Kurnianingrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Gaung Tebono (bicara | kontrib)
k →‎Referensi: →‎clean up: perbaikan kategori
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(17 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
| death_place = [[Jakarta]], Indonesia
| alma_mater = [[Cornell University]] ([[Master of Arts|MA]])
| known_for = {{Hlist|[[pengajaranPengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua]]|[[psikologi pendidikan]]}}
| spouse = {{Marriage|[[Ali Sastroamidjojo]]|1970|1975|end=d.}}
| father = [[Sulaeman Sastrawinata]]
Baris 20:
}}
 
'''Raden Ajeng Kurnianingrat Sastrawinata''' ({{lahirmati||4|9|1919||18|10|1993}}), atau lebih dikenal dengan nama '''Kurnianingrat''',{{efn|Hingga tahun 1947, [[Ejaan Van Ophuijsen]] adalah [[ortografi]] yang digunakan dalam penulisan Bahasa Indonesia. Dalam sistem iniejaan tersebut, nama Kurnianingrat ditulis sebagai Raden Adjeng Koernianingrat Sastrawinata ({{IPA-id|ra'dɛn a'dʒəŋ kʊrniaˈniŋrat sastrawi'nata|}}), sebagaimana yang dicantumkan di {{harvtxt|Gunseikanbu|1943|p=86}}. DiantaraDi antara teman-temannya, {{harvtxt|Zainu'ddin|1997|p=157}} mencatat bahwa ia dikenal sebagai Jo ({{IPA-id|jo|}}), juga ditulis menggunakan sistem ejaan yang sama.}} merupakanadalah seorang edukatorpendidik dan perintis daripelopor kurikulum [[pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua]] di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai wakilWakil kepalaKepala Inspeksi Pengajaran Bahasa Inggris (IPBI), sebuah institusilembaga di bawah [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia]], darimulai tahun 1953 hingga 1956. Kemudian, ia menjabat sebagai kepalaKepala Program Studi Inggris di [[Universitas Indonesia]].
 
Lahir daripada sebuah keluarga aristrokasiaristokrat [[Suku Sunda|Sunda]]—ayahnya adalah bupatiBupati [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]], [[Jawa Barat]] (saat itu masih merupakan bagian dari koloni [[Hindia Belanda]]) dan ibunya merupakanadalah seorang guru diasal [[Kabupaten Garut|Garut]]—Kurnianingrat mengenyampun pendidikanbersekolah di sekolah berbahasa Belanda dan tinggal di bersama-sama dengan keluarga [[Bangsa Belanda|Belanda]] dan [[Orang Indo|Indo-Eropa]]. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia menamatimelanjutkan studinya di sekolah pelatihanpendidikan keguruanguru, dan memperolehkemudian lulus dengan gelar diploma pendidikan, dengan spesialisasi di [[psikologi]]. Tugas mengajar pertamanya, pada tahun 1938, adalah di [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), dimanadi tempat ia pertama kali mengetahui tentang perkembangan [[Kebangkitan Nasional Indonesia|kebangkitangerakan nasionalnasionalis Indonesia]]. Selama dan segera setelah [[Pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda|pendudukan Jepang dimenduduki Hindia Belanda]], ia bekerja dan tinggal di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], danserta menjadi saksi sekaligusdan partisipanberpartisipasi daridalam [[Revolusi Nasional Indonesia]]. DisanaDi sana, ia bertemu dengan perdana menteri Indonesia, [[Ali Sastroamidjojo]], yang nantinyakemudian ia nikahi pada tahun 1970. Dua orang muridnya, [[Daoed Joesoef]] dan [[Nugroho Notosusanto]], lalu menjadi menteri pendidikan Indonesia.
 
Kurnianingrat menghabiskanjuga waktupernah tinggal di luar negeriIndonesia untuk melanjutkan pendidikannya,studinya. pertamaPertama, pendidikanstudi selama satu tahun di [[Sydney]] untuk mempelajari [[sistem edukasipendidikan Australia]], lalu studi selama dua tahun di [[Universitas Cornell]] di [[Amerika Serikat]] untuk menyelesaikanmeraih gelar magister di bidang [[Sastra Inggris|literatur Inggris]]. Ia pun berteman dengan sejumlah akademisi asing di Indonesia, yang meliputiseperti [[Herbert Feith]] dan istrinya, Betty, [[Ailsa Thomson Zainuddin]], dan [[George McTurnan Kahin]]. BerkatKarena pengalamannya bekerja bersama Feiths dan Zainuddin, yang merupakan salah satu sukarelawan asal Australia pertama yang mengerjakan tugas dariuntuk pemerintah Indonesia, ia pun menjadi pendukung awal dari program [[sukarelawan internasional]] Australia.
 
