Mahabharata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 33:
{|class=wikitable width=100%
|-<!--
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''Nama kitab'''
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''Keterangan'''-->
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''1. ''[[Adiparwa]]'' (आदिपर्व)''' – Kitab Tentang Permulaan
|-
|Kitab ''Adiparwa'' berisi sejumlah cerita sisipan ([[interpolasi (sastra)|interpolasi]]) yang mengandung [[mitologi Hindu]]. Beberapa di antaranya meliputi: kisah pemutaran [[Mandaragiri]] (''[[Samudramantana]]''), kisah Bagawan [[Domya]] yang menguji ketiga muridnya, kisah [[Kaca (mitologi)|Kaca]] dan [[Dewayani]], serta kisah [[Jaratkaru]] dan [[Manasa]]. Kisah sisipan yang berkaitan dengan plot utama meliputi: cerita tentang para leluhur [[Pandawa]] dan [[Korawa]] ([[Yayati]], [[Puru]], [[Pratipa]]), kisah kelahiran Resi [[Byasa]], serta kisah [[Santanu]] dan kedua istrinya ([[Gangga (Hindu)|Gangga]] dan [[Satyawati]]). Cerita utama dimulai dengan kisah kelahiran [[Dretarastra]] (ayah para Korawa), [[Pandu]] (ayah lima Pandawa), dan [[Widura]] (perdana menteri), yang berlanjut dengan kelahiran para Pandawa dan Korawa, kisah masa kanak-kanak dan pendidikan mereka, kisah percobaan pembunuhan kepada Pandawa, kisah pernikahan Pandawa dengan [[Dropadi]], kisah petualangan [[Arjuna]] (Pandawa ketiga), dan kisah pembakaran hutan Kandawa.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''2. ''[[Sabhaparwa]]'' (सभापर्व)''' – Kitab Tentang Pertemuan Akbar
|-
|Kitab ''Sabhaparwa'' berisi kisah utama tentang pertemuan para [[Pandawa]] dan [[Korawa]] di sebuah balairung untuk bermain judi, yang digagas oleh [[Duryodana]] (Korawa sulung) dan [[Sangkuni]] (paman para Korawa). Perjudian tersebut dilakukan agar harta dan istana [[Yudistira]] (Pandawa sulung) jatuh ke tangan Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan oleh Korawa, tetapi [[Dretarastra]] membatalkan seluruh taruhan. Atas desakan Duryodana, permainan diselenggarakan lagi dengan taruhan menjalani pengasingan selama 12 tahun, disusul masa penyamaran selama setahun. Apabila penyamaran terbongkar sebelum genap setahun, maka masa pengasingan diulangi lagi. Sebagaimana permainan sebelumnya, Pandawa pun kalah.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''3. ''[[Wanaparwa]]'' (वनपर्व)''' – Kitab Tentang di Hutan
|-
|Kitab ''Wanaparwa'' berisi kisah utama tentang bagaimana para Pandawa menjalani kehidupan di hutan selama masa 12 tahun. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah [[Arjuna]] yang bertapa di gunung [[Himalaya]] untuk memperoleh senjata sakti [[pasupati]] dari Dewa [[Siwa]]. Kisah tersebut menjadi bahan cerita ''[[Kakawin Arjunawiwaha]]'' dalam kesusastraan [[Indonesia]].
