Kuil Salib (Hanzi: 十字寺; Pinyin: Shízì sì)[a] adalah bekas tempat ibadah di Fangshan, Beijing. Kuil ini digunakan oleh kaum Buddhis dan Kristen Tiongkok mula-mula pada masa yang berbeda. Kuil ini pada awalnya dibangun sebagai kuil Buddhis. Namun, beberapa ahli berhipotesis bahwa kuil ini pernah digunakan oleh kaum Kristen selama dinasti Tang (618–907). Kuil ini digunakan oleh kaum Buddhis selama dinasti Liao (916–1125) dan oleh kaum Kristen selama dinasti Yuan (1271–1368). Kuil ini kembali digunakan oleh Buddhis selama dinasti Ming (1368–1644), sebelum dijual pada tahun 1911. Kuil ini ditemukan kembali pada tahun 1919, rusak selama Revolusi Kebudayaan, dan ditetapkan kembali sebagai situs dilindungi tingkat nasional pada tahun 2006. Beberapa ahli menilai kuil ini sebagai satu-satunya tempat ibadah Gereja di Timur (juga dikenal sebagai Kekristenan Nestorian) yang ditemukan di Tiongkok.[b]

Kuil Salib
Prasasti dari era Yuan di reruntuhan Kuil Salib. Prasasti lain (kiri) dan beberapa beberapa pekerjaan dasar yang tersebar (kanan) dapat terlihat di latar belakang.
JenisSitus religius Buddhis dan Kristen Nestorian yang ditinggalkan
LetakGunung Sanpen Utara, Desa Chechang, Zhoukoudian, Distrik Fangshan, Beijing
DibangunSebagai kuil Buddhis, kemungkinan pada tahun 317
Dibangun lagi639, c. 960, 1365, 1535

Sekarang, di situs tersebut terdapat dua prasasti kuno, serta pekerjaan dasar dan dasar dari beberapa pilar. Kedua prasasti tersebut berasal dari dinasti Liao dan Yuan, tetapi inskripsi mereka dirusak pada era dinasti Ming. Selama awal abad ke-20, dua balok batu terukir dengan salib dan pola lainnya juga ditemukan di situs tersebut, dengan salah satu dari mereka juga memiliki inskripsi dalam bahasa Siria. Balok-balok tersebut sekarang ditampilkan di Museum Nanjing.

Sejarah

Sejarah awal: Pemakaian oleh umat Buddha

Menurut prasasti dinasti Liao (916–1125) di situs kuil tersebut, seorang biksu Buddha bernama Huijin (惠靜) mulai membangun kuil pada tahun 317—tahun pertama masa kekuasaan Kaisar Yuan, pendiri dinasti Jin Timur (317–420).[6] Pada 639, pada masa dinasti Tang (618–907), seorang biksu bernama Yiduan (義端) merombak kuil tersebut.[6] Cendekiawan Wang Xiaojing menyatakan bahwa penulis prasasti Liao mengalami kekeliruan, dan kuil yang sebenarnya dibangun pada masa dinasti Jin Akhir (936–947).[7] Nama biara pada zaman Jin dan Tang tak diketahui.[8]

Konteks Kekristenan Tiongkok awal

Setelah Konsili Efesus pada 431 menentang Nestorius, patriark Konstantinopel, para pengikutnya datang ke Kekaisaran Sasaniyah dan bergabung dengan Gereja dari Timur. Gereja dari Timur kemudian mengirim para misionaris ke Asia Tengah, Arabia, dan India, dan mendirikan keuskupan metropolitan di sepanjang kota-kota penting Jalur Sutra yang berujung di Tiongkok. Pada 635, biarawan Kristen Alopen mencapai Chang'an (kini Xi'an), ibukota Tang. Menurut cendekiawan Nicolas Standaert, komunitas Kristen Nestorian "relatif banyak" pada masa dinasti Tang, terutama di kota-kota dengan banyak perdagangan asing, namun komunitas tersebut "mungkin tak terlalu penting".[9] Pada 845, Kaisar Wuzong dari Tang memicu penindasan Anti-Buddha Besar. Meskipun kaisar utamanya berniat untuk menindas agama Buddha, ia memerintahkan seluruh agama asing, termasuk Kristen Nestorian, kembali ke kehidupan awam. Pada sekitaran masa yang sama, Tang kehilangan kendali atas wilayah Tiongkok barat laut saat ini dan rute antara Tiongkok dan Asia Tengah terhambat. Walau agama Buddha pulih dari penindasan tersebut, gereja dari Timur di Tiongkok lenyap dari Tiongkok bersama dengan kebanyakan agama asing lainnya.[10]

