Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Kerajinan tangan menggunakan HotCat
Penambahan kalimat
Baris 1:
'''Lak''' merupakan kerajinan tangan khas [[Kota Palembang|Palembang]] yang merupakan akulturasi dari [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]]. Lak didapat dari liur serangga[laccifer lacca Kerr] yang dikenal sebagai kutu lak dan dapat dijadikan sebagai bahan cat. kriyaKriya ini mulai dikenal pada masa [[Dinasti Ming]] [1368-1643 SM]. Pada mulanya lak dipakai menulis dibambudi bambu yang selanjutnya berkembang pada masa Dinasti Chou [1027-256 SM] dipakai untuk menghias piring dan alat makan lainnya. Lak masuk ke Palembang pada awal Kerajaan Palembang<ref>{{Cite book|title=Penetapan warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Lak masuk ke Palembang pada awal Kerajaan Palembang, pada masa itu rumah<ref>{{Cite book|title=Penetapan warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
== Desain Ukiran ==
Desain ukiran Lak terpengaruh oleh kebudayaan [[Tionghoa|Bangsa Cina]]. Ini didasarkan oleh hasil penelusuran mengenai pembuatan ukiran dan hiasan rumah [[Limasan|limas]] dan perabotan lak di Palembang dan wilayah di sekitarnya.Hanya saja, tidak diketahui dengan jelas dari mana asal suku tersebut. Kala itu, warna emas diperoleh dari hasil percampuran bubuk emas murni yang menyebabkannya tidak pudar dalam waktu yang lama.<ref>{{Cite book|title=Penetepan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017|last=|first=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=24|url-status=live}}</ref>
 
== Fungsi ==
Lak masukmasih kediproduksi di Palembang padahingga awalsaat Kerajaanini. PalembangBentuk dan fungsinya beragam, padamulai masadari itu rumahdari lemari, perlengkapan [[Mebel|mebel,]] perlengkapan makan, mangkuk, dulang, vas bunga, guci, hingga berbagai cendera mata.<ref>{{Cite book|title=Penetapan warisanWarisan Budaya Tak BendaTakbenda Indonesia tahun 2017|last=Ratnawati|first=LienDirektorat Warisan dan Diplomasi Budaya|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=25|url-status=live}}</ref>
 
== Proses Pembuatan ==
Kayu utuh dibentuk sesuai jenis benda yang akan dibuat. Kayu lalu [[Amplas|diampelas]] hingga halus. Permukaan kayu yang halus diolesi dengan kalk, dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung dan diampelas halus lagi. Setelah itu, dicat merah lalu diampelas kembali dan diberi hiasan berbahan tinta Cina. Setelah kering barulah dilapisi dengan lak dengan sekali kuas untuk menghindari perbedaan tekstur dan dikeringkan kembali di bawah cahaya matahari. Setelah kering, kembali diampelas. Awalnya motif hias yang dipakai untuk lak hanya tumbuh-tumbuhan karena [[Haram|haramnya]] penggambaran makhluk berdarah di Palembang kala itu. Penambahan hiasan hewan baru dilakukan pada masa [[Kolonialisme|kolonial]] [[Belanda]], salah satunya yang utama adalah [[Fenghuang|burung hong]].<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017|last=|first=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=25|url-status=live}}</ref>
 
== Referensi ==