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''4. ''[[Wirataparwa]]'' (विराटपर्व)''' – Kitab Tentang [Keraton] Wirata
|-
|Kitab ''Wirataparwa'' berisi kisah utama tentang penyamaran Pandawa selama satu tahun di keraton [[Wirata]], [[Kerajaan Matsya]] setelah selesai menjalani pengasingan di hutan selama 12 tahun. Adapun rincian penyamaran para Pandawa sebagai berikut: [[Yudistira]] menyamar sebagai ahli agama bernama Kangka, [[Bhima|Bima]] menyamar sebagai juru masak bernama Balawa, [[Arjuna]] menyamar sebagai guru tari bernama Wrehanala, [[Nakula]] menyamar sebagai pegurus kuda bernama Grantika, [[Sadewa]] menyamar sebagai penggembala sapi bernama Aristanemi atau Tantripala. Sementara itu, istri mereka yaitu [[Dropadi]] menyamar sebagai pelayan (''sairandri'') bernama Malini.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''5. ''[[Udyogaparwa]]'' (उद्योगपर्व)''' – Kitab Tentang Ikhtiar
|-
|Kitab ''Udyogaparwa'' berisi kisah utama tentang upaya untuk mendamaikan para Pandawa dengan Korawa. Setelah menjalani penyamaran selama setahun, para Pandawa kembali ke [[Hastinapura]], dan Yudistira sebagai putra sulung menuntut haknya sebagai pewaris takhta. Tuntutan Yudistira ditolak oleh Duryodana. [[Kresna]] yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Sebelumnya, para Pandawa dan Korawa telah mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru ''[[Bharatawarsha]]'' ("Tanah India"), dan hampir seluruh [[kerajaan pada zaman India kuno]] terbagi menjadi dua kelompok. Bagian akhir dari ''Udyogaparwa'' berisi dialog antara Destarata dan Kumara Sanatasugata, lebih dikenal sebagai [[Sānatasugātiya|Sanatasugatya]], yang berisi ajaran tentang keabadian dan brahmacarya.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''6. ''[[Bhismaparwa]]'' (भीष्मपर्व)''' – Kitab Tentang Bisma
|-
|Kitab ''Bhismaparwa'' merupakan kitab yang menceritakan tentang bermulanya [[perang Kurukshetra|pertempuran]] di [[Kurukshetra]] akibat kegagalan perundingan damai antara Pandawa dan Korawa. Pada beberapa bagian awalnya terselip suatu [[interpolasi (sastra)|interpolasi]] tentang percakapan antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Oleh [[umat Hindu]], percakapan tersebut dirangkum menjadi sebuah kitab tersendiri, yang dikenal sebagai kitab ''[[Bhagawadgita]]'' ("[[Bhagawadgita|Bhagavad-Gītā]]"). Cerita dalam kitab ''Bhismaparwa'' diakhiri dengan tumbangnya [[Bisma]] pada pertempuran di hari kesepuluh, karena serangan bertubi-tubi dari Arjuna yang dibantu oleh [[Srikandi]].
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''7. ''[[Dronaparwa]]'' (द्रोणपर्व)''' – Kitab Tentang Drona
|-
|Kitab ''Dronaparwa'' menceritakan kisah pengangkatan Bagawan [[Drona]] sebagai panglima perang tentara Korawa. Diceritakan bahwa untuk mengakhiri perang secepat mungkin, maka Drona berusaha menangkap [[Yudistira]] selaku pemimpin tertinggi laskar Pandawa, tetapi usahanya selalu gagal. Akhirnya Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh [[Drestadyumna]], ketika sedang tertunduk lemas setelah mendengar [[berita palsu]] tentang kematian anaknya, [[Aswatama]]. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya dua kesatria unggulan pihak Pandawa: [[Abimanyu]] dan [[Gatotkaca]].
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''8. ''[[Karnaparwa]]'' (कर्णपर्व)''' – Kitab Tentang Karna
|-
|Kitab ''Karnaparwa'' menceritakan kisah pengangkatan [[Karna]] sebagai panglima perang setelah gugurnya [[Drona]]. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya [[Dursasana]] di tangan Bima. Saat menjabat sebagai panglima, [[Salya]] menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran di antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna—dengan menggunakan senjata [[Pasupati]]—pada pertempuran di hari ke-17.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''9. ''[[Salyaparwa]]'' (शल्यपर्व)''' – Kitab Tentang Salya
|-
|Kitab ''Salyaparwa'' berisi kisah pengangkatan Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari ke-18, menggantikan Karna yang telah gugur. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bima. Dalam perkelahian tersebut, Duryodana kalah sehingga perang pun berakhir. Namun ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima untuk membalaskan dendamnya.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''10. ''[[Sauptikaparwa]]'' (सौप्तिकपर्व)''' – Kitab Tentang Serangan Malam
|-
