Kukang jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Salm Abdullah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(39 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5:
| status2 = CITES_A1
| status2_system = CITES
| status2_ref = <ref name="CITES">{{cite web | title = Appendices I, II and III | publisher = Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) | year = 2010 | url = http://www.cites.org/eng/app/Appendices-E.pdf | format = PDF | access-date = 2015-12-16 | archive-date = 2010-12-24 | archive-url = https://web.archive.org/web/20101224025029/http://cites.org/eng/app/Appendices-E.pdf | dead-url = yes }}</ref>
| status2_ref = <ref name=CITES/>
| image = Nycticebus javanicus by OpenCage.jpg
| regnum = [[Animalia]]
Baris 22:
| range_map_caption = Persebaran kukang jawa
}}
'''Kukang jawa''' (''Nycticebus javanicus'') merupakanadalah [[primata]] [[Strepsirrhini]] dan [[spesies]] [[kukang]] asli dariyang menyebar di bagian barat dan tengah dari pulauPulau [[Jawa]], di [[Indonesia]]. Meskipun awalnya dideskripsikan sebagai spesies yang terpisahtersendiri, selama bertahun-tahun kukang jawa dianggap sebagai [[upaspesies|anak-jenis]] dari [[kukang sunda]] (''N.&nbsp;coucang''), selamasampai bertahun-tahun,kemudian sampaidilakukan penilaiankajian ulang [[Morfologi (biologi)|morfologi]] dan genetika terhadap takson ini pada tahun 2000-an, yang mengakibatkan promosipeningkatan statusstatusnya sebagai spesies penuh. Kukang jawa paling berkerabat dekat dengan kukang sunda dan [[kukang bengalbenggala]] (''N.&nbsp;bengalensis''). Spesies ini memiliki dua bentuk, yang dibedakan berdasarkan panjang rambut dan, pada tingkat yang lebih rendah, warna tubuhnya.
 
DahinyaPada memilikidahinya terdapat pola berlian putihkeputihan yang menonjolmencolok, yang terdiriterbentuk darioleh garis yangberwarna berbedagelap yang berjalan di atas kepalanya dan garpubercabang ke arah mata dan telinga. Kukang jawa beratnya antara 565 dan 687&nbsp;[[gram|g]] dan memiliki panjang kepala-badan sekitar 293&nbsp;[[milimeter|mm]]. Seperti halnya semua kukang, kukang jawa bersifat [[arboreal]] dan bergerak perlahan di tanaman merambat dan [[liana]], bukannya melompat dari pohon ke pohon. Habitatnya termasuk [[hutan primer]] dan [[hutan sekunder]], tetapi juga dapat ditemukan di hutan [[bambu]] dan [[mangrove]], danserta di perkebunan coklat[[kakao|cokelat]]. MakananMakanannya yang biasanyaumumnya terdiri dari buah, [[Gum alami|gum]] pohon, [[kadal]], dan [[telur]]. Kukang jawa tidur di cabang terbuka, kadang-kadang dalam kelompok, dannamun biasanya terlihat sendirisendirian atau berpasangan.
 
Populasi kukang jawa mengalami penurunan tajam oleh karena [[perburuan liar|diburu secara liar]] untuk perdagangandiperdagangkan sebagai [[hewan peliharaan eksotis]], dan kadang-kadang untuk [[obat tradisional]]. Populasi yang tersisa memiliki [[Kepadatan populasi|kepadatan]] yang rendah, dan [[kehilangan habitat]] merupakan ancaman besar bagi kelestariannya. Untuk alasan ini [[International Union for Conservation of Nature]] (IUCN) mendaftarmenetapkan statusnya sebagai [[spesies kritis]], dan juga telahmemasukkannya disertakanke padadalam daftar 2008-2010 "[[25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia]]" tahun 2008-2010. Kukang jawa dilindungi oleh hukumundang-undang Republik Indonesia dan, sejak Juni 2007, terdaftar di bawah [[CITES#Appendix I|CITES AppendixApendiks I CITES]]. Meskipun berbagai upaya perlindungan ini telah dilakukan, serta kehadirannyakeberadaannya tercatat di beberapa [[kawasan yang dilindungi]], akan tetapi perburuan liar terhadap hewan ini masih terus terjadi; undang-undang perlindungan satwa liar masih jarang ditegakkan di tingkat lokal.
 
