Laut Maluku

Laut di Indonesia yang terhubung dengan Samudra Pasifik
Revisi sejak 28 Desember 2015 07.36 oleh Puspita Dian Maghfira (bicara | kontrib) (Tektonika Lempen di Laut Maluku adalah kolisi atau subduksi)

0°25′S 125°25′E / 0.417°S 125.417°E / -0.417; 125.417

Lokasi Laut Maluku di Asia Tenggara

Laut Maluku terletak di barat Samudra Pasifik yang terletak di dekat Provinsi Maluku, Indonesia. Laut ini membatasi Laut Sulawesi di utara dan Laut Banda di selatan. Pulau pulau yang membatasi laut ini adalah kepulauan Indonesia seperti Halmahera, Seram, Buru, dan Sulawesi (Celebes).

Aktivitas gempa

Laut ini merupakan area gempa bumi aktif. Gempa yang mencapai 6.3 SR terjadi pada 21 Desember 2005, yang berpusat di 190 km selatan Manado. Gempa berkekuatan 5.4 SR terjadi di daerah yang sama pada 16 Mei 2006, dan gempa bumi 6.1 SR mengguncang laut itu pada 19 Mei ,2006. Aktivitas saat ini adalah gempa 5.5 pada 14 Juni 2006. Gempa bumi yang baru-baru ini terjadi mencapai 7.3 (PRE) yang terjadi pada 21 Januari 2007 dengan beberapa gempa kecil dengan rata-rata 5.0 SR dalam 24 jam setelah gempa pertama. Gempa yang belum lama terjadi terjadi pada 17 Maret 2007, yang mencapai 6.5 SR.[1] Sebuah gempa mencapai 5.2 SR terjadi pada 21 November 2007. Aktivitas paling terkini merupakan gempa yang mencapai 4.9 SR pada 1 Desember 2007.[2]

Tektonika Lempeng

Tektonika Lempeng di Laut Maluku masih menjadi perbincangan hangat bagi para ilmuwan kebumian. Karena ada fenomena unik yang terdapat di sekitar Laut Maluku. Yaitu terdapat dua buah kemenerusan gunung api yang membentuk busur yang saling bertolak belakang. dua kemenerusan gunung api ini berada di Lengan Utara Pulau Sulawesi dan di Kepulauan Halmahera.

Ada dua pendapat mengenai dua kemenerusan tersebut yaitu pendapat Hamiton dan Waluyo

Pendapat Hamilton

Hamilton mengemukakan bahwa yang sedang terjadi di Laut Maluku merupakan subduksi ganda. Baik Busur Sangihe maupun Busur Halmahera saling menghunjam mikro plate Laut Maluku. Implikasinya adalah mikroplate Laut Maluku akan semakin kebawah karena proses penunjaman dikedua sisinya dan mengakibatkan kedalaman Laut Maluku semakin dalam.

Pendapat Waluyo

Waluyo menggunakan kajian seismotektonik untuk meneliti tektonika lempeng di Laut Maluku dan mengemukakan bahwa tidak ada subduksi baru yang berkembang di Laut Maluku. Subduksi yang ada tetap ke arah batar dan timur dari sistem konvergen dengan zona Wadati-Benioff yang berlawanan arah. Busur Sangihe dan Halmahera akan saling mendekat satu sama lain dan cenderung akan naik keatas mikroplate Laut Maluku. Dua buah busur yang mengalami kolisi ini disebut dengan front-arc collision. Implikasinya dari pendapat Waluyo adalah adanya daratan yang akan muncul disekitar Laut Maluku hasil dari proses kolisi yang terjadi di Laut Maluku.

Catatan