|Kitab ''Sauptikaparwa'' berisi kisah utama tentang pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama [[Krepa]] dan [[Kertawarma]] menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa yang sedang tidak berada di sana. Setelah itu Aswatama melarikan diri ke pertapaan [[Byasa]]. Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Kresna mengutuk Aswatama.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''11. ''[[Striparwa]]'' (स्त्रीपर्व)''' – Kitab Tentang Para Wanita
|-
|Kitab ''Striparwa'' berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula, [[Kunti]] menceritakan kelahiran [[Karna]] yang menjadi rahasia pribadinya. Diceritakan pula bahwa [[Gandari]] mengutuk keluarga Kresna (bangsa [[Yadawa]]) agar binasa dalam perang saudara.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''12. ''[[Santiparwa]]'' (शांन्तिपर्व)''' – Kitab Tentang Kedamaian
|-
|Kitab ''Santiparwa'' berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Byasa dan Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran [[Hindu]] agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai raja. Kitab ini merupakan salah satu kitab ''Mahabharata'' yang mengalami banyak [[interpolasi (sastra)|interpolasi]] sehingga [[sloka]] (ayat-ayat) yang terkandung di dalamnya sangat banyak. Berbagai ajaran India Kuno terkandung dalam interpolasi tersebut, mulai dari ilmu sosial, ritual, ekonomi, hingga politik.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''13. ''[[Anusasanaparwa]]'' (अनुशासनपर्व)''' – Kitab Tentang Wejangan
|-
|Kitab ''Anusasanaparwa'' berisi kisah utama tentang penyerahan diri Yudistira kepada [[Bisma]] untuk menerima ajarannya (''anusasana''). Bisma mengajarkan tentang ajaran [[darma]], [[arta]], aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang. Sebagaimana ''Santiparwa'', kitab ini juga mengandung banyak interpolasi dan merupakan salah satu kitab ''Mahabharata'' yang jumlah slokanya sangat banyak.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''14. ''[[Aswamedhikaparwa]]'' (अश्वमेधिकापर्व)''' – Kitab Tentang Upacara ''[[Aswamedha]]''
|-
|Kitab ''Aswamedhikaparwa'' berisi kisah utama tentang pelaksanaan upacara ''[[Aswamedha]]'' oleh Yudistira yang telah menjabat sebagai raja. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para raja di dunia, selama ia menuntun jalannya kuda yang dipakai sebagai sarana upacara tersebut. Dalam kitab ini dikisahkan pula kelahiran [[Parikesit]] yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, tetapi dihidupkan kembali oleh Sri Kresna. Kemudian terdapat pula kisah pertemuan Arjuna dengan [[Babruwahana]], putranya dengan [[Citrānggadā]] dari [[Manipur]].
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''15.&nbsp;''[[Asramawasikaparwa]]'' (आश्रमवासिकापर्व)''' – Kitab Tentang Khalwat
|-
|Kitab ''Asramawasikaparwa'' berisi kisah kepergian [[Dretarastra]], [[Gandari]], [[Kunti]], [[Widura]], dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] ke tengah hutan untuk menjalani masa pensiun mereka. Bertahun-tahun setelah menjalani kehidupan di hutan, Resi [[Narada]] datang ke istana Hastinapura untuk membawa kabar bahwa Dretarastra dan yang lainnya telah pergi ke surga tewas terbakar oleh api ritual yang melalap asrama mereka.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''16. ''[[Mosalaparwa]]'' (मौसलपर्व)''' – Kitab Tentang Senjata [[Gada|''Mosala'']]
|-
|Kitab ''Mosalaparwa'' menceritakan perang saudara yang terjadi di antara klan-klan bangsa [[Yadawa]], yaitu keluarga besar Kresna. Setelah keluarganya binasa, Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi [[Dwaraka]], kediaman Kresna dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Byasa, Pandawa dan [[Dropadi]] menempuh hidup sebagai "sanyasin", atau menjalani pensiun dengan meninggalkan kesibukan duniawi.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''17.&nbsp;''[[Prasthanikaparwa]]'' (प्रस्थानिकपर्व)''' – Kitab Tentang Perjalanan
|-
|Kitab ''Prasthanikaparwa'' atau ''Mahaprasthanikaparwa'' menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Dropadi ke puncak gunung [[Himalaya]] sebagai tujuan akhir kehidupan mereka, sementara takhta kerajaan telah diserahkan kepada [[Parikesit]], cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
|-
|align=left bgcolor=silver#ffc569|'''18. ''[[Swargarohanaparwa]]'' (स्वर्गारोहणपर्व)''' – Kitab Tentang Pengangkatan ke Surga
|-
|Kitab ''Swargarohanaparwa'' menceritakan kisah [[Yudistira]] yang telah mencapai puncak gunung [[Himalaya]] dan dijemput oleh Dewa [[Indra]] untuk memasuki [[surga]]. Sebelum memasuki surga, sang dewa menguji Yudistira, dan akhirnya ia mampu melewati ujian tersebut. Kisah diakhiri dengan berkumpulnya kembali para tokoh utama di surga.