== Taksonomi dan filogeni ==
Kukang jawa (''Nycticebus javanicus'') pertama kali dijelaskandideskripsikan secara ilmiah pada tahun 1812, oleh naturalis PerancisPrancis [[Étienne Geoffroy Saint-Hilaire]].{{Sfn|Saint-Hilaire|1812|p=164}} Nama spesies ''javanicus'' mengacu tempat asalnya. Namun, spesies itu tidak diakui lama; pada tahun 1840, [[René Primevère Lesson]] mengklasifikasikan kukang jawa sebagai salah satu dari beberapa varietas<!--Not sure what to link here. There is no specific article about varieties in zoological nomenclature (which are now obsolete), though [[variety (botany)]] comes close and does discuss the matter.--> dari spesies tunggal kukang, yang ia sebut ''Bradylemur tardigradus''.{{Sfn|Lesson|1840|pp=240–243}} Pada tahun 1921, [[Oldfield Thomas]] menamai spesies kedua kukang dari Jawa, ''Nycticebus ornatus''.{{Sfn|Thomas|1921|p=527}}
 
Pada reviewpemeriksaan taksonomi kukang tahun 1971-nya, ahli taksonomi dan primata [[Colin Groves]] mengakui kukang jawa sebagai [[upaspesies]], ''Nycticebus coucang javanicus'', dari [[kukang sunda]] (''N.&nbsp;coucang''), dengan ''ornatus'' sebagai [[Sinonim (taksonomi)|sinonim]].{{Sfn|Groves|1971|pp=49–51}} Kukang jawa pertama diakui sebagai spesies yang berbeda lagi di [[panduan lapangan]] Indonesia tahun 2000 pada primata oleh Jatna Supriatna dan Edy Hendras Wahyono.{{Sfn|Supriatna|Wahyono|2000|pp=19–24}} Pada tahun 2008, Groves dan Ibnu Maryanto mempromosikannyamemberikannya status spesies, berdasarkan analisis [[Morfologi (biologi)|morfologi]] tengkorak dan karakteristik [[rambut hewan]].{{Sfn|Groves|Maryanto|2008|p=120}} Analisis molekuler dari [[sekuens DNA]] dari [[D-loop]] dan gen [[sitokrom b|sitokrom ''b'']] menunjukkan bahwa kukang jawa secara genetik berbeda dari spesies kukang lainnya; secara [[Filogeni|filogenetis]], kukang jawa adalah saudara dari [[klad]] yang mencakup [[kukang bengalbenggala]] (''N.&nbsp;bengalensis'') dan kukang sunda.{{Sfn|Chen|Pan|Groves|Wang|2006|pp=1197–1198}} Karena kemiripannya dengan spesies kukang tetangganya, bahkan pusat penyelamatan telah diketahui salah mengidentifikasinya.<ref name=IUCN/>
 
Ada dua bentuk kukang jawa, dibedakan terutama oleh perbedaan panjang rambut. Hal ini kadang-kadang dikenal sebagai spesies terpisah, ''N.&nbsp;javanicus'' dan ''N.&nbsp;ornatus'', tetapi saat ini keduanya diklasifikasikan sebagai spesies tunggal, meskipun status taksonomi yang tepat masih belum jelas.<ref name=IUCN/>{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=192}}{{Sfn|Thomas|1921|p=628}}
 