Salah satu sumber primer Kristen Nestorian pada masa dinasti Tang adalah Prasasti Xi'an. Prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 781 dengan sebuah ukiran yang ditulis oleh biarawan Nestorian Adam. Prasasti tersebut berisi penjelasan dogma, sejarah Gereja dari Timur di Tiongkok dari 635 sampai 781, berbagai pujian, dan daftar anggota rohaniwan di Tiongkok. Prasasti tersebut ditemukan di dekat Xi'an pada 1620-an.[11]

Kristen Nestorian Asia Tengah pindah ke Tiongkok utara pada abad ke-12 dan ke-13, walau mereka tak nampak berkaitan dengan Kristen Nestorian pada masa dinasti Tang. Pada awal abad ke-13, kala bangsa Mongol merebut Tiongkok utara, beberapa Kristen Nestorian memegang jabatan pemerintahan. Pada masa yang sama, Gereja dari Timur juga mendirikan provinsi-provinsi metropolitan yang baru di sepanjang rute dagang menuju Tiongkok.[12] Dinasti Yuan yang dikuasai oleh Mongol (1271–1368) menempatkan gereja-gereja dan hierarki Nestorian di bawah kepengurusan pemerintahnya: jabatan Chongfu Si (崇福司; 'Pemerintahan Pemberkatan Kehormatan') didirikan pada 1289 untuk menaungi rohaniwan dan praktek Nestorian, dan administrator pertamanya adalah seorang Nestorian Arab bernama Isa.[13] Kekristenan di Tiongkok menurun lagi setelah kejatuhan dinasti Yuan.[14] Kala kalangan bangsawan, orang asing yang berpindah agama dan pedagang asing Mongol diusir dari Tiongkok, para misionaris Nestorian nampaknya pergi bersama mereka. Catatan dinasti Ming pada masa berikutnya (1368–1644) tak menyebut para keturunan Kristen Yuan.[15] Menurut cendekiawan Qiu Shusen, kebanyakan Nestorian era Yuan adalah orang Asia Tengah kasta Semu, yang kemudian berasimilasi dalam budaya Han dominan pada zaman Ming dan tak lagi menerapkan agama-agama barat mereka. Ini secara mutlak berujung pada kelenyapan Kristen Nestorian di Tiongkok.[16]

Dinasti Tang: Kemungkinan pemakaian oleh umat Kristen

Beberapa cendekiawan menyatakan bahwa Kuil Salib dipakai oleh Gereja dari Timur di Tiongkok pada zaman dinasti Tang (618–907). Cendekiawan Jepang P. Y. Saeki berpendapat bahwa orang-orang percaya kabur dari ibukota Tang, Chang'an (kini Xi'an) ke Youzhou dan Liaodong[c] pada saat penindasan Huichang abad ke-9 mulai memakai kuil tersebut.[17] Tang Xiaofeng menekankan ukiran pada prasasti Liao sebagai indikasi bahwa salib Kristen telah ada di kuil tersebut sebelum dinasti Liao. Selain itu, Tang mengklaim bahwa teks lainnya yang ditulis oleh Li Zhongxuan [zh] pada 987 menandakan keberadaan Nestorian di Youzhou.[18] Namun, sinologis Inggris Arthur Christopher Moule meyakini bahwa terdapat bukti menonjol yang menunjukkan bahwa Gereja dari Timur di Tiongkok mencapai Beijing sebelum abad ke-13.[19]