== Biografi ==
 
=== Kehidupan awal, keluarga, dan pendidikan ===
[[File:Alun-alun in Tjiamis TMnr 60016887.png|thumb|[[Alun-alun]] Ciamis, {{circa|1925–1933}}. Kurnianingrat dan ibunya tinggal di sebuah rumah sederhana di dekat masjid di sebelah kanan, di belakang barisan pohon.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=162}}]]
Kurnianingrat lahir di [[Ciamis]], sebuah kota di dekat perbatasan [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Tengah]], pada tanggal 4 September 1919.{{efn|{{harvtxt|Zainu'ddin|1994|p=115}} dan {{harvtxt|Zainu'ddin|1997|p=164}} memberikan informasi yang berlawanan tentang tanggal lahir Kurnianingrat, dengan sumber pertama menyebut tanggal 14 September dan sumber kedua menyebut tanggal 4 September. Perbedaan initersebut nampaknyatampaknya dikoreksi dalam {{harvtxt|McCarthy|Zainuddin|2017|p=188}}, yang mencantumkan surat, tertanggal 17 September 1991, yang ditulis oleh Kurnianingrat dengan petikan, "Dua pekan lalu, aku merayakan ulang tahunku yang ke-72 [...]"}} Ayahnya adalah Raden Adipati Aria [[Sulaeman Sastrawinata]], seorang [[priyayi]] [[suku Sunda|Sunda]] yang diangkat menjadi [[bupatiBupati]] Ciamis oleh pemerintahan kolonipemerintah [[Hindia Belanda]] yang meliputi Jawa.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=117}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=161}}<ref>{{cite news | last = Muhammad | first = Erik | date = 13 October 2022 | title = Bupati Ciamis RAA Sastrawinata: Dihormati Belanda, Dibenci Rakyat | trans-title = Ciamis Regent RAA Sastrawinata: Respected by the Dutch, Despised by the People | url = https://www.harapanrakyat.com/2022/10/bupati-ciamis-raa-sastrawinata-dihormati-belanda-dibenci-rakyat/ | language = Indonesian | work = Harapan Rakyat | publisher = Harapan Rakyat Online | archiveurl = https://web.archive.org/web/20221013062302/https://www.harapanrakyat.com/2022/10/bupati-ciamis-raa-sastrawinata-dihormati-belanda-dibenci-rakyat/ | archivedate = 13 October 2022 | accessdate = 30 November 2022}}</ref>{{efn|Sebelum kedatangan para kolonialis asal Eropa, para penguasa tradisional Jawa padaselama masa [[Kesultanan Mataram]] memerintah lewat [[suzerenitas]]. {{harvtxt|Palmier|1960|p=205}} menyatakanmencatat bahwa Belanda mengadopsi bentuk pemerintahan tersebut agarsetelah membawahiberhasil pulaumenguasai tersebutPulau Jawa, dan mengijinkan para penguasa lokal dan anggotabeserta keluarga merekakeluarganya untuk menaungimemimpin suatu wilayah tertentu sebagai perwakilan kekuasaandari pemerintah kolonial.}} IaSulaeman menikahi Suhaemi, seorang guru sekolah asal [[Garut]] dan putri dari seorang tuan tanah lokal, setelah kematian istri pertamanya meninggal akibat [[disentri]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=161}}{{sfn|Snouckaert van Schauburg|Irish'Stephenson|Adelink|Van Woesik|1937|p=96}} Karena istri pertamanya taktidak menghasilkanmemberinya anak, SastrawinataSulaeman pun menamai anak pertamanyapertama dari pernikahanpernikahannya tersebutdengan Suhaemi dengan sebutannama "Kurnia", yang artinyaberarti muruahhadiah. Nama tersebut kemudian diikuti dengan sebutanakhiran "ningrat", yang artinyaberarti keturunan priyayi.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=161}}
 
Di sisi lain, Suhaemi takbukan lahirberasal dari keluarga bangsawan.priyayi, Sehingga,sehingga ia taktidak dapat menyandang gelar Raden Ayu dan menjadi istri utama dari bupati tersebutSulaeman.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=161}} Sepuluh hari usai kelahiran Kurnianingrat lahir, ayahnyaSulaeman menikahi Kancananingrat, seorang putri janda yang merupakan anak dari bupatiBupati [[Sumedang]], dan iaKancananingrat pun menjadi istri utama dari Sulaeman dengan gelar Raden Ayu.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=162}}{{sfn|Snouckaert van Schauburg|Irish'Stephenson|Adelink|Van Woesik|1937|p=96}}{{efn|{{harvtxt|Sutherland|1973|p=128}} menyatakanmencatat bahwa garis keluarga paradari bupatiBupati Sumedang memegang peranperanan utamapenting dalam keluarga-keluarga arstokratikaristokratik Jawa Barat, yangdengan telah menjadi kepala bupati di Priangan—yang meliputi [[Cianjur]], Sumedang, dan Ciamis—pada masa Kesultanan Mataram. PengaruhnyaPengaruh mereka terlihat dari gelar [[pangeran]] mereka yang bersandingmereka dengansandang, bipatipadahal lainnyabupati yanglain memeganghanya menyandang gelar [[tumenggung]] atau [[adipati]].}} Kancananingrat memperlakukan Kurnianingrat seperti anaknya sendiri dan mengurusimemenuhi urusan rumah tangganyakebutuhannya. Sementara itu, Kurnianingrat dan dan ibu kandungnaykandungnya tinggal di sebuah rumah yang terpisah dari ''kabupaten tersebut'', kediaman bupatiBupati dan Raden Ayu. IaWalaupun begitu, Kurnianingrat selalu disambut di ''kabupaten tersebut'' dan berkunjung setiap hari selama beberapa jam,. seringkaliKurnianingrat juga kerap menemani ayahnya padauntuk perjalanan inspeksi keliling kabupatenberkeliling tersebutCiamis.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=162}} Seorang adik laki-laki lalu lahir pada tahun 1924,{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=165}} dan dua saudariorang adik perempuan masing-masing kemudian lahir pada tahun 1932 dan 1934.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=167}}
 
Kurnianingrat mulai masukbersekolah sekolah desa dalampada usia tiga atau empat tahun.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=162}} PadaSetahun tahun berikutnyakemudian, iaKurnianingrat dikirimdiantar ke sekitaran [[Tasikmalaya]] untuk tinggal denganbersama sebuah keluarga [[orang Indo|Indo-Eropa]]., Hal tersebutsehingga membolehkannyamemungkinkannya untuk mempelajari [[bahasa Belanda]], yang menjanjikan kesempatan untuk pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik pada eramasa kolonialitu. Pada usia lima tahun, pengetahuan bahasanyabahasa Belanda Kurnianingrat telah cukup baik, sehingga membuatnya dianggap layak untuk masuk ke sebuah sekolah dasar Eropa pada tingkat kedua.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=163}} iaKurnianingrat kemudian dikirimdiantar ke [[Bandung]] dalampada usia tujuh tahun untuk masukbersekolah di sebuah sekolah yang dijalankan oleh [[Tarekat religius Katolik|ordo]] [[Ursulin]]. TakKarena tidak dapat menemukan teman di sekolah tersebut, iaKurnianingrat seringkalikerap mengunjungi bioskop, belajar bahasa Jerman, dan menunjangmeningkatkan kemampuankemampuannya berbahasauntuk berbicara dalam bahasa Inggris dengan menonton film-film asing.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=117}} Setelah lulus SMP, ia masukdari sekolah pelatihantersebut, guruKurnianingrat Perhimpunanbersekolah Indo-Eropadi ({{lang|nl|''Indo-Europees Verbond Kweekschool}})'', sebuah sekolah pelatihan guru di Bandung. Pada waktusaat itu, ayahnya telah pensiun dari jabatan bupati dan menyewa sebuah vila di kota tersebutBandung, yangsehingga membuatmemungkinkannya Kurnianingrat dapatuntuk tinggal denganbersama keluarganya pada masa sekolah.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=167}} IaKurnianingrat mengikuti kursus pelatihan selama dua tahun, yangsehingga membuatnyamemungkinkannya untuk meraihmendapat sertifikat {{lang|nl|Hoofdacte}} (kepala guru kepala). Pada masasaat itu, ia juga mengajar paruh wakilwaktu di sebuah sekolah putrikeputrian.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=168}}
 