== Anatomi dan fisiologi ==
Kukang jawa beratnya antara 565 dan 687&nbsp;g{{Sfn|Nekaris|Blackham|Nijman|2008|p=734}} dan penampilannya mirip dalam penampilan dengan kukang terbesar, kukang bengalbenggala. Wajah dan punggungnya ditandai dengan garis yang berbeda yang berjalan di atas mahkota dan garpubercabang, yang mengarah ke mata dan telinga, yang meninggalkan pola berlian putih di dahi.{{Sfn|Nekaris|Sanchez|Thorn|Winarti|2009|p=44}} Warnanya kekuningan-abu-kekuningan. Sebaliknya, kepala, leher, dan bahu memiliki warna creamkrem. Seperti [[kukang kalimantan]] (''N.&nbsp;menagensis''), kukang jawa tidak memiliki [[gigi seri]] kedua (I<sup>2</sup>) pada [[dentisi]]nya.{{Sfn|Groves|1971|p=49}}
 
[[FileBerkas:Nycticebus javanicus 002.jpg|thumbjmpl|leftkiri|alt=SebuahSeekor Kukangkukang Jawajawa menempel tegak lurus ke untai vertikal bambu.|Kukang jawa memiliki garis yang berbeda yang berjalan panjangdi sepanjang kembalipunggung dan garpubercabang di mahkota, yang mengarah ke mata dan telinga.]]
Kukang jawa lebih besar dari kedua kukang Indonesia lainnya, kukang sunda dan kukang kalimantan.{{Sfn|Groves|1971|p=49}} Berdasarkan rata-rata ditentukan dari enam spesimen yang diperoleh dari perdagangan satwa liar di Jawa, parameter [[morfometri]] lain adalah sebagai berikut: panjang kepala, 59,2&nbsp;mm; panjang [[moncong]], 19,9&nbsp;mm; lebar kepala, 43,6&nbsp;mm; rentang tubuh, 250,8&nbsp;mm; panjang kepala dan tubuh, 293,1&nbsp;mm; lingkar dada, 190,8&nbsp;mm; gelap persentase ketebalan gelap (pengukuran ketebalan dari zona gelap dengan rambut dorsal, diukur sebagai persen dari ketebalan lingkar), 48,0&nbsp;mm; lingkar leher, 136,7&nbsp;mm; panjang ekor, 20,4&nbsp;mm; panjang humerus, 67,2&nbsp;mm; panjang jari-jari, 71,8&nbsp;mm; panjang femur, 83,2&nbsp;mm; panjang tibia, 85,9&nbsp;mm; rentang tangan, 59,1&nbsp;mm; rentang kaki, 70,3&nbsp;mm; dan panjang telinga, 16,8&nbsp;mm.{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=191}}
 
Morfotipe ''ornatus'' paling dapat dibedakan dengan bulu yang lebih panjang, rata-rata 26,8&nbsp;mm dibandingkan dengan 22,4&nbsp;mm dipada ''javanicus''.{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=188}} Karakteristik yang membedakan lainnya termasuk warna keseluruhan (umumnya coklat terang dalampada ''ornatus'' dibandingkan dengan coklat kemerahan dipada ''javanicus''), dan jumlah warna coklat di bulu (''ornatus'' memiliki kurangsedikit warna coklat dari ''javanicus'', sehingga daerah ventral berwarna lebih terang).{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=193}}
 
Pada 1860-an, [[otak]] kukang jawa diperiksa oleh [[William Henry Flower]], ahli [[anatomi komparatif]] yang mengkhususkan diri dalam otak primata. Selain merinci organisasi, bentuk, dan ukuran otak, ia mencatat bahwa bentuk dan tanda permukaan yang sebanding dengan [[lemur]]. Dia menentang pengelompokan Strepsirrhini dengan [[Insectivora]] (pengelompokan biologis sekarang- ditinggalkan) dan mencatat bahwa otak memiliki fitur peralihan antara primata lainnya dan mamalia "inferior" seperti [[kelelawar]] dan [[Carnivora]].{{Sfn|Gray|1862|pp=103–105}}
{{-}}
 
