbangan, diba-gi 4 Distrik/ Kawedanaan
 
Distrik Suci
 
Distrik Panembong
 
Distrik Wanaraja
 
Distrik Wanakerta
 
h. Afdeeling Sukapura, dibagi 8 Distrik/Kawedanaan
 
Distrik Pasir Panjang
 
Distrik Banjar
 
Distrik Kawasen
 
Distrik Cijulang
 
Distrik Cikambulan
 
Distrik Parigi
 
Distrik Kalipucang
 
Distrik Mandala
 
i. Afdeeling Sukapura Kolot, dibagi 8 Distrik/ Kawedanaan
 
Distrik Panyeredan
 
Distrik karang
 
Distrik Selacau
 
Distrik Taraju
 
Distrik Batuwangi
 
Distrik Nagara Pameungpeuk
 
Distrik Kandangwesi
 
Distrik Parung
 
Pada tanggal 16 Nopember 1882 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan tentang pembagian wilayah Kabupaten Sukapura yaitu pembagian Residentie Prianger Regenschappen ke dalam distrik dan order distrik. Pembagian tersebut adalah :
 
a. Distrik/Kawedanaan Pasipanjang
 
Onder Distrik Manonjaya
 
Onder Distrik Pamijahan
 
Onder Distrik Cineam
 
b. Distrik/Kawedanaan Banjar
 
Onder Distrik Banjar
 
Onder Distrik Sapuangin
 
Onder Distrik Pamarican
 
c. Distrik/Kawedanaan Kawasen
 
Onder Distrik Cisaar
 
Onder Distrik Sindanghayu
 
Onder Distrik Padaherang
 
d. Distrik/Kawedanaan Kalipucang
 
Onder Distrik Kalipucang
 
Onder Distrik Ciganjeng
 
Onder Distrik Kalapatilu
 
e. Distrik/Kawedanaan Cikambulan
 
Onder Distrik Cikambulan
 
Onder Distrik Bojong
 
f. Distrik/ Kawedanaan Manala
 
1. Onder Distrik Cilegi
 
2. Onder Distrik Cikatomas
 
3. Onder Distrik Linggasari
 
4. Onder Distrik Citambal
 
5. Onder Distrik Kalapagenep
 
g. Distrik / Kawedanaan Parigi
 
Onder Distrik Parigi
 
Onder Distrik Cibubur
 
Onder Distrik Parakan
 
h. Distrik / Kawedanaan Cijulang
 
Onder Distrik Cijulang
 
Onder Distrik Cimindi
 
Onder Distrik Langkap Lancar
 
Onder Distrik Legok Jawa
 
Pada saat pemerintahan di Kabupaten Sukapura dipegang oleh Bupati Raden Tumenggung Wiraadiningrat (1875-1901), ia mendapat surat resmi (offidel) dari Gubernemen yang isinya meminta agar Bupati Sukapura memindahkan ibukota Kabupa-ten ke Kota Tasikmalaya. Akan tetapi, sebelum Bupati Raden Tumenggung Wiraadiningrat melaksanakan tugas tersebut, ia meninggal pada tahun 1901. Sebagai penggantinya adalah Raden Wiratanuwangsa, putra Raden Adipati Wiraadegdaha (1855 -1875), yang memerintah Sukapura sebelum Bupati Raden Tumenggung Wiraadiningrat Wiraadegdaha ini merupakan Bupati Sukapura ke XI dan karena ia diasingkan oleh Gubernemen ke Kota Bogor, maka dikenal dengan sebutan Dalem Bogor. Sebelumnya Rd. Rangga Wiratanuwangsa menjabat Patih Sukapura di Manonjaya. Setelah menjadi bupati, Rd. Rangga Wiratanuwangsa bergelar Rd. Tumenggung Prawira Adiningrat dan merupakan Bupati Sukapura ke XIII.
 