=== Karir awal dan kegiatan masa perang ===
[[File:Dahlan Abdullah, Madjalah Merdeka, No. 9, Tahun III, 4 Maret 1950.jpg|thumb|upright|Baginda [[Dahlan Abdullah]] (1895–1950), yang memperkenalkan Kurnianingrat dengan gerakan kemerdekaannasionalis Indonesia]]
Pada tahun 1938, Kurnianingrat memulai karirkarirnya dengan mengajar kelas tiga di sebuah [[Hollandsch Chineesche School|sekolah dasar Tionghoa-Belanda]] di [[Glodok]], sebuah [[pecinan]] di ibukotaibu kolonialkota Hindia Belanda, [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]).{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=168}} Seorang kolega asal [[Sumatra]] yang mengajar kelas enam, [[Dahlan Abdullah]], memperkenalkannyakemudian kepadamemperkenalkan Kurnianingrat dengan [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan kemerdekaannasionalis Indonesia]] yang melawan pemerintahan kolonial. MelaluinyaBerkat Dahlan, iaKurnianingrat menjadi sadar akan ketidakadilan yang dilakukanditerapkan oleh Belanda dan mendapati bahwa kebanyakansebagian orangbesar [[pribumi Indonesia]] taktidak diijinkandiizinkan untuk masuk ke sekolah dasar Eropa seperti dirinya.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=169}} Atas permintaan ayahnya, iaKurnianingrat kemudianlalu dipindahkan oleh Kementerian Pendidikan ke [[Purwakarta]] untuk mengajar di sebuah sekolah dasar Eropa.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=170}} Karena sekolah tersebut lebih dekat dengan rumahnya, adiknyaadik dan beberapasejumlah keponakankeponakannya danpun kemenakannyadisekolahkan yang masih muda masuk kedi sekolah tersebut dan diajar oleh Kurnianingrat.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=171}}
 
Perang kemudian terjadipecah di Eropa., Karenadan karena [[invasi Belanda oleh Jerman|Jerman memulaimulai invasimenginvasi Belanda]], kepala dari sekolah hengkangtersebut untukpun bergabungkembali denganke upayaBelanda pertahananuntuk ikut berperang. Kurnianingrat, sebagai staf pengajar palingyang terkualifikasipaling berikutnyaberkualifikasi, lalu menggantikannya sebagai kelapakepala sekolah, yang tidak disenangiwalaupun guru-guru lainnyalain dan para petinggi kolonial lokal tidak senang dengan keputusan tersebut. Namun, karenadengan makin besarnya peluang [[kampanye Hindia Belanda|invasi HindiaJepang Belandake olehHindia JermanBelanda]] usai [[serangan Pearl Harbor]] pada tahun 1941, sekolah tersebut kemudianakhirnya ditutup ketika keluarga-keluarga Belanda mulai hengkangkabur ke Australia dan ke wilayah-wilayah lainnya.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=171}} Kurnianingrat juga dievakuasi ke daerahpedesaan pinggiran denganbersama keluarganya. Pada bulan Maret 1942, pasukan Jepang telah menduduki Purwakarta.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=171}} Invasi tersebut menyebabkan ayahnya kehilangantidak lagi mendapat kesempatanuang pensiunnyapensiun dari pemerintahanpemerintah kolonialHindia Belanda, sehingga Kurnianingrat kembali berniat untuk kembali bekerja di Batavia, yang waktu itu digantitelah diubah namanya menjadi Jakarta oleh pemerintahanpemerintah militer JermanJepang, usaisetelah menganggurtidak bekerja selama berbulan-bulan. Di sanaJakarta, iaKurnianingrat kembali bertemu dengan mantan koleganya, Dahlan Abdullah, yang diangkat oleh Jepang sebagai kepala pemerintahanpemerintah daerah sementara, karena memiliki pandangan anti-Belanda. Dahlan Abdullah pun menawarkan pekerjaan kepada Kurnianingrat di kantor pemerintahanpemerintah daerah kepada Kurnianingrat, meskipun gajinya sangat kecil{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=174}} Kemudian, iaKurnianingrat ditugaskanmelamar di Kementerian Pendidikan Jepang untuk memegangmengisi jabatanlowongan guru [[psikologi]] di Sekolah Guru Perempuan di [[Yogyakarta]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=174}} IaKurnianingrat mula-mulapertama meminatikali tertarik dengan psikologi pada masasaat masih menjadi pelajarmurid di sekolah''Indo-Europees pelatihanVerbond guruKweekschool'' Perhimpunandi Indo-EropaBandung.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=167}}
 
