Kota Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Merapihkan infobox
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Herryz (bicara | kontrib)
Replace
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 77:
 
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata ''cirebon'' juga dikarenakan sejak awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon ''(udang kecil)'' di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan ''cai-rebon'' ([[bahasa Sunda]]: air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.<ref>Hariwijaya. M. 2007. Kerajaan - Kerajaan Islam di Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het raadhuis van de gemeente Cheribon TMnr 10015211.jpg|jmpl|250px|kaki|[[Balai Kota Cirebon]] (1927)]]
{{utama|Kesultanan Cirebon}}
 
Menurut Manuskrip ''Purwaka Caruban Nagari'', pada abad 15 di pantai [[Laut Jawa]] ada sebuah desa nelayan kecil bernama [[Muara Jati]]. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah ''Ki Gedeng Alang-Alang'' yang ditunjuk oleh penguasa [[Kerajaan Galuh]] ([[Pajajaran]]). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas [[Islam]] semakin berkembang. ''Ki Gedeng Alang-Alang'' memindahkan tempat permukiman ke tempat permukiman baru di [[Lemahwungkuk, Cirebon|Lemahwungkuk]], 5&nbsp;km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala permukiman baru diangkatlah ''Ki Gedeng Alang-Alang'' dengan gelar Kuwu Cerbon.
 
Pada Perkembangan selanjutnya, ''Pangeran Walangsungsang'', putra [[Prabu Siliwangi]] ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar ''Cakrabumi''. Pangeran inilah yang mendirikan [[Kerajaan Cirebon]], diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh karena itu Raja Galuh mengirimkan utusan ke Cirebon Untuk menanyakan upeti rebon terasi ke Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon berhasil meyakinkan para utusan atas kemerdekaan wilayah cirebon.
 
Dengan demikian berdirilah daerah otonomi baru di Cirebon dengan Pangeran yang menjabat sebagai adipati dengan gelar ''Cakrabuana''. Berdirinya daerah Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan [[Asia Tenggara]].<ref>http://www.cirebonkota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120805080355/http://www.cirebonkota.go.id/ |date=2012-08-05 }} [http://www.cirebonkota.go.id/index.php/profil/sejarah/sejarah-pemerintahan/ Profil Sejarah Pemerintahan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110620164626/http://www.cirebonkota.go.id/index.php/profil/sejarah/sejarah-pemerintahan/ |date=2011-06-20 }}</ref>
 
Kemudian pada tanggal [[7 Januari]] [[1681]] Cirebon secara politik dan ekonomi berada dalam pengawasan pihak [[VOC]], setelah penguasa Cirebon waktu itu menandatangani perjanjian dengan VOC.<ref>[[Universitas Indonesia]], ''Wacana: jurnal ilmu pengetahuan budaya'', Yayasan Obor Indonesia, ISSN 1411-2272</ref>
 
Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 ada tiga perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabang di Cirebon. Pada tahun 1877 Cirebon sudah memiliki pabrik es. Pipa air minum yang menghubungkan sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877.<ref>Lubis, Nina. 2000. Sejarah kota-kota lama di Jawa Barat. Jatinangor: Alqaprint</ref>
 
Pada masa kolonial pemerintah [[Hindia Belanda]], tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi ''Gemeente Cheribon'' dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi ''Kotapraja'' dengan luas 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi ''Kotamadya'' tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.
 
== Etimologi ==
Cirebon dikenal dengan nama ''Kota Udang''<ref>{{cite book |last=Eliot |first=Joshua |authorlink= |coauthors=Capaldi, L., Bickersteth, J., |editor= |others= |title=Indonesia handbook |url= |edition=3 |date=2001 |publisher=Footprint Travel Guides |location= |chapter= |id =ISBN 1-900949-51-2}}</ref> dan ''Kota Wali''. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai ''Caruban Nagari'' (penanda [[gunung Ceremai]])<ref>dikti.go.id/ [http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2167:observasi-di-kota-cirebon-suatu-potensi-pariwisata-dengan-meningkatkan-keberadaan-heritage&catid=159:artikel-kontributor Observasi di Kota Cirebon] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111017210216/http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2167:observasi-di-kota-cirebon-suatu-potensi-pariwisata-dengan-meningkatkan-keberadaan-heritage&catid=159:artikel-kontributor |date=2011-10-17 }}</ref> dan ''Grage'' (Negeri Gede dalam [[bahasa Cirebon]] berarti kerajaan yang luas).<ref>http://www.gragecirebon.wordpress.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160403043956/https://gragecirebon.wordpress.com/ |date=2016-04-03 }} [http://gragecirebon.wordpress.com/2008/05/16/sejarah-cirebon/ Sejarah Cirebon] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140303161657/http://gragecirebon.wordpress.com/2008/05/16/sejarah-cirebon/ |date=2014-03-03 }}</ref> Sebagai daerah pertemuan budaya antara [[Suku Jawa]], [[Suku Sunda]], [[Bangsa Arab]], [[Tiongkok]] dan para pendatang dari Eropa sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata bahasa-bahasa tersebut ke dalam [[bahasa Cirebon]]. Misalkan saja, kata ''Murad'' yang artinya ''bersusun'' (serapan dari bahasa Arab), kata ''taocang'' yang berarti ''kucir'' (serapan dari bahasa etnis Tionghoa), serta kata ''sonder'' yang berarti ''tanpa'' (serapan dari bahasa Belanda),<ref>TD. Sudjana. 2001. Kamus Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press</ref><ref>Salana. 2002. Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press</ref>
 