Begitu menduduki jabatan Bupati, Rd. Tumenggung Prawira Adiningrat harus mempersiap-kan perpindahan ibukota Kabu-paten dari Manonjaya ke Tasikmalaya, sesuai perintah Gubernemen. Pelaksanaan pemindahan ibukota dari Manonjaya ke Tasiknalaya tidak sesulit pemindahan ibukota dari Sukaraja ke Manonjaya, selain jaraknya yang tidak terlalu jauh, sekitar 12&nbsp;km, juga banyak fasilitas yang telah tersedia. Kesiapan Tasikmalaya menjadi ibukota kabupaten disebabkan sejak tahun 1821 kota ini telah menjadi tempat tinggal Patih Lulurah dan Asisten Residen Afdeeling Tasikmalaya.
 
Pemerintahan Hindia Belan-da sering kali melakukan perubahan dalam sistem pemerintahan-nya. Hal ini kembali terjadi pada tahun 1900, dengan di keluarkannya peraturan mengenai wilayah keresidenan, kabupaten, distrik, dan onder distrik. Peru-bahan-perubahan ini tentu saja mengakibatkan bubarnya, ber-gabung dan berdirinya peme-rintahan baru. Demikian pula dengan Kabupaten Sukapura, sejak tanggal 1 Oktober 1901, Tasikmalaya resmi menjadi pu-sat kota Kabupaten Sukapura. Sebagai bupati pertama Sukapura yang berkedudukan di Tasikmalaya adalah Rd. Tumenggung Prawira Adi-ningrat. Berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Peme-rintahan Hindia Belanda nomor 327 tahun 1901 maka diatur pembagian distrik dan onder distrik, diantaranya sebagai berikut:
 
a. Distrik Pasir Panjang
 
Onder Distrik Manonjaya
 
Onder Distrik Pamijahan
 
Onder Distrik Cineam
 
Onder Distrik Bengkok
 
b. Distrik Banjar
 
Onder Distrik Pamarican
 
Onder Distrik Cimaragas
 
Onder Distrik Cisaar
 
c. Distrik Padaherang
 
Onder Distrik Padaherang
 
Onder Distrik Banjarsari
 
Onder Distrik Kalipucang
 
Latar belakang keluarnya surat perintah pemindahan ibukota kabupaten itu, tampaknya cenderung berdasarkan faktor ekonomi bagi kepentingan Gubernemen. Ketika itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diangkut ke Batavia untuk diekspor, terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibukota daearah. Tetapi letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil perkebunan yang ada di Galunggung. Sementara itu, Kota Tasikmalaya letaknya sesuai dengan kepentingan tersebut. Letaknya dipinggir jalan besar, sehingga memudahkan pengontrolan dari Gubernemen.
 
Pada waktu pemerintahan Dalem Aria (Rd. Tumenggung Prawira Adiningrat), Bupati per-tama yang berkedudukan di Tasikmalaya, Kabupaten Sukapura mendapat perubahan besar, yaitu :
 
Terjadi perubahan luas wila-yah. Afdeeling Mangunrejo dan Tasikmalaya dihapus- kan Dari Afdeeling Mangun-rejo (Sukapura Kolot) yang masuk Kabupaten Sukapura yaitu, Distrik-distrik Mangunrejo, Taraju, Sukaraja, Karang, dan Parung, sisanya masuk Kabupaten Limbangan. Dari Afdeeling Tasik-malaya yang masuk Kabu-paten Sukapura adalah Distrik-distrik : Ciawi, Indihiang, dan Singaparna. Sedangkan Distrik Malangbong dibagi dua, sebagian masuk Kabupaten Limbangan dan sebagian masuk Kabupaten Sumedang.
 
Pemerintahan langsung diperintahkan oleh Bupati. Selanjutnya beberapa distrik bawahan Sukapura ada yang dihapuskan dan disatu-kan dengan kabupaten lain. Sehingga pada tahun 1910, Kabupaten Sukapura hanya membawahi 14 distrik.
 