Di Yogyakarta, Kurnianingrat mengamati bahwa para pendudukmasyarakat terbiasaterpaksa berbicara dalam [[bahasa Indonesia]] alih-alihyang saat itu belum baku, bukannya berbicara dalam bahasa asing.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=175}} SebagaiKarena pemakaisering bahasaberbicara Belandadalam yangbahasa handalBelanda, iaKurnianingrat sangatpun sedikittidak mengetahuiterlalu memahami bahasa Indonesia, karenapadahal bahasa tersebut menjadi [[bahasa pengantar]] utama di sekolah tempat ia mengajar. Seorang kolgakolega telahpun harus menerjemahkan pelajaran-pelajarannyabahan ajar Kurnianingrat ke dalam bahasa Indonesia, dan iaKurnianingrat kemudian akan mengajarkannyamenghafalkannya, agar dapat menyampaikannya di kelas-depan kelas.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=176}} KetikaKarena kondisi ekonomi memburukmakin buruk pada masa [[pendudukan Hindia Belanda oleh Jepang|pendudukan Jepang]], Kurnianingrat bahkan harus membarter pakaian [[batik]] dan menjual perhiasannya untuk mendukung pendidikan paradari anggota keluarganya.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=176}} Ia sedang berlibur denganbersama keluarganya di Purwakarta saat kabar [[menyerahnya Jepang]] kepada [[Sekutu Perang Dunia II|Sekutu]] barat pada tahun 1945 mencapaisampai di Hindia Belanda. BerharohariBeberapa hari kemudian, kabar pemimpin kemerdekaanbahwa [[Sukarno]] dan [[Mohammad Hatta]] [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaan Indonesia]] mencapaijuga sampai di [[Yogyakarta]] melalui siaran radio Australia.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=177}} Pasukan Sekutu lalu datang ke Indonesia pada bulan September 1945 untuk mengembalikan kekuasaan Belanda, membuatsehingga pemerintahanmemaksa republikpemerintah Indonesia yang baru dibentuk untuk berpindahpindah ke Yogyakarta, beserta dengan para pejabat pemerintah, panglimakomandan militer, pejabat asing, dan wartawanjurnalis.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=178}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=179}} Pada tahun 1946, Kurnianingrat mulai mengaharmengajar bahasa Inggris di SMAsebuah sekolah menengah atas dan juga membaca siaran-siaran berbahasa Inggris untuk stasiun radio [[Voice of Free Indonesia]].{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}} IaKurnianingrat dan gururekan sejawatnya, [[Utami Soerjadarma]], ditugaskanlalu direkrut untuk ikutmenghadiri serta dalam banyaksejumlah kegiatanacara makan malam kenegaraan di [[Gedung Agung]], karena taktidak banyak orang indonesiaIndonesia yang dapat berbahasaberbicara dalam bahasa Inggris dengan tetamutamu-tamu asing pada masasaat itu.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=179}} Ia berharap agarbahwa, dengan menghadiri acara makan malam tersebut, "AkuSaya dapat membantu membuatmenghilangkan citra rakyatorang indonesiaIndonesia takyang dipandangbodoh sebelahdan matabiadab."{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=181}}
 
[[File:Rijstuitdeling in Solo en Djocja spoedig na de bezetting, Bestanddeelnr 2659.jpg|thumb|Para pendudukMasyarakat Yogyakarta sedang menunggu pengirimandistribusi beras, saat penipisanterjadi kekurangan bahan makananpangan usaiakibat Belanda menyerang kota tersebut pada tahun 1948.]]
Pada tahun 1947, Kurnianingrat terpilihdipilih menjadisebagai jurutulissekretaris untuk delegasi Indonesia untukpada [[Perjanjian Renville]] dengan Belanda yang dinaungiditengahi oleh [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]].{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}} Setelah pasukan Belanda melanggar perjanjian [[gencatan senjata]] dan [[Operasi Kraai|merebut Yogyakarta]] pada tahun 1948, iaKurnianingrat membantu [[Revolusi Nasional Indonesia|perjuangan Indonesia]] dengan mengijinkanmengizinkan para pejuang [[gerilya]] untuk memakaimenggunakan rumahnya sebagai depotdepo suplai.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}} Karena serangan tersebut menimbulkan penyusutankekurangan bahan pangan di kota tersebutYogyakarta, iaKurnianingrat dan sejumlah wanita lainnya kemudian mengoperasikan "[[dapur sup|dapur nasi]]" rahasia untuk memberi makanmakanan parakepada keluarga yang taktidak memiliki persediaan pangan.{{sfn|Kahin|2003a|p=396–397}} IaKurnianingrat juga tetap mengajar para murid secara diam-diam dengan parabersama guru perguruan tinggi-guru lainnya, dan jugaserta melakukan pekerjaan administratif untuk [[Palang Merah Indonesia]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=184}} Meskipun para prajurit [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda]] pernah memeriksa rumahnya, kegiatan rahasianyarahasia takKurnianingrat tidak pernah terbongkar. Pada tahun 1949, serangan tersebut telah membuat warga dunia menentang Belanda, yangsehingga Belanda kemudian terpaksa membebaskan para pemimpin Indonesia yang ditangkaptelah mereka tangkap, dan kemudian mengadakan [[Konferensi Meja Bundar]] yang berujung pada pengkuanpengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada bulan Desember 1949.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=185}}
 
=== Belajar ke luar negeri dan pulang ke Indonesia ===
Sebagai bagian dari paket bantuan Australiapasca-perang setelahdari perangAustralia kepadauntuk negara-negara di Asia, Jawatan Pendidikan mulai [[hubungan Australia dengan Indonesia|menawarkan beasiswa kepadauntuk orang-orang Indonesia]] pada tahun 1949.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=185}} Karena terpikattertarik akandengan masa depan [[pendidikan di Indonesia]], Kurnianingrat pun mengajukan diri untuk belajarmempelajari [[psikologi pendidikan]] dan meraihmendapat dukungan dari pemerintah Indonesia.{{sfn|Lee|1998|p=499}} Beasiswa tersebutyang menawarkannyaditawarkan pembelajarankepada setahunKurnianingrat kemudian hanya berupa studi selama satu tahun di [[Sydney]] pada jurusanbidang yang ia pilih, sehingga ia memutuskan untuk belajarmempelajari sistem pendidikan Australia.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=185}} IaKurnianingrat lalu berangkat ke Sydney pada bulan November 1949 dan disambut oleh [[chargé d'affaires]] Indonesia, [[Usman Sastroamidjojo]], usaisetibanya kedatangandi sana.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=186}} Belajar di bawah bimbingan Profesor William O'Neill dari [[Universitas Sydney]], iaKurnianingrat mengunjungi sekolah-sekolah di seluruhseantero belahanAustralia, negaradan tersebut,hanya menemukan sedikit perbedaan antara sekolah-sekolah di Australia dan sekolah-sekolah Belanda di Indonesia. Namun, ia terkejut olehdengan jumlah [[Pendidikan jenis kelamin tunggal|sekolah jenis kelamin tunggal]] dan [[pemisahan jenis kelamin]] dalam kehidupan bermasyarakat di Australia secara umum.{{sfn|Zainu'ddin|1997|pp=187–188}} [[Federasi Guru New South Wales]] menjadikannyalalu menjadikan Kurnianingrat sebagai anggota kehormatan.{{sfn|NSWTF|1950|p=72}} IaKurnianingrat juga melakuaknmelakukan perjalanan ke [[Canberra]], [[Melbourne]], dan [[Tasmania]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=189}}
 