== Perilaku dan ekologi ==
Seperti [[loris]] lain, kukang jawa adalah [[nokturnal]] dan arboreal, mengandalkan tanaman merambat dan [[liana]].<ref name=IUCN/> Namun, hewan telah diamati bergerak di tanah untuk menyeberang ruang terbuka di habitat terganggu.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|p=388}} Kukang jawa bergerak melalui [[kanopi (biologi)|kanopi]] di ketinggian antara 3 dan 22&nbsp;m dan sering dijumpai di ketinggian antara 1,5 dan 9,5&nbsp;m.<ref name=IUCN/>
 
Kukang jawa memakan buah, kadal, telur, dan biji cokelat.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|p=388}} Ia juga dikenal untuk memakan [[gum alami|gum]] pohon dari genus ''[[Albizia]]'', dalam famili kacang-kacangan, [[Fabaceae]], serta dari genus palem ''[[Arenga]]'' (famili [[Arecaceae]]).{{Sfn|Nekaris|Starr|Collins|Wilson|2010|p=157}} Kukang jawa terlihat sendiri atau berpasangan dan kadang-kadang ditemukan tidur dalam kelompok. Bukannya tidur di lubang sarang, mereka tidur meringkuk di cabang.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|p=388}} Seperti kukang lainnya, kukang jawa memiliki panggilan khas yang menyerupai peluit frekuensi tinggi.{{Sfn|Nekaris|Blackham|Nijman|2008|p=743}} Spesies ini adalah inang untuk [[cacing pipih]] parasit, ''[[Phaneropsolus oviforme]]''.{{Sfn|Dawes|2011|p=384}}
 
== Distribusi ==
Spesies ini hanya ditemukan di bagian barat dan tengah dari pulau Jawa di [[Indonesia]].<ref name=IUCN/> Keberadaannya telah dikonfirmasi di [[Pegunungan Dieng]], dan dikenal dapat ditemukan di kepadatan rendah di [[Taman Nasional Gunung Gede Pangrango]] (di [[hutan awan]] [[pegunungan]]) dan [[Taman Nasional Gunung Halimun Salak]], seringkalisering kali hanya diditemukan manapada tempat yang memiliki sedikit gangguan manusia minimal.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|p=388}} Kukang jawa mendiami baik hutan terganggu primer dan sekunder, dan dapat ditemukan dari permukaan laut sampai ketinggian 1.600&nbsp;m, meskipun lebih umumnya ditemukan pada ketinggian yang lebih tinggi karena ketinggian rendah cenderung gundultak berpohon.<ref name=IUCN/> Sebuah studi pada tahun 2000 menunjukkan bahwa selain hutan primer dan sekunder, kukang jawa dapat ditemukan di hutan bambu, hutan [[bakau]], dan di perkebunan—khususnya perkebunan cokelat. Pada tahun 2008, mereka diamati di Jawa Barat menempati kebun rumah tanaman campuran, mentoleransi tingkat tinggi gangguan manusia tingkat tinggi.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|p=388}}
 
== Konservasi ==
{{See also|Konservasi kukang}}
[[FileBerkas:Animal market - caged Nycticebus 2.jpg|thumbjmpl|rightka|alt=Tiga Jawa kukang duduk meringkuk di bagian bawah kandang berkawat|Kukang jawa umumnya dijual sebagai hewan peliharaan di pasar Indonesia, meskipun adanya undang-undang lokal dan perlindungan CITES Appendix I.]]
Kukang jawa terdaftar oleh [[International Union for Conservation of Nature]] (IUCN) sebagai "[[Spesies kritis|kritis]]," terutama karena penurunan cepat dalam populasi. Untuk 21-24 tahun sebelum penilaian tahun 2008 oleh IUCN—yang sesuai dengan tiga generasi untuk spesies— jumlahnya telah turun setidaknya 50%.<ref name=IUCN/> Data populasi untuk spesies jarang,{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|pp=383–384}} tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan [[kepadatan|kepadatan pendudukpopulasi]] rendah 0,20-0,02 individu per km<sup>2</sup>.<ref name=IUCN/>
 