Baris 120:
* '''[[Korawa]]''': sebutan untuk anak-anak Dretarastra. Yang utama berjumlah seratus putra dan dilahirkan Gandari, dengan [[Duryodana]] sebagai putra sulung. Si bungsu merupakan perempuan bernama [[Dursala]] yang menjadi anak Gandari ke-101. Selain anak-anak Gandari, Dretarastra juga memiliki seorang putra yang lahir dari dayang berkasta [[waisya]], namanya [[Yuyutsu]]. Ia merupakan satu-satunya putra Dretarastra yang tidak berniat untuk memusuhi para Pandawa.
* '''[[Parikesit]]''': cucu Arjuna, salah satu Pandawa. Ia merupakan Raja Hastinapura setelah Yudistira turun takhta. Dikisahkan bahwa ia tewas akibat gigitan ular naga [[Taksaka]] setelah berbuat tidak sopan kepada seorang petapa bernama Samiti.
* '''[[Janamejaya]]''': putra Parikesit. Ia merupakan Raja Hastinapura setelah Parikesit mangkat. Setelah mengetahui latar belakang penyebab kematian ayahnya, Janamejaya pun melangsungkan upacara untuk membantai seluruh ular di dunia. Namun usahanya dicegah oleh brahmana bernama [[Astika (resi)|Astika]], putra dewi ular. Untuk menghibur duka sang raja, Resi Byasa meminta salah satu muridnya yang bernama [[Wesampayana]] untuk menceritakan kisah kejayaan para leluhur sang raja. Kisah tersebut adalah ''Mahabharata''.<ref>{{cite book|last1=Davis|first1=Richard H.|title=The "Bhagavad Gita": A Biography|date=2014|publisher=Princeton University Press|page=38|isbn=978-1-4008-5197-3|url=https://books.google.com/books?id=vQ3rAwAAQBAJ&pg=PA38}}</ref><ref>{{cite book|last1=Krishnan|first1=Bal|title=Kurukshetra: Political and Cultural History|date=1978|publisher=B.R. Publishing Corporation|page=50|isbn=9788170180333|url=https://books.google.com/books?id=_pUBAAAAMAAJ&q=Vaishampayana+related}}</ref>
 
=== Bangsa Yadawa ===
Baris 129:
* '''[[Samba (Mahabharata)|Samba]]''': putra Kresna dan [[Jembawati]]. Karena kejahilannya dan para pemuda Yadawa lainnya, maka para resi mengutuk agar kaum Yadawa hancur dalam suatu bentrokan antarsesama.
* '''[[Satyaki]]''': kesatria bangsa Yadawa yang memimpin satu divisi tentara khusus yang disebut Laskar Narayana. Ilmu perangnya sangat tangguh. Meskipun laskar Narayana seharusnya memihak Korawa, tetapi Satyaki setia kepada para Pandawa sehingga divisi pimpinannya bertarung demi Pandawa pada saat Perang Kurukshetra.
* '''[[Kertawarma]]''': kesatria bangsa Yadawa yang memimpin satu divisi tentara khusus yang disebut Laskar Narayana. Sebagai hasil dari misi diplomatis Duryodana, tentara Narayana memihak Korawa pada saat Perang Kurukshetra. Sebagaimana kaum Yadawa lainnya, Kertawarma sangat tangguh.
 
=== Tokoh lainnya ===
Baris 141:
 
; Kesatria dan perwira
[[Berkas:Coronation of Karna.jpg|ka|jmpl|Penobatan [[Karna]] sebagai Raja [[kerajaan Anga|Anga]].]]
* '''[[Sangkuni]]''': Raja [[Gandhara