IaKurnianingrat kembali ke Indonesia pada bulan Desember 1950, dan disambut dengan hangat oleh para pejabat kementerianKementerian pendidikanPendidikan yang tertarik untuk mendengar pengalamannyapengalaman Kurnianingrat di Australia. IaKurnianingrat kemudian diangkat menjadisebagai kepala dari sebuah Sekolah Guru Atas dan ditugaskan untuk mengubahmentransformasi sekolah-sekolah Belanda menjadi "lembaga republik".{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=190}} Pada tahun 1951, bahasa Inggris telah menggantikan bahasa Belanda sebagai bahasa asing utama dari pemerinthanpemerintah Indonesia, dan Inspeksi Pengajaran Bahasa Inggeris (IPBI) juga didirikan pada tahun 1953.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=159}} Kurnianingrat lalu mengajukan diri untuk masukbergabung inspektoratke tersebutIPBI, dan akhirnya diterima sebagai wakil direkturnyakepala. Ia bergabung dengandi direkturnya,IPBI bersama [[Fritz Wachendorff]], danyang anggotamenjadi staf,kepala dan [[Harumani Rudolph-Sudirdjo]] yang menjadi staf.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=191}} IPBI kemudian meminta bantuan dari [[British Council]] dan [[Ford Foundation]] dalam merencanakanmerancang silabus untuk untuk pengajaran bahasa Inggris pada lembaga-lembaga pasca-[[pendidikan dasar]] di Indonesia. MerekaIPBI juga mengadakan kursus selama dua tahun untuk melatih para guru bahasa Inggris.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|pp=192–193}} Pada tahun 1951, para sukarelawan dari Australia mulai datang ke Indonesia di bawah naungan [[Australian Volunteers International|Volunteer Graduate Scheme]] (VGS),. yangPara sukarelawan tersebut bekerja padasesuai penugasan untukdari pemerintahanpemerintah Indonesia, termasuk di IPBI.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xv}} Kurnianingrat menaungipun mengawasi dan menjalin persahabatan dengan beberapasejumlah sukarelawan tersebut.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xvi}}
 
IPBI dibubarkan pada tahun 1956, karena anak sulung Rudolph-Sudirdjo lahirmelahirkan anak pertamanya dan Wachendorff menerima jabatanmenjadi dosen di [[Universitas Indonesia]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=198}} Kurnianingrat datanglalu pergi ke Amerika Serikat untuk belajarmempelajari [[sastra Inggrislinguistik]] dan [[linguistiksastra Inggris]] di [[Universitas Cornell]] di [[Ithaca, New York]] setelah menerimamendapat beasiswa dari [[Ford Foundation]]. Ia menjalanipun menghabiskan dua tahun di universitas tersebut dan merampungkanberhasil menyelesaikan tesis [[Magistrat]] tentangmengenai sejarah [[William Shakespeare]] di Indonesia.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Stucki|1959|p=107}} Tesisnya menyorotimengeksplorasi cikal bakal [[Komedi Stambul]], sebuah bentuk pertunjukan rakyat dari zamanperiode kolonial akhir, yang mementaskan adaptasi-adaptasi karya seperti ''[[Hamlet]]''.{{sfn|Sutherland|1967|pp=95–96, 101}} Setelah kepulangannyapulang ke Indonesia, iaKurnianingrat mulai mengajar di jurusan sastra Inggris di Universitas Indonesia, dan kemudian diangkat menjadi kepala dari jurusan tersebut pada bulan Juni 1960.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}
 
MsuknyaMasuknya media berbahasa Inggris ke Indonesia pada akhir 1960andekade menimbulkan1960-an peningkatanmeningkatkan pemahamanjumlah danorang pemakaianIndonesia bahasayang tersebutmempelajari padadan masyarakatmenggunakan Indonesiabahasa tersebut.{{sfn|Tempo|1974|p=46}} Sekolah-sekolah bahasa yang mengajarkan bahasa Inggris dan penerbitan-penerbitanpenerbit yang meluncurkan buku-buku pelajaran bahasaberbahasa Inggris pun berkembang pesat.{{sfn|Tempo|1974|p=49}} Namun, Kurnianingrat menyesalkanmenyayangkan tingkat kemahiran berbahasa Inggris yang rendah secara umum masih rendah, karena hanya sedikit orang yang mampu membayar biaya les privat.{{sfn|Tempo|1974|p=47}} IaKurnianingrat meraihlalu mendapat tawaran dari [[Longman]] yang berbasis diasal [[London]] untuk menerbitkan buku pelajaran, namuntetapi ia menolaknya karena penerbitanpenerbit tersebut taktidak ingin mencetak nama pengarangpenulis padadi sampulnyasampul buku. Sebuah penerbitanpenerbit domestik, Bhratara, kemudian menerbitkan buku pelajaran buatannyakarya Kurnianingrat yang berjudul ''Practical Conversations'' pada tahun 1973.{{sfn|Tempo|1974|p=49}} PadaSetahun 1974kemudian, Kurnianingrat pensiun dari kegiatan mengajar di Universitas Indonesia.{{sfn|Tempo|1974|p=47}} Ia mengajarlalu privatmemilih padauntuk tahun-tahunmengajar berikutnyasecara privat.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=119}} Pada usia 70an70-an tahun, iapenglihatan mengalamiKurnianingrat kehilanganmenurun penglihatandrastis, matasehingga dania tidak takdapat lagi menulis tanpa dibantu.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xviii}} Untuk menghadapimengatasi kondisi tersebut, iaKurnianingrat pun mempelajari [[Braille]].{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=119}}
 
Atas dorongan dari Rudolph-Sudirdjo, Kurnianingrat lalu mulai menulis memoirmemoar dan memasukkan draf-draf di antara surat-surat yang ditulisia tulis kepadauntuk sejarawan [[Ailsa Thomson Zainuddin]] antaramulai bulan Januari 1991 danhingga Juni 1993.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xviii}} memoirMemoar tersebut taktidak pernah rampungselesai, dan hanya sembilan bab yang mengisahkanmenceritakan kisah hidupnya sepanjanghingga usia 30an30-an tahun yang dirampungkanberhasil diselesaikan, sebelum iaakhirnya Kurnianingrat jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 18 Oktober 1993.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=115}}{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|pp=96, 102}} IaSemasa hidupnya, Kurnianingrat tinggal di [[Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur|Cipinang Muara]], [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]], [[Jakarta Timur]].{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xviii}}
 