Jumlahnya masih menurun, terutama karena [[perburuan]]. Di Indonesia, kukang jawa kadang-kadang digunakan dalam [[obat tradisional|pengobatan tradisional]], karena mitos bahwa kukang jawa memiliki sifat magis dan kuratif, tetapi lebih sering dijual sebagai [[hewan peliharaan eksotis]].<ref name=IUCN/>{{Sfn|Nekaris|Shepherd|Starr|Nijman|2010|p=877}} Spesies ini mudah ditangkap karena gerakan lambat, kebiasaan nokturnal, dan kecenderungan untuk tidur di cabang terbuka. Mereka secara aktif dicari untuk perdagangan hewan peliharaan dan dikumpulkan secara oportunis ketika penebangan hutan. Habitatnya juga menurun, meskipun sebagian besar dari [[Pengrusakan habitat|hilangnya habitat]] terjadi pada pertengahan 1980-an.<ref name=IUCN/> Di jangkauannya, penggunaan lahan manusia intens.{{Sfn|Thorn|Nijman|Smith|Nekaris|2009|p=295}} [[Pemodelan relung lingkungan]] menunjukkan bahwa kukang jawa lebih terancam oleh kehilangan habitat dari spesies kukang lainnya.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|pp=383–384}} Untuk alasan ini, kukang jawa telah disertakan pada "[[25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia]]" yang diterbitkan oleh [[IUCN Species Survival Commission#Primate Specialist Group|IUCN Species Survival Commission Primate Specialist Group]] (IUCN/SSC PSG), the [[International Primatological Society]] (IPS), dan [[Conservation International]] (CI).{{Sfn|Nekaris|Sanchez|Thorn|Winarti|2009|pp=44–46}}
 
Seiring dengan semua kukang lainnya, kukang jawa diangkat dari [[CITES#Appendix II|CITES Appendix II]] menjadi [[CITES#Appendix I|CITES Appendix I]] pada bulan Juni 2007, memberikan perlindungan meningkat dari perdagangan komersial.{{Sfn|McGreal|2007|p=15}} Kukang jawa juga dilindungi oleh hukum Indonesia, tetapi menurut peneliti loris Nekaris dan Jaffe, "penegakan hukum yang efektif sehubungan dengan undang-undang perlindungan satwa liar adalah semua tapi tidak ada di Indonesia".{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=191}} Spesies dapat ditemukan di beberapa [[kawasan yandyang dilindungi]], namun jumlahnya tidak pasti. Koleksi tawanan kukang jawa dapat ditemukan di [[Praha]], Republik Ceko, [[Jakarta]], Indonesia, dan [[Singapura]].<ref name=IUCN/>
 
== Referensi ==
Baris 67:
 
<ref name=IUCN>{{IUCN|assessors=Nekaris, K.A.I. , Shekelle, M, Wirdateti, Rode, E.J. & Nijman, V.|assessment_year=2013|id=39761|taxon=Nycticebus javanicus|version=2013.2| accessdate=27 November 2013}}</ref>
 
<ref name="CITES">{{cite web | title = Appendices I, II and III | publisher = Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) | year = 2010 | url = http://www.cites.org/eng/app/Appendices-E.pdf | format = PDF}}</ref>
 
