Lada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fraresti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
MITGATVM (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(16 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
| image_caption = lada
| regnum = [[Plantae]]
| unranked_divisio = [[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]]
| classisunranked_classis = [[MagnoliopsidaMagnoliids]]
| ordo = [[Piperales]]
| familia = [[Piperaceae]]
Baris 42:
 
== Varietas lada ==
Di [[Indonesia]], terdapat sekitar 40 jenis lada. Meskipun begitu, jenis varietas lada yang banyak ditanam tergantung kepada daerahnya. Di Lampung misalnya, jenis yang banyak ditanam adalah Belantung dan Kerinci. Di Bangka jenis yang banyak ditanam adalah “Lampung Daun Kecil” (LDK) dan “Lampung Daun Lebar” (LDL), Merapin, Chunuk dan [[Jambi]]. Di Kalimantan, jenis lada yang banyak ditanam adalah varietas Bengkayang. Di Provinsi [[Jawa Barat]], jenis yang banyak ditanam adalah varietas LDK dan LDL. Dalam setiap jenis varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam ketahanan hama dan penyakit uatama lada, sehingga petani dapat memilih jenis varietas lada mana yang cocok untuk dikembangkan<ref name=":0">Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. ''Teknologi Budidaya Lada''. ISBN 978-979-1415-37-8.</ref>
 
Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi pertanian kini tanam lada tidak hanya terpaku pada jenis rambat namun sudah dibudidayakan juga jenis [https://www.azril-zulfadlhi.com/2015/04/cara-mudah-membuat-bibit-lada-perdu.html lada perdu] yang tidak terlalu membutuhkan lahan luas serta sangat minim pemeliharaan dan juga hasil buahnya sebanding dengan jenis rambat.
Baris 49:
 
=== Karakteristik geografis ===
Tanaman lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0–700 m di atas [[permukaan laut]] (dpl). Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah hujan dari 1.000–3.000&nbsp;mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110–170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2–3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63–98% selama [[musim hujan]], dengan suhu maksimum 35℃ dan suhu minimum 20℃. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, tingkat kemasaman tanah pH 5,0–6,5.<ref name=":0" />
 
=== Tata cara tanam ===
[[Berkas:Especies3.jpg|jmpl|Gambar 2. Lada dengan sistem tanam sulur panjat]]
Tanaman lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan [[setek]]. Perbanyakan menggunakan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan sama dengan sifat induknya. Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah (cabang buah). Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak, apabila ditanam akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak lada. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3–4 tahun). Sulur tanah adalah [[sulur]] yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas, tiap buku tidak keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3–4 tahun). Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai [[akar]] lekat, apabila ditanam akan cepat menghasilkan buah, tetapi tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak,perakarannya dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah<ref name=":0" />
 
Pada umur 3 tahun, tanaman sudah dapat dipanen dan pertumbuhannya mencapai ujung tiang penegak dengan ketinggian 3,5&nbsp;cm. Selanjutnya hasilnya mulai bertambah sampai tanaman berumur 8 tahun, kemudian mulai menurun. Kalau tanaman dipelihara baik, tanaman masih dapat berproduksi sampai 15 tahun atau lebih. Sejak bunga keluar sampai buah masak, memakan waktu 7–9 bulan. Buah lada yang masih muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan apabila sudah masak menjadi kuning kemerah-merahan. Pada tahap pembungaan dan pembuahan ini perlu diamati kemungkinan adanya serangan [[kepik]] penghisap bunga (''Diplogompus hewetii'') dan kepik penghisap buah ''Dasynus piperis''. Kedua jenis hama ini sama-sama menimbulkan kehilangan langsung pada produksi lada (buah keriput, rontok, dsb). Pemberantasan kedua jenis hama ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida dengan frekuensi 2–5 kali per tahun tergantung pada berat ringannya serangan <ref name=":0" />
 