== Kehidupan pribadi ==
[[File:Ali Sastroamidjojo, Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.jpg|thumb|upright|Mantan perdana menteri [[Ali Sastroamidjojo]] (1903–1975), yang menikahi Kurnianingrat pada tahun 1970]]
Pada tahun 1940, padasaat penugasanmasih pengajaranmenjadi pertama Kurnianingratguru di Batavia, iaKurnianingrat menjalin hubungan[[Pacaran|berpacaran]] dengan Jusuf Prawira Adiningrat, seorang mahasiswa hukum. Keduanya diperkenalkan dengan satu sama lain melaluioleh Toos Prawira Adiningrat, saudara dari Jusuf danyang sepupujuga Kurnianingrat,merupakan yangsepupu menjadidan teman palingdekat dekatnyadari Kurnianingrat. Pada masasaat itu, iaKurnianingrat tinggal di rumah [[patih]] [[Sawah Besar|Weltevreden]]. KetikaSeiring hubungandengan Jusufmakin denganseriusnya Kurnianingrat menjadihubungan lebihantara seriuskeduanya, Jusuf kemudian meminta ijin dari ayah Kurnianingrat untuk menikahinya. Keduanya bertunangan menyusul proposallalu resmi atasbertunangan melalui perantaraan bupatidari Bupati dan Raden Ayu [[Cianjur]], para sepupu dari Jusuf. IaJusuf kemudian meminta Kementerian Pendidikan untuk memindahkan penugasannyapenugasan Kurnianingrat ke Purwakarta, sehinggaagar ia dapat terdampingimendampingi Kurnianingrat dengan baik.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=170}} Jusuf mengunjunginyamengunjungi Kurnianingrat setiap akhir pekan di Purwakarta., Namuntetapi saat keluarganyakeluarga Kurnianingrat dievakuasi darisebelum invasi Jepang, Kurnianingrat terpaksa meninggalkan kota tersebutPurwakarta tanpa Jusuf.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=171}} Bahkan usaiSetelah pasukan Jepang menduduki Purwakarta, iaKurnianingrat taktidak lagi mendapatkanmendapat kabar dari Jusuf. Sehingga, iasehingga Kurnianingrat kemudian kembali ke Purwakarta untuk mencarinyamencari Jusuf. DisanaDi sana, iaKurnianingrat mengetahuimendapati bahwa iaJusuf telah dibunuh oleh warga desa saat sedang dalam perjalanan menuju ke Purwakarta, olehkarena para warga desa yangJusuf menyangkanyadianggap sebagai [[Tionghoa Indonesia|orang Tionghoa]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=172}}
 
Kurnianingrat kemudian menikahi duda mantan perdana menteri [[Ali Sastroamidjojo]], yang istrinya telah meninggal beberapa haritahun sebelumnya.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}} merekaMereka telah mengenal satu sama lain saatsejak merekasama-sama beradatinggal di Yogyakarta—ketika Kurnianingrat menjadi guru dan Ali menjadi pemimpin republik—dan seringkalikerap bertemu pada acara-acara kenegaraan.{{sfn|Nalenan|2005|p=213}} Dalam sebuah surat pada tahun 1949 kepadayang konjenditulis untuk konsul jenderal Australia, [[Charles Eaton (perwira RAAF)|Charles Eaton]], Ali, dalam penugasannyakapasitasnya sebagai Menteri Pendidikan pada masasaat itu, memuji Kurnianingrat sebagai "salah satu guru paling terkualifikasiberkualifikasi dalam pelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah menengah kami", membujukuntuk mendukung agar Kurnianingrat mengajukandapat diri untukmemperoleh belajarbeasiswa di Australia.{{sfn|Lee|1998|p=499}} Meskipun orang-orang yang mengenal Ali menganggapnya sebagai seorang pria yang kaku, Kurnianingrat melihat sifatbahwa lucunyaAli danadalah seringkaliseseorang memberikanyang hormathumoris padadan orang-orangsangat yang menganggapnyadihormati sebagai negarawanseorang negarawan tuasenior.{{sfn|Nalenan|2005|p=213}} Kurnianingrat membujuklalu mendorong Ali untuk merampungkanmenyelesaikan sebuah memoirmemoar, yang terbitakhirnya diterbitkan pada tahun 1974.{{sfn|Sastroamidjojo|1974|p=7}} Pada tiga bulan terakhir masa hidupnya, Ali terkena [[penyakit paru-paru]].{{sfn|Nalenan|2005|p=213}} Keduanya menikah daripada tahun 1970 sampaihingga akhirnya Ali meninggal pada tahun 1975.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=119}}
 
== Warisan ==
[[Berkas:Potret kartini 8 1.jpg|thumb|upright|[[Kartini]] (1879–1904), pelopor hak dan pendidikan wanita, yang disandingkan oleh Zainuddin dengan Kurnianingrat]]
Sejarawan Ailsa Thomson Zainuddin memandang Kurnianingrat sebagai seorang [[Kartini]] modern, yakni aristokrat dan advokat pendidikan dan emansipasi wanita [[suku Jawa|Jawa]] pada abad ke-19.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=117}} Kurnianingrat kemudian mengakui pada tahun-tahun terakhirnya bahwa ia "sangatbelajar untuk lebih memahamimengapresiasi Kartini" lewatmelalui tulisan-tulisan Zainuddin.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=199}} Dalam sebuah artikel taktahun diterbitkan1980 yang ditulistidak pada 1980diterbitkan, iaKurnianingrat membandingkan pencapaiannya sendiri dengan pencapaian Kartini:{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=117}}
 
{{Blockquote
|text=Saya lahir dalam sebuah lingkungan yang mirip dengan Kartini, pelopor emansipasi wanita di Indonesia, namuntetapi padabedanya, saya lahir empat puluh tahun berikutnyakemudian. Pada 1920andekade 1920-an, kabupaten taktidak lagi menempatkanmengurung para perempuan, dalamdan tembok-temboknya;bahkan kabupaten menjadi pusat bagi kaum muda untuk menuntut pendidikan merekailmu. BanyakSejumlah sepupu saya, baik laki-laki maupun perempuan, pun datang untuk tinggal di kabupaten dan merekakami dibesarkan bersama-sama secara setara. TakPara pernahperempuan adatidak para perempuanpernah merasa bahwa para laki-laki lebih tinggi dan kaum muda takjuga tidak harus merendahkan diri mereka sendiri di hadapan orang-orang yang lebih tua. KarenaSementara Kartini mengukirmendambakan kesempatan untuk meraihmemperoleh pembelajaranpendidikan Barat, kami terdorongdidorong untuk memahamimempelajari sebanyak mungkin mengenai budaya Barat.
}}
 