}}
 
===Literatur yangKepustakaan dikutip===
{{Refbegin}}
* <!-- Chen|Pan|Groves|Wang|2006 -->{{Cite journal | last1 = Chen | first1 = J. -H.| last2 = Pan | first2 = D.| last3 = Groves | first3 = C. P.| last4 = Wang | first4 = Y. -X.| last5 = Narushima | first5 = E.| last6 = Fitch-Snyder | first6 = H.| last7 = Crow | first7 = P.| last8 = Thanh | first8 = V. N.| last9 = Ryder | first9 = O.| last10 = Zhang | first10 = H. -W.| last11 = Fu | first11 = Y.| last12 = Zhang | first12 = Y.| title = Molecular phylogeny of ''Nycticebus'' inferred from mitochondrial genes | doi = 10.1007/s10764-006-9032-5 | journal = International Journal of Primatology | volume = 27 | issue = 4| pages = 1187–1200 | year = 2006 | pmid = | pmc = | ref = harv}}
* <!-- {{Sfn|Dawes|2011}} -->{{cite book | last = Dawes | first = B. | title = The Trematoda | year = 2011 | publisher = Cambridge University Press | location = Cambridge | isbn = 978-0-521-20024-0 | url = http://books.google.com/books?id=TuWyDUxtBbMC&pg=PA384 | ref = harv}}
* <!--{{Sfn|Gray|1862}} -->{{cite journal | last = Gray | first = V.P. | title = Mr. W. H. Flower on the Javan loris | journal = Proceedings of the Zoological Society of London | year = 1862 | volume = 1 | pages = 103–105 | url = http://www.archive.org/stream/proceedingsofzoo1862zool#page/102/mode/2up | ref = harv | doi = 10.1111/j.1469-7998.1862.tb06463.x }}
* <!-- Groves|1971 -->{{cite book | contribution = Systematics of the genus ''Nycticebus'' | last1 = Groves | first1 = Colin P. | year = 1971 | title = Proceedings of the Third International Congress of Primatology | volume = 1 | location = Zürich, Switzerland | pages = 44–53 | ref = harv}}
* <!--{{Sfn|Groves|2005}}-->{{cite book | last1 = Groves | first1 = C.P. | year = 2005 | url = http://www.bucknell.edu/msw3 | publisher = The Johns Hopkins University Press | location = Baltimore, Maryland | isbn = 978-0-8018-8221-0 | pages = 111–184 | chapter = Order Primates | title = Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference | edition = 3rd | editor1-last = Wilson | editor1-first = D.E. | editor2-last = Reeder | editor2-first = D.M | ref = harv}}
* <!-- Groves|Maryanto|2008 -->{{cite book | last1 = Groves | first1 = C. | last2 = Maryanto | first2 = I. | chapter = Craniometry of slow lorises (genus ''Nycticebus'') of insular Southeast Asia | editor1-last = Shekelle | editor1-first = M. | editor2-last = Maryano | editor2-first = T. | editor3-last = Groves | editor3-first = C. | editor4-last = Schulze | editor4-first = H. | editor5-last = Fitch-Snyder | editor5-first = H. | title = Primates of the Oriental Night | publisher = LIPI Press | location = West Java, Indonesia | year = 2008 | isbn = 978-979-799-263-7 | pages = 115–122 | url = http://tarsier.org/products_files/2008-POTON-p115-MaryantoGroves-SlowLorisCraniometry.pdf | format = PDF | archiveurl = httphttps://www.webcitation.org/5vcWR8gvB ?url=http://tarsier.org/products_files/2008-POTON-p115-MaryantoGroves-SlowLorisCraniometry.pdf| archivedate = 9 January 2011 -01-10| ref = harv|access-date = 2015-12-16|dead-url = yes}}
* <!-- Lesson|1840 -->{{cite book | last = Lesson | first = René Primevère | year = 1840 | title = Species des Mammifères Bimanes et Quadrumanes: Suivi d'un Mémoire sur les Oryctéropes | location = Paris, France | publisher = J.B. Baillière | url = http://books.google.com/books?id=FJo-AAAAcAAJ&pg=PA240 | language = French | ref = harv}}