Berdasarkan tujuannya, ada dua macam pemanenan buah lada yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam dan lada putih sebenarnya tumbuh dari tanaman yang sama. Namun, keduanya memiliki cara pengolahan yang berbeda sehingga menghasilkan warna, tekstur, dan rasa berbeda yang memiliki khas masing-masing. Lada hitam adalah lada yang dikeringkan bersama kulitnya (tanpa pengupasan), sedangkan lada putih adalah lada yang dikeringkan setelah melalui proses perendaman dan pengupasan. Lada putih memiliki rasa yang lebih pedas daripada lada hitam. Namun rasa lada putih tidak sekaya rasa lada hitam yang memiliki rasa lebih kompleks. Lada hitam paling banyak dihasilkan di Propinsi Lampung, sementara lada putih awalnya banyak dihasilkan di Muntok, Bangka bagian barat. Saat ini lada putih terkonsentrasi di [[Kabupaten Bangka Selatan|Bangka Selatan]] antara lain terdapat di Kecamatan [[Toboali, Bangka Selatan|Toboali]], Kecamatan Koba, dan Kecamatan [[Air Gegas, Bangka Selatan|Air Gegas]]<ref name=":0" />
 
== Penyebaran ==
[[Berkas:White Pepper Plantation in Bangka.jpg|jmpl|kiri|Kebun lada di Pulau Bangka]]
Indonesia merupakan negara pemasok terbesar dalam pasar lada internasional. Menurut Wahid dan Sitepu, 1987 sebelum perang dunia ke II, Indonesia hampir menguasai hampir seluruh kebutuhan lada dunia (80%). Selanjutnya Indrawanto dan Wahyudi (1996)<ref>Indrawanto, C dan A. Wahyudi. 1996. ''Penawaran dan Permintaan Lada Hitan dan Lada Putih. Monograf Tanaman Lada''. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.</ref> melaporkan bahwa ekspor lada putih Indonesia pernah meningkat dari 54% pada tahun 1981 menjadi 94% pada tahun 1990 dari total ekspor lada putih dunia. Sebaliknya pada periode yang sama pangsa ekspor lada hitam Indonesia pernah menurun dari 52% pada tahun 1981 menjadi 27% pada tahun 1990. Enam tahun kemudian mulai dari tahun 1996–2000, lada hitam negara kita meningkat lagi menjadi 45% dari total ekspor lada hitam dunia.<ref name=":1">Susilowati, S.H. Supriyati dan Sumedi. 2002. ''Review dan Outlook Komoditas Perkebunan. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian''. Badan Litbang Pertanian. Bogor.</ref> Ada sembilan negara yang menjadi pemasok dominan lada di dunia ini, yaitu Indonesia, India, Malaysia, [[Brasil|Brazil]], Thailand, Sri Langka, Vietnam, Mexico dan Madagascar. Dalam masa sepuluh tahun terakhir (1990–2000) rata-rata per tahunnya negara Indonesia merupakan negara yang paling besar dalam mengekspor lada kemudian diikuti oleh negara [[Malaysia]] dan Brazil, dengan masing-masing rata-rata pertahunnya sebesar 43.193 ton, 31.904 ton, dan 24,511 ton.
 
Luas area tanaman lada di Indonesia hampir 90% dimiliki oleh perkebunan rakyat estimasi tahun 2000 seluas 130.178 ha dari total areal 130.557 ha, dengan total potensi produksi lada Indonesia sekitar 65.227 ton. Daerah penghasil lada terbesar di Provinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, [[Kalimantan Timur]], dan [[Kalimantan Barat]]. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam, putih, dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih. Untuk hasil olahan lada dari Provinsi [[Lampung]] dikenal dengan sebutan ''Lampung black pepper'' dan hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan [[Kepulauan Bangka Belitung|Bangka Belitung]] dikenal dengan sebutan ''Muntok white pepper''. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia. Kondisi perkebunan lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari seluruh luas komoditas perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari kondisi tersebut diatas mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan mutu, budi daya/pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan. <ref name=":1" />
 
== Kandungan lada dan analisis metabolit lada ==
 
=== Kandungan lada ===
Rasa pedas lada diakibatkan oleh adanya zat piperin, piperanin, dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam [[alkaloid]]. Chavicin banyak terdapat dalam daging biji lada (mesocarp) dan tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur hingga lebih pedas dibanding lada putih. Aroma biji berasal dari minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpen (terpentin) lada hitam dan lada putih dengan senyawa kimia, kadar air, zat protein, zat karbohidrat, minyak asiri, dan piperin (alkaloid).

Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amidabasa lemah yang dapat membentuk garam dan asam mineral kuat. Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung 5–9% piperin juga mengandung minyak asiri berwarna kuning berbau aromatis senyawa berasa pedas (kavisin), amilum, resin, dan [[protein]]. Piperin berupa kristal berbentuk 8 jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. Saat ini produk utama dari lada yaitu lada itu sendiri yang memiliki beberapa kegunaan di antaranya yaitu untuk kesehatan, untuk obat-obat tradisional maupun modern, khasiatnya sebagai stimulan pengeluaran keringat (diaphoretik), pengeluaran angin (carminativ), peluruhan air kencing ([[Diuretik|diuretik)]], peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan percepatan pencernaan zat lemak. Selain itu biji lada pun dapat dipakai untuk ramuan obat reumatik. Lada juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati, pada lada mengandung zat racun, oleh karena itu, lada dapat digunakan sebagai insektisida pembunuh [[serangga]]. Ekstrak kasar lada hitam juga sangat toksik terhadap hama kapas.
 
=== Analisis metabolit lada ===
Kajian metabolomik telah dilakukan oleh penelitian<ref name=":2">Wahyuni, Y., Ballester, A.-R., Tikunov, Y., de Vos, R. C. H., Pelgrom, K. T. B., Maharijaya, A., … Bovy, A. G. 2012. Metabolomics and Molecular Marker Analysis to Explore Pepper (''Pepper ningrum'' sp.) Biodiversity. ''Metabolomics'', 9(1), 130–144.</ref> menggunakan lada jenis spesies C''. annuum,'' C''. chinense,'' C''. frutescens'' dan C''. baccatum'' dengan bentuk morfologi, tingkat kepedasan, serta asal geografis yang berbeda. Analisis genotip menggunakan marka [[Polimorfisme panjang fragmen teramplifikasi|AFLP]] mengkonfirmasi pengelompokan filogenetik. Pengelompokan spesifik-spesies dilakukan berdasarkan profil metabolit semi-polar mereka. Secara total 88 semi-polarmetabolit dapat diidentifikasi. Sebagian besar metabolit ini mewakili konjugat dari flavonoid lada utama (quercetin, apigenin, dan luteolin). Data profil ini dapat digunakan dalam program pemuliaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lada berbasis metabolit seperti rasa dan metabolit yang dihasilkan terkait manfaatnya pada kesehatan.<ref name=":2" />
 
Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat variasi [[metabolisme]] yang cukup besar dalam berbagai jenis spesies lada yang berbeda. Perbedaan metabolit pada beberapa spesies ini yang menyebabkan adanya variasi metabolit semi-polar sedangkan tingkat kepedasan lada berpengaruh atas variasi dalam roma yang bersifat volatil pada lada. Selain adanya kandungan flavonoid dan kapsianosida yang bermanfaat bagi kesehatan juga diidentifikasi senyawa volatil lainnya seperti senyawa ester asam lemak bercabang metil, [[Senyawa kimia|senyawa]] volatil turunan asam lemak misalnya heksanal, nonenal, dan non-edienal serta monoterpen. Senyawa-senyawa tersebut dapat berpotensi menjadi kandidat untuk program pemuliaan yang bertujuan untuk mengembangkan kultivar baru dengan rasa yang lebih baik dan karakteristik kualitas yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan data untuk mengeksplorasi variasi metabolik dengan platform analitik yang berbeda dan untuk memadukan metabolisme dengan analisis genetik sebagai strategi untuk menargetkan program pemuliaan tanaman dengan keragaman fenotipik untuk sifat dan kualitas tanaman lada.<ref name=":2" />
 
== Lihat juga ==
Baris 95 ⟶ 97:
[[Kategori:Hasil hutan non-kayu]]
[[Kategori:Piper]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]