Ketika beradatinggal di Yogyakarta, Kurnianingrat menjadi saksimenyaksikan peristiwa-peristiwa [[Revolusi Nasional Indonesia]] dan seringrutin berbincangberinteraksi dengan para figurtokoh utamanya,{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=101}} termasuk Presiden Sukarno dan pria yang kelak menjadi suaminya, Ali Sastroamidjojo.{{sfn|Nalenan|2005|p=213}} Sejarawan [[Jean Gelman Taylor]] mendeskripsikan kehidupannyabahwa "memilikikehidupan hubunganKurnianingrat "berhubungan intimdekat dengan pendirian Indonesia".{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=96}} RumahnyaRumah Kurnianingrat di [[Gondokusuman, Yogyakarta|Gondokusuman]] seringkalipun rutin didatangi oleh para pengunjung, anggota keluarga, teman, dan bahkan pengungsi dari seranganagresi militer Belanda.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=102}} IaKurnianingrat juga menjalin persahabatan dengan petugaspejabat Palang Merah Indonesia [[Paramita Abdurachman]] dan sejarawan Amerika Serikat [[George McTurnan Kahin]] (saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral).{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=180}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=183}} Kemudian, iaKurnianingrat mencegah otoritas Belanda darimenyita merampas salinan-salinan pidato-pidato buatandari Sukarno, Mohammad Hatta, dan [[Mohammad Natsir]]—yang disiapkan untuk disiarkan ketika Belanda menyerang Yogyakarta—dan membantu Kahin untuk menyeludupkan merekasalinan-salinan keluartersebut darike luar Indonesia.{{sfn|Kahin|2003a|p=ix}}{{sfn|Kahin|2003b|p=105}} Dua muridnyamurid Kurnianingrat di Yogyakarta kemudian menjadi menteri pendidikan, yakni [[Daoed Joesoef]] dan [[Nugroho Notosusanto]].{{sfn|Nalenan|2005|p=213}}
 
Cendekiawan Australia [[Herbert Feith]], istrinya, Betty, dan Zainuddin merupakan teman seumur hiduplama Kurnianingrat.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xi}} Feith datang ke indonesiaIndonesia pada tahun 1951 dan menjadi sukarelawan asal Australia pertama di Indonesia. IstrinyaBetty dan Zainuddin kemudian menyusul pada bulan Juli 1954 dan bekerja di IPBI, tempatdi mana Kurnianingrat menjadi wakil direkturkepala, selama delapan belas bulan. Pengalaman Kurnianingrat bekerja dengan tiga orang tersebut pun menjadikannya pendukung awal dari sukarelawan Australia. Meskipun sadar akan jurangkelemahan pemisahdari gerakan sukarela internasional—[[paternalisme]] yang ditunjukkan denganoleh mengirim pemahamannegara kenegaraanpengirim dan kemiskinanpemahaman dariyang kebutuhankurang lokal,mengenai iakebutuhan lokal—ia menulis dalam sebuah potongan opini pada tahun 1959, "AkuSaya hanya dapat berkata bahwa akusaya memilikisangat apresiasi mendalam untukmengapresiasi Volunteer Graduate Scheme dan cara iniyang mereka diupayakanupayakan untuk menjalinmembentuk hubungan bersahabatbaik dengan Indonesia."{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xv}}{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xvi}}
 