* <!-- McGreal|2007 -->{{cite journal | last = McGreal | first = S. | title = Slow lorises receive international trade protections | journal = IPPL News | volume = 34 | number = 2 | year = 2007 | publisher = International Primate Protection League | issn = 1040-3027 | pages = 15 | url = http://www.ippl.org/newsletter/2000s/102_v34_n2_2007-09.pdf#page=15 | format = PDF | ref = harv }}
* <!-- Nekaris|Jaffe|2007 -->{{cite journal | title = Unexpected diversity of slow lorises (''Nycticebus'' spp.) within the Javan pet trade: implications for slow loris taxonomy | journal = Contributions to Zoology | year = 2007 | last1 = Nekaris | first1 = K.A.I. | last2 = Jaffe | first2 = S. | volume = 76 | issue = 3 | pages = 187–196 | url = http://dpc.uba.uva.nl/cgi/t/text/get-pdf?c=ctz;idno=7603a04 | format = PDF | ref = harv | access-date = 2015-12-16 | archive-date = 2011-05-22 | archive-url = https://web.archive.org/web/20110522013945/http://dpc.uba.uva.nl/cgi/t/text/get-pdf?c=ctz;idno=7603a04 | dead-url = yes }}
* <!-- Nekaris|Blackham|Nijman|2008 -->{{Cite journal | last1 = Nekaris | first1 = K. A. I. | last2 = Blackham | first2 = G. V. | last3 = Nijman | first3 = V. | title = Conservation implications of low encounter rates of five nocturnal primate species (''Nycticebus'' spp.) in Asia | doi = 10.1007/s10531-007-9308-x | journal = Biodiversity and Conservation | volume = 17 | issue = 4 | pages = 733–747 | year = 2008 | pmid = | pmc = | url = http://www.researchgate.net/publication/226794174_Conservation_implications_of_low_encounter_rates_of_five_nocturnal_primate_species_%28Nycticebus_spp.%29_in_Asia | ref = harv }}
* <!-- Nekaris|Sanchez|Thorn|Winarti|2009 -->{{cite book | last1 = Nekaris | first1 = K.A.I. | last2 = Sanchez | first2 = K.L. | last3 = Thorn | first3 = J.S. | last4 = Winarti | first4 = I. | last5 = Nijman | first5 = V. | contribution = Javan Slow Loris | editor1-last = Mittermeier | editor1-first = R.A. | editor2-last = Wallis | editor2-first = J. | editor3-last = Rylands | editor3-first = A.B. | editor4-last = Ganzhorn | editor4-first = J.U. | editor5-last = Oates | editor5-first = J.F. | editor6-last = Williamson | editor6-first = E.A. | editor7-last = Palacios | editor7-first = E. | editor8-last = Heymann | editor8-first = E.W. | editor9-last = Kierulff | editor9-first = M.C.M. | editor10-last = Long Yongcheng | editor11-last = Supriatna | editor11-first = J. | editor12-last = Roos | editor12-first = C. | editor13-last = Walker | editor13-first = S. | editor14-last = Cortés-Ortiz | editor14-first = L. | editor15-last = Schwitzer | editor15-first = C. | others = Illustrated by S.D. Nash | editor-link = Russell Mittermeier | year = 2009 | title = Primates in peril: The world's 25 most endangered primates 2008–2010 | publisher = IUCN/SSC Primate Specialist Group (PSG), International Primatological Society (IPS), and Conservation International (CI) | location = Arlington, VA. | pages = 44–46 | isbn = 978-1-934151-34-1 | url = http://www.primate-sg.org/PDF/Primates.in.Peril.2008-2010.pdf | format = PDF | archiveurl = httphttps://www.webcitation.org/5vcWZwM6N ?url=http://www.primate-sg.org/PDF/Primates.in.Peril.2008-2010.pdf| archivedate = 9 January 2011 -01-10| ref = harv|access-date = 2015-12-16|dead-url = no}}
* <!-- Nekaris|Munds|2010 -->{{Cite book| editor1-last = Gursky-Doyen | editor1-first = S.| editor2-last = Supriatna | editor2-first = J| last1 = Nekaris | first1 = K.A.I. | last2 = Munds | first2 = R.| title = Indonesian Primates|url = https://archive.org/details/indonesianprimat00gurs_095| chapter = Chapter 22: Using facial markings to unmask diversity: the slow lorises (Primates: Lorisidae: ''Nycticebus'' spp.) of Indonesia | doi = 10.1007/978-1-4419-1560-3_22 | pages = 383–396|[https://archive.org/details/indonesianprimat00gurs_095/page/n384 383]–396|year = 2010 | publisher = Springer| location = New York| isbn = 978-1-4419-1559-7| pmid = | pmc = | ref = harv}}