== Geografi ==
Baris 98 ⟶ 117:
== Panorama Perkotaan ==
[[Berkas:Cirebon Skyline.jpg|pus|jmpl|1000x1000px|Cirebon Skyline | Februari 2014 | Downtown (Pusat Kota)]]
 
== Etimologi ==
Cirebon dikenal dengan nama ''Kota Udang''<ref>{{cite book |last=Eliot |first=Joshua |authorlink= |coauthors=Capaldi, L., Bickersteth, J., |editor= |others= |title=Indonesia handbook |url= |edition=3 |date=2001 |publisher=Footprint Travel Guides |location= |chapter= |id =ISBN 1-900949-51-2}}</ref> dan ''Kota Wali''. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai ''Caruban Nagari'' (penanda [[gunung Ceremai]])<ref>dikti.go.id/ [http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2167:observasi-di-kota-cirebon-suatu-potensi-pariwisata-dengan-meningkatkan-keberadaan-heritage&catid=159:artikel-kontributor Observasi di Kota Cirebon] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111017210216/http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2167:observasi-di-kota-cirebon-suatu-potensi-pariwisata-dengan-meningkatkan-keberadaan-heritage&catid=159:artikel-kontributor |date=2011-10-17 }}</ref> dan ''Grage'' (Negeri Gede dalam [[bahasa Cirebon]] berarti kerajaan yang luas).<ref>http://www.gragecirebon.wordpress.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160403043956/https://gragecirebon.wordpress.com/ |date=2016-04-03 }} [http://gragecirebon.wordpress.com/2008/05/16/sejarah-cirebon/ Sejarah Cirebon] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140303161657/http://gragecirebon.wordpress.com/2008/05/16/sejarah-cirebon/ |date=2014-03-03 }}</ref> Sebagai daerah pertemuan budaya antara [[Suku Jawa]], [[Suku Sunda]], [[Bangsa Arab]], [[Tiongkok]] dan para pendatang dari Eropa sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata bahasa-bahasa tersebut ke dalam [[bahasa Cirebon]]. Misalkan saja, kata ''Murad'' yang artinya ''bersusun'' (serapan dari bahasa Arab), kata ''taocang'' yang berarti ''kucir'' (serapan dari bahasa etnis Tionghoa), serta kata ''sonder'' yang berarti ''tanpa'' (serapan dari bahasa Belanda),<ref>TD. Sudjana. 2001. Kamus Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press</ref><ref>Salana. 2002. Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het raadhuis van de gemeente Cheribon TMnr 10015211.jpg|jmpl|250px|ka|[[Balai Kota Cirebon]] (1927)]]
{{utama|Kesultanan Cirebon}}
 
Menurut Manuskrip ''Purwaka Caruban Nagari'', pada abad 15 di pantai [[Laut Jawa]] ada sebuah desa nelayan kecil bernama [[Muara Jati]]. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah ''Ki Gedeng Alang-Alang'' yang ditunjuk oleh penguasa [[Kerajaan Galuh]] ([[Pajajaran]]). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas [[Islam]] semakin berkembang. ''Ki Gedeng Alang-Alang'' memindahkan tempat permukiman ke tempat permukiman baru di [[Lemahwungkuk, Cirebon|Lemahwungkuk]], 5&nbsp;km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala permukiman baru diangkatlah ''Ki Gedeng Alang-Alang'' dengan gelar Kuwu Cerbon.
 
Pada Perkembangan selanjutnya, ''Pangeran Walangsungsang'', putra [[Prabu Siliwangi]] ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar ''Cakrabumi''. Pangeran inilah yang mendirikan [[Kerajaan Cirebon]], diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh karena itu Raja Galuh mengirimkan utusan ke Cirebon Untuk menanyakan upeti rebon terasi ke Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon berhasil meyakinkan para utusan atas kemerdekaan wilayah cirebon.
 
Dengan demikian berdirilah daerah otonomi baru di Cirebon dengan Pangeran yang menjabat sebagai adipati dengan gelar ''Cakrabuana''. Berdirinya daerah Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan [[Asia Tenggara]].<ref>http://www.cirebonkota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120805080355/http://www.cirebonkota.go.id/ |date=2012-08-05 }} [http://www.cirebonkota.go.id/index.php/profil/sejarah/sejarah-pemerintahan/ Profil Sejarah Pemerintahan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110620164626/http://www.cirebonkota.go.id/index.php/profil/sejarah/sejarah-pemerintahan/ |date=2011-06-20 }}</ref>
 
Kemudian pada tanggal [[7 Januari]] [[1681]] Cirebon secara politik dan ekonomi berada dalam pengawasan pihak [[VOC]], setelah penguasa Cirebon waktu itu menandatangani perjanjian dengan VOC.<ref>[[Universitas Indonesia]], ''Wacana: jurnal ilmu pengetahuan budaya'', Yayasan Obor Indonesia, ISSN 1411-2272</ref>
 
Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 ada tiga perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabang di Cirebon. Pada tahun 1877 Cirebon sudah memiliki pabrik es. Pipa air minum yang menghubungkan sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877.<ref>Lubis, Nina. 2000. Sejarah kota-kota lama di Jawa Barat. Jatinangor: Alqaprint</ref>
 
Pada masa kolonial pemerintah [[Hindia Belanda]], tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi ''Gemeente Cheribon'' dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi ''Kotapraja'' dengan luas 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi ''Kotamadya'' tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.
 
== Pemerintahan ==