Kudeta APRA: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tielumphd (bicara | kontrib)
sementara dibalik
Tag: Pembatalan
Baris 28:
 
== Latar belakang ==
 
ADA dua peristiwa bersejarah selama ­Januari. Pertama, peristiwa ­pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Kota Bandung pada 23 Januari 1950 dan ­Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948.
 
Rabu 23 Januari 2019 adalah peringatan 69 tahun peristiwa APRA. Kapten Raymond Westerling yang menjadi pemimpin aksi APRA, masih menjadi ­perbincangan para pemerhati ­sejarah perang di Indonesia.
 
Dalam catatan umum sejarah Indonesia pula, pemberontakan APRA adalah bentuk penolakan dari sejumlah pihak di Jawa Barat kepada pemerintah Republik Indonesia, setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, 27 Desember 1949.
 
Karena latar belakang tertentu, terjadi aksi pasukan APRA yang merupakan milisi dan tentara bayaran untuk menggulingkan Republik Indonesia Serikat, dengan disebut-sebut atas kepen­tingan sejumlah pihak dari Jawa Barat.[https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01305809/cerita-di-balik-peristiwa-berdarah-pemberontakan-apra]
 
Pada bulan November [[1949]], dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada [[8 Desember]] [[1949]] menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "[[Ratu Adil Persatuan Indonesia]]" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan [[Angkatan Perang Ratu Adil]] (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang melakukan desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, [[Chia Piet Kay]], yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.
Baris 75 ⟶ 67:
 
Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita [[Reuters]] yang pertama melansir pada [[23 Januari]] 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis [[Australia]] dari ''[[Melbourne Sun]]'' memberitakan di halaman muka: "''Suatu krisis dengan skala internasional telah melanda [[Asia Tenggara]]''." Duta Besar Belanda di [[Amerika Serikat]], van Kleffens melaporkan bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia, dan serangan di Bandung dilakukan oleh "''de zwarte hand van Nederland''" (tangan hitam dari Belanda).
 
Meski berlangsung cukup singkat, namun pemberontakan yang dilakukan Westerling membuat banyak anggota TNI gugur dan cukup membuat pemerintah Indonesia terpukul. Kondisi keamanan rakyat juga ikut terancam dan terganggu oleh aksi keji yang dilancarkan Westerling dengan pasukannya.
 
Untuk menumpas pemberontakan APRA di Bandung, pemerintah RIS menekan pimpinan tentara Belanda lewat perundingan dan melakukan operasi militer.
 
Hasil dari perundingan tersebut memutuskan untuk mendesak Westerling segera meninggalkan Bandung. Lantaran gagal melakukan kudeta, reputasi Westerling pun terancam dan dirinya melarikan diri ke Belanda. Di sisi lain, gerakan tersebut mendapat tekanan dari angkatan perang RIS hingga APRA ditumpas dan berhasil dibubarkan pada Februari 1950 [https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210713173018-31-667187/peristiwa-apra-aksi-kudeta-milisi-ratu-adil-gulingkan-ris]
 
== Rujukan ==