== Karya ==
Baris 91:
=== Daftar pustaka ===
{{Refbegin|2}}
* {{Cite magazine | date = 20 JulyJuli 1974 | title = Banjir Bahasa Inggeris: Mau Apa? | trans-title = A Deluge of English: For What Purpose? | language = Indonesian | magazine = [[Tempo (Indonesian magazinemajalah)|Tempo]] | pages = 46–49 | issn = 0126-4273 | ref = {{sfnref|Tempo|1974}}}}
* {{Cite book | last = Kahin | first = George McTurnan | date = 2003a | orig-date = 1952 | title = Nationalism and Revolution in Indonesia | url = https://books.google.com/books?id=WDgBBzWQ2DAC | series = Studies on Southeast Asia | location = Ithaca, New York | publisher = Cornell Southeast Asia Program Publications | isbn = 978-0-87727-734-7 | ref = {{sfnref|Kahin|2003a}}}}
* {{Cite book | last = Kahin | first = George McT. | date = 2003b | title = Southeast Asia: A Testament | url = https://books.google.com/books?id=Il5Tx5tKPM0C | location = London | publisher = RoutledgeCurzon | isbn = 978-0-415-29976-3 | ref = {{sfnref|Kahin|2003b}}}}
* {{Cite book | editor-last = Lee | editor-first = David | date = 1998 | chapter = Sastroamidjojo to Eaton | chapter-url = https://www.dfat.gov.au/about-us/publications/historical-documents/Pages/volume-15/458-sastroamidjojo-to-eaton | title = Indonesia 1949 | url = https://www.dfat.gov.au/about-us/publications/historical-documents/Pages/volume-15/1949-indonesia-volume-15 | series = Documents on Australian Foreign Policy, 1937–49 | volume = 15 | location = Victoria | publisher = Australian Government Publishing Service | pages = 498–499 | isbn = 978-0-644-38629-6 | ref = {{sfnref|Lee|1998}}}}
* {{Cite book | editor-last1 = McCarthy | editor-first1 = Ann | editor-last2 = Zainuddin | editor-first2 = Ailsa Thomson | date = 2017 | title = Bridges of Friendship: Reflections on Indonesia's Early Independence and Australia's Volunteer Graduate Scheme | location = Clayton, Victoria, Australia | publisher = Monash University Publishing | isbn = 978-1-925495-22-5 | ref = {{sfnref|McCarthy|Zainuddin|2017}}}}
* {{Cite book | last = Nalenan | first = Ruben | editor1-last = Bashri | editor1-first = Yanto | editor2-last = Suffatni | editor2-first = Retno | date = 2005 | chapter = Ali Sastroamidjojo: Merombak Pola Kekuatan Dunia | trans-chapter = Ali Sastroamidjojo: Reorganizing Global Power Patterns | title = Sejarah Tokoh Bangsa | trans-title = History of National Figures | url = https://books.google.com/books?id=bfJmDwAAQBAJ | location = Yogyakarta | publisher = Lembaga Kajian Islam dan Sosial | pages = 179–216 | isbn = 978-979-3381-77-0 | ref = {{sfnref|Nalenan|2005}}}}
* {{Cite magazine | date = 31 December 1943 | title = Oeroesan Pegawai Negeri, Pengoemoeman No. 5 | trans-title = Civil Service Affairs, Bulletin No. 5 | url = https://books.google.com/books?id=ZksnAAAAMAAJ | magazine = Kan Pō | script-work = ja:官報 | trans-work = Government Gazette | language = Indonesian | publisher = Jawa Gunseikanbu {{lang|ja|爪哇軍政監部}} [Office of the Military Administration of Java] | volume = 2 | issue = 33 (2) | pages = 5–148 | oclc = 18581578 | ref = {{harvid|Gunseikanbu|1943}}}}
* {{Cite journal | last = Palmier | first = Leslie H. | date = JanuaryJanuari 1960 | title = The Javanese Nobility under the Dutch | url = https://www.cambridge.org/core/journals/comparative-studies-in-society-and-history/article/abs/javanese-nobility-under-the-dutch/5764D2963A1CFFD546F8C95AE3B9E03A | url-access = subscription | journal = Comparative Studies in Society and History | publisher = Mouton & Co. | volume = 2 | issue = 2 | pages = 197–227 | doi = 10.1017/S0010417500000669 | jstor = 177815| s2cid = 145683953 | ref = {{sfnref|Palmier|1960}}}}
* {{Cite book | last = Sastroamidjojo | first = Ali | date = 1974 | title = Tonggak-Tonggak di Perjalananku | trans-title = Milestones in My Journey | url = https://fliphtml5.com/fncdh/khbe | language = Indonesian | location = Jakarta | publisher = Bagian Penerbitan Kinta | oclc = 6801006 | ref = {{sfnref|Sastroamidjojo|1974}}}}
* {{Cite book | last1 = Snouckaert van Schauburg | first1 = W. | last2 = Irish'Stephenson | first2 = M. | last3 = Adelink | first3 = J. C. H. | last4 = Van Woesik | first4 = M. F. X. M. | date = 1937 | title = De Nederlandsche Ridderorden, 1900–1936 | trans-title = The Dutch Orders of Knighthood, 1900–1936 | url = https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB06:000008515 | language = Dutch | location = Amsterdam / The Hague | publisher = Nederlandsche Biografische Uitgevers-Maatschappij NV| ref = {{sfnref|Snouckaert van Schauburg|Irish'Stephenson|Adelink|Van Woesik|1937}}}}
* {{Cite book | last = Stucki | first = Curtis W. | date = August 1959 | title = American Doctoral Dissertations on Asia, 1933–1958, Including Appendix of Master's Theses at Cornell University | url = https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/57506/037.pdf | series = Southeast Asia Program Data Papers | location = Ithaca, New York | publisher = Cornell University Southeast Asia Program | hdl = 1813/57506 | hdl-access = free| ref = {{sfnref|Stucki|1959}}}}
* {{Cite thesis | last = Sutherland | first = Heather | date = 1967 | title = 'Tempo Doeloe' and 'Pudjangga Baru': Aspects of Social and Intellectual Life in Twentieth-Century Batavia, focussing on the Indonesian Community 1933 to 1942 | url = https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/111340 | degree = MA | publisher = Australian National University | doi = 10.25911/5d763445b2bb2 | doi-access = free | hdl = 1885/111340 | hdl-access = free| ref = {{sfnref|Sutherland|1967}}}}
* {{Cite journal | last = Sutherland | first = Heather | date = October 1973 | title = Notes on Java's Regent Families: Part I | url = https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/53565/INDO_16_0_1107129329_113_147.pdf | journal = Indonesia | publisher = Cornell University Southeast Asia Program | volume = 16 | issue = 16 | pages = 113–147 | doi = 10.2307/3350649 | hdl = 1813/53565 | hdl-access = free | jstor = 3350649 | ref = {{sfnref|Sutherland|1973}}}}
* {{Cite journal | date = 23 June 1950 | title = Visiting Teachers Honoured By Council | url = https://nla.gov.au/nla.obj-680907085 | journal = Education: Journal of the New South Wales Teachers' Federation | location = Sydney | publisher = N.S.W. Teachers' Federation | volume = 31 | issue = 9 | page = 72 | oclc = 220329934 | ref ={{sfnref|NSWTF|1950}}}}
* {{Cite journal | last = Zainu'ddin | first = Ailsa Thomson | date = OctoberOktober 1994 | title = In Memoriam: Jo Kurnianingrat Sastroamijoyo, September 14, 1919 – October 18, 1993 | url = https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54041/INDO_58_0_1106970439_115_119.pdf | journal = Indonesia | publisher = Cornell University Southeast Asia Program | volume = 58 | issue = 58 | pages = 115–119 | hdl = 1813/54041 | hdl-access = free | isbn = 978-0-87727-858-0 | jstor = 3351108 | ref = {{sfnref|Zainu'ddin|1994}}}}
* {{Cite book | last = Zainu'ddin | first = Ailsa Thomson | editor-last = Taylor | editor-first = Jean Gelman | date = 1997 | chapter = Building the Future: The Life and Work of Kurnianingrat Ali Sastroamijoyo | title = Women Creating Indonesia: The First Fifty Years | url = https://books.google.com/books?id=5U-3AAAAIAAJ | series = Monash Papers on Southeast Asia | location = Clayton, Victoria, Australia | publisher = Monash Asia Institute | pages = 156–202 | isbn = 978-0-7326-1156-9 | ref = {{sfnref|Zainu'ddin|1997}}}}
{{Refend}}
 
{{Authority control}}
 
[[CategoryKategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Barat]]
[[Kategori:Tokoh Ciamis]]