Pada tahun 1926, masa pe-merintahan Rd. Adipati Wiratanuningrat (Bupati Sukapura ke XIV) peraturan desentralisasi dan otonomi pemerintahan jajahan Hindia Belanda mulai dilaksanakan. Wilayah Kabupaten Sukapura hanya tinggal 10 distrik lagi. Kesepuluh distrik itu adalah :
 
Distrik Tasikmalaya
 
Distrik Ciawi
 
Distrik Manonjaya
 
Distrik Singaparna
 
Distrik Taraju
 
Distrik Karangnunggal
 
Distrik Cikatomas
 
Distrik Banjar
 
Distrik Pangandaran
 
Distrik Cijulang
 
Tahun 1913 nama Kabupaten Sukapura kemudian diganti menjadi Kabupaten Tasikma-laya, sebagai bupatinya saat itu adalah Rd. Adipati Aria Wira-tanuningrat (1908-1937), peng-ganti Bupati Rd. Adipati Aria Prawira Adining-rat (1901-1908). Bersamaan dengan meninggal-nya Rd. A.A. Wiratanuningrat pada tanggal 5 Mei 1937, maka berakhir pula “jaman Dalem” (Kadaleman). Sebagai penggan-tinya adalah Rd. Tumenggung Wiradiputra, putra Raden Adipati Wirahadiningrat dan merupakan Bupati turunan Sukapura yang ke XV. Sementara itu wilayah Kawasen yang semula Kada-leman, menjadi Distrik, lalu On-der Distrik dan kemudian dibu-barkan. Akhirnya Kawasen ha-nya menjadi desa di daerah Banjarsari, Kabupaten Ciamis.
 
Adapun Distrik Banjar setelah sekian lama menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Sukapura kemudian berubah menjadi Kabupaten Tasikmalaya, pada tanggal 1 Januari 1938 menjadi bagian wilayah Kabupaten Ciamis atas persetujuan Bupati Ciamis, Rd. Tumenggung A. Su-narya, putra Rd. A. Wirahadiningrat, juga merupakan adik Rd. Tumenggung Wiradiputra. Pada tahun 1939 Distrik Cijulang dan Pangandaran juga dipindahkan ke Kabupaten Ciamis. Dengan demikian, di akhir kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda, baik Kabupaten Tasikmalaya maupun Kabupaten Ciamis, masing-masing memiliki 7 buah distrik.
 
Selama Banjar menjadi distrik, setidaknya tercatat ada 14 wedana yang pernah memerintah di Distrik Banjar. Keempat belas wedana tersebut adalah:
 
1. Raden Pradja Didjaja ( 25 Juli 1888-1898)
 
2. Raden Djaja Koesoema (14 September 1898-1902)
 
3. Raden Reksa Atmadja (18 Nopember 1902- 1906)
 
4. Mas Rangga Mintaredja (20 Nopember 1906-1908)
 
5. Raden Natakoesoemah (19 Oktober 1908-1912)
 
6. Raden Atmadibrata (1 Juli 1912-1916)
 
7. Raden Somantaredja ( 9 Mei 1916-1918)
 
8. Mas Kandoeroean Widjaja-sasra (4 September 1918-1922)
 
9. Raden Rangga Soekarma-didjaja (18 Mei 1922-1923)
 
10. Raden Ahmad Tisnakoesoe-ma (17 Desember 1923-1925)
 
11. Raden Prawiradilaga ( 29 Agustus 1925-1927)
 
12. Raden Alibasah (22 Novem-ber 1927-1931)
 
13. Raden Rangga Djajadihardja (29 Juli 1931-1938)
 
14. Mas Kartaatmadja (24 Mei 1938-1942)
 
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, bisa dimengerti mengapa orang Banjar lebih condong memilih berada dalam lingkaran [[Kerajaan Sukapura]]. Karena sejak awal abad ke-19, wilayah Banjar termasuk salah satu bagian dari wilayah [[Kabupaten Sukapura]] hingga tahun 1938. Tepatnya, sejak tanggal 1 Januari 1938 Banjar menjadi bagian [[Kabupaten Ciamis]] atas persetujuan Bupati Ciamis, Raden Tumenggung A. Sunarya.
 