Catatan

  1. ^ Dalam literatur bahasa Inggris, situs ini juga dikenal dengan nama Temple of the Cross[1][2] atau Monastery of the Cross.[3]
  2. ^ Penggunaan istilah "Nestorian" untuk merujuk pada Gereja di Timur adalah kontroversial. Beberapa ahli menolak istilah tersebut, mengutip potensi implikasi akan adanya hubungan langsung antara Gereja tersebut dengan Nestorius, teolog abad ke-5 yang dikutuk sebagai bidat dalam Konsili Efesus—meskipun teologi dari Kekristenan Tiongkok mula-mula tidak sepenuhnya sesuai dengan pandangan-pandangan yang dipegang atau dianggap berasal dari Nestorius.[4] Namun, Aprem Mooken, seorang uskup metropolitan dalam Gereja Asiria Timur, telah menerima penggunaan istilah tersebut, menyatakan bahwa "nama Gereja Nestorian adalah tidak tanpa kehormatan dalam sejarah misi Gereja [...] Khususnya di Tiongkok, nama Gereja Nestorian adalah nama yang terhormat."[5] Artikel ini akan menggunakan istilah "Nestorian" dan "Gereja di Timur di Tiongkok" secara bergantian.
  3. ^ Youzhou dan Liaodong sama-sama merupakan wilayah di timur laut Kekaisaran Tang. Youzhou adalah wilayah yang kini disebut Beijing.

Referensi

  1. ^ Borbone 2006, hlm. 7.
  2. ^ Marsone 2013, hlm. 205.
  3. ^ Nicolini-Zani 2011, hlm. 356.
  4. ^ Hofrichter 2006, hlm. 12–14.
  5. ^ Mooken 2018, hlm. 71.
  6. ^ a b Wang 2018, hlm. 317.
  7. ^ Wang 2018, hlm. 329, 342.
  8. ^ Tang & Zhang 2018, hlm. 88.
  9. ^ Standaert 2001, hlm. 30.
  10. ^ Standaert 2001, hlm. 1, 32–33.
  11. ^ Standaert 2001, hlm. 3–5.
  12. ^ Standaert 2001, hlm. 63–64.
  13. ^ Standaert 2001, hlm. 85.
  14. ^ Standaert 2001, hlm. 41.
  15. ^ Standaert 2001, hlm. 97.
  16. ^ Qiu 2002, hlm. 64.
  17. ^ Tang 2011a, hlm. 123, citing Saeki, Yoshiro (1943). 支那基督敎の硏究〈1〉唐宋時代の支那基督教 [Research on Chinese Christianity, Book I: Chinese Christianity during the Tang and Song dynasties]. Shunjusha (春秋社). hlm. 507.
  18. ^ Tang 2011a, hlm. 123–124.
  19. ^ Tang 2011a, hlm. 123.

Sumber

Surat kabar

  • Li, Xue (2015-04-27). 北京十字寺遗址保护面临困境 [The Protection of the Site of the Cross Temple in Beijing Faces Difficulty]. China Culture Daily. 