* <!-- Nekaris|Shepherd|Starr|Nijman|2010 -->{{Cite journal | last1 = Nekaris | first1 = K. A. I. | last2 = Shepherd | first2 = C. R. | last3 = Starr | first3 = C. R. | last4 = Nijman | first4 = V. | title = Exploring cultural drivers for wildlife trade via an ethnoprimatological approach: a case study of slender and slow lorises (''Loris'' and ''Nycticebus'') in South and Southeast Asia | doi = 10.1002/ajp.20842 | journal = American Journal of Primatology | volume = 72 | issue = 10 | pages = 877–886| year = 2010 | pmid = 20806336| pmc = | ref = harv}}
* <!-- Nekaris|Star|Collins|Wilson|2010 -->{{Cite book | last1 = Nekaris | first1 = K. A. I. | last2 = Starr | first2 = C. R. | last3 = Collins | first3 = R. L. | last4 = Wilson | first4 = A. | chapter = Comparative ecology of exudate feeding by lorises (''Nycticebus'', ''Loris'') and pottos (''Perodicticus'', ''Arctocebus'') | editor1-last = Burrows | editor1-first = A. M.| editor2-last = Nash | editor2-first = L. T| title = Evolution of Exudativory in Primates | doi = 10.1007/978-1-4419-6661-2_8 | pages = 155–168 | year = 2010 | pmid = | pmc = | publisher = Springer| location = New York| isbn = 978-1-4419-6660-5| ref = harv}}
* <!-- Saint-Hilaire|1812 -->{{cite journal | last1 = Saint-Hilaire | first1 = Étienne Geoffroy | journal = Annales du Muséum National d'Histoire Naturelle | year = 1812 | title = Suite au Tableau des Quadrummanes. Seconde Famille. Lemuriens. Strepsirrhini | volume = 19 | pages = 156–170 | url = http://www.archive.org/stream/annalesdumusum19mus#page/164/mode/2up | language = French | ref = harv }}
* <!-- Supriatna|Wahyono|2000 -->{{cite book | last1 = Supriatna | first1 = J. | last2 = Wahyono | first2 = E.H. | title = Panduan Lapangan Primata Indonesia | trans_title = A Field Guide to the Primates of Indonesia | year = 2000 | publisher = Yayasan Obor Indonesia | location = Jakarta, Indonesia | isbn = 978-979-461-355-9 | language = Indonesian | ref = harv}}
* <!-- {{Sfn|Thomas|1921}} -->{{cite journal | last1 = Thomas | first1 = O. | year = 1921 | title = Two new species of slow-loris | journal = Annals and Magazine of Natural History | series = 9 | volume = 8 | pages = 627–628 | url = http://biodiversitylibrary.org/page/19333002 | ref = harv | doi = 10.1080/00222932108632631 }}
* <!-- Thorn|Nijman|Smith|Nekaris|2009 -->{{Cite journal | last1 = Thorn | first1 = J.S. | last2 = Nijman | first2 = V. | last3 = Smith | first3 = D. | last4 = Nekaris | first4 = K.A.I. | title = Ecological niche modelling as a technique for assessing threats and setting conservation priorities for Asian slow lorises (Primates:''Nycticebus'') | doi = 10.1111/j.1472-4642.2008.00535.x | journal = Diversity and Distributions | volume = 15 | pages = 289–298| year = 2009 | pmid = | pmc = | ref = harv}}
 
{{Refend}}
 
{{Lorisidae nav}}
{{25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia}}
{{Subject bar | book = Slow loris | portal1 = Indonesia | commons = y | commons-search = Category:Nycticebus javanicus | species = y | species-search = Nycticebus javanicus}}
{{artikel pilihan}}
{{Taxonbar|from=Q972907}}
 
[[CategoryKategori:Fauna Jawa]]
[[CategoryKategori:Loris dan galago]]
[[CategoryKategori:Mamalia IndonesiaJawa]]
[[CategoryKategori:Mamalia berbisa]]
[[CategoryKategori:Primata AsiaIndonesia]]
[[Kategori:Nycticebus]]