Status wilayah administratif yang pertama kali di sandang Banjar adalah desa. Keberadaan Banjar sebagai sebuah desa tampaknya telah berlangsung sejak sebelum abad ke-19. Memasuki abad ke-19 atau seridaknya sejak tahun 1860, status wilayah administratif Banjar tidak hanya sebagai sebuah desa tetapi juga telah meningkat menjadi sebuah distrik.
-->
=== Banjar dalam sejarah perkembangannya ===
Banjar sejak didirikan sampai sekarang mengalami beberapa kali perubahan status, untuk lebih jelas perkembangannya sebagai berikut :
Baris 532 ⟶ 101:
Semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Banjar Kota Administratif segera ditingkatkan menjadi Pemerintah Kota dimana hal ini pun sejalan dengan tuntutan dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan disisi lain [[Kabupaten Ciamis|Pemerintah Kabupaten Ciamis]] bersama-sama [[Jawa Barat|Pemerintah Provinsi Jawa Barat]] memperhatikan perkembangan tersebut dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
 
Momentum peresmian Kota Banjar yang diikuti pelantikan Penjabat Wali kota Banjar dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan Hari jadi Kota Banjar.<ref>{{Cite web|title=SEJARAH|url=https://banjarkota.go.id/sejarah/|website=Website Resmi Pemerintah Kota Banjar - Jawa Barat|language=id-ID|access-date=2020-08-15|archive-date=2021-04-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20210414035957/https://banjarkota.go.id/sejarah/|dead-url=no}}</ref>
 
== Geografi ==
Kota Banjar memiliki landscapelanskap yang beragam. Bagian utara, selatan dan barat kota merupakan wilayah berbukit-bukit. Kota ini dibelah oleh [[Ci Tanduy|Sungai Citanduy]] dibagiandi bagian tengah. Terdapat pula sebagian kawasan pertanian, terutama dibagiandi bagian pinggiran kota.
 
Zona Pertanianpertanian di Kota Banjar terdiri dari persawahan, perkebunan jati yang dikelola oleh [[Perhutani]] dan hutan hujan tropis biasa. Pada tahun 2006, pembangunan Balai Kota baru dan markas Kepolisian Resort baru di [[Purwaharja, Banjar|Kecamatan Purwaharja]] mengharuskan pemotongan sejumlah bukit dan penggundulan hutan jati.
 
=== Batas Wilayah ===
Baris 587 ⟶ 156:
# MAN 1 Kota Banjar
# MAS DARUL ULUM
# STISIP BINA PUTERA BANJAR{{EndDiv}}
 
== Kesehatan ==
Baris 598 ⟶ 167:
 
==Makanan Khas==
{{Tambah referensi bagian}}
*Renginang Coklat (Rangincok)
*Mi Lidi Khas Banjar
Baris 610 ⟶ 178:
*Kupat Tahu
*Bakso Gawier
 
== Pariwisata ==
[[Berkas:MASJID_AGUNG_BANJAR.JPEG|jmpl|300px|Masjid Agung Banjar]]
Pariwisata Kota Banjar sekarang bertambah dengan dibangunnya Waterpark dan Setu Leutik. Keberadaan dua objek wisata tersebut semakin menambah objek andalan pariwisata Kota Banjar. Waterpark yang berada di Parunglesang dilalui oleh lalu lintas Jalur Selatan Jawa.
 
=== Wisata ===
# Alun-alun
# Taman Kota
# Taman Lansia
# BA (Banjar Atas)
#Situ (Danau) Mustika
#Situ (Danau) Leutik
#Situ (Danau) Bentang
#Waterpark
#Mandalareh
 
=== Wisata Sejarah ===
#Museum Rawa Onom
#Museum Kokoplak
#Terowongan Binangun
#Lembah Pajamben
 
== Referensi ==
{{Commonscat|Banjar (Java)}}
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka===
* {{cite book|author=Zaenuddin H.M.|year=2013|title=Asal Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe|location=Jakarta|publisher=Change|isbn=978-602-1139-30-1|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==