Disertasi

Artikel jurnal

  • Borbone, Pier Giorgio (2019). "A "Nestorian" Mirror from Inner Mongolia". Egitto e Vicino Oriente. Pisa University Press. 2019 (XLII): 135–149. doi:10.12871/978883339342112. 
  • Burkitt, F. C. (1 April 1921). "A New Nestorian Monument in China". The Journal of Theological Studies. XXII (3): 269. doi:10.1093/jts/os-XXII.3.269. 
  • Morris, James H. (July 2017). "Rereading the evidence of the earliest Christian communities in East Asia during and prior to the Táng Period". Missiology. SAGE Publications. 45 (3): 235–267. doi:10.1177/0091829616685352. 
  • Nicolini-Zani, Matteo (2011). "Reviewed Work(s): East Syriac Christianity in Mongol-Yuan China. Orientalia Biblica et Christiana, vol. 18 by Li Tang". China Review International. University of Hawai'i Press. 18 (3): 354–358. doi:10.1353/cri.2011.0078. JSTOR 23733468. 
  • Qiu, Shusen (2002). 元亡后基督教在中国湮灭的原因 [The Reason of the Annihilation of Christianity after the Overthrown of the Yuan Dynasty in China] (dalam bahasa Tionghoa). 2002 (4): 56–64, 156. 
  • Shi, Mingpei (March 2000). 略论景教在中国的活动与北京的景教遗迹 [Jing-jiao (Nestorianism) in China and Its Remains in Beijing]. 北京联合大学学报 (dalam bahasa Tionghoa). 14 (1): 90–93. doi:10.16255/j.cnki.ldxbz.2000.01.025. 
  • Tang, Xiaofeng (2011a). 北京房山十字寺的研究及存疑 [Studies and Questions on the Cross Temple, Fangshan, Beijing] (dalam bahasa Tionghoa). 2011 (6): 118–25. 
  • Wang, Xiaojing (2018). 房山十字寺辽、元二碑与景教关系考 [A Study on the Relationship between the Two Steles from Liao and Yuan Dynasties at the Cross Temple, Beijing, and the Church of the East in China] (dalam bahasa Tionghoa). 2018 (2): 309–43. 
  • Xu, Pinfang (1992). 北京房山十字寺也里可温石刻 [Yelikewen Stone Carvings at the Cross Temple, Fangshan, Beijing] (dalam bahasa Tionghoa). 1992 (7): 184–89. 

Bab buku

  • Borbone, Pier Giorgio (2006). "Peshitta Ps 34:6 from Syria to China". Dalam van Peursen, Willem Th.; Romeny, Bas ter Haar. Text, Translation, and Tradition: Studies on the Peshitta and its Use in the Syriac Tradition. Brill. ISBN 978-9-047-41057-7. 
  • Huang, Paulos Z., ed. (2018). Yearbook of Chinese Theology. 4. ISBN 978-9-004-38497-2. 
    • Mooken, Aprem. "The Church of the East in China (Jingjiao)". In Huang (2018), pp. 71–81.
    • Tang, Xiaofeng; Zhang, Yingying. "Fangshan Cross Temple (房山十字寺) in China: Overview, Analysis and Hypotheses". In Huang (2018), pp. 82–94.
  • Malek, Roman, ed. (2006). Jingjiao: The Church of the East in China and Central Asia. Institut Monumenta Serica. ISBN 3-8050-0534-2. 
    • Hofrichter, Peter L. Preface. In Malek (2006), pp. 11–14.
    • Niu, Ruiji. "Nestorian Inscriptions from China (13th–14th c.)". In Malek (2006), pp. 209–242.
  • Marsone, Pierre (2013). "When was the Temple of the Cross at Fangshan a "Christian Temple"?". Dalam Tang, Li; Winkler, Dietmar W. From the Oxus River to the Chinese Shores: Studies on East Syriac Christianity in China and Central Asia. LIT Verlag Münster. ISBN 978-3-643-90329-7 – via Google Books. 

Buku

  • Moule, A. C. (2011). Christians in China Before the Year 1550. Beijing: Gorgias Press. ISBN 978-1-611-43605-1. 
  • Standaert, Nicolas, ed. (2001). Handbook of Christianity in China, Volume One: 635–1800. Leiden: Brill. ISBN 9-004-11431-9. ISSN 0169-9520. 
  • Tang, Li (2011b). East Syriac Christianity in Mongol-Yuan China (12th–14th centuries). Harrassowitz Verlag. doi:10.2307/j.ctvc16hhv. 

Bacaan lebih lanjut

  • Wu, Mengling; Xiong, Ying (2010). 北京地区基督教史迹研究 [Studies on Christian Historical Sites in Beijing] (dalam bahasa Tionghoa). Wenwu chubanshe. 

Pranala luar

  •   Media terkait Cross Temple di Wikimedia Commons
  • Halaman resmi dari situs Kuil Salib di Biro Warisan Budaya Munisipal Beijing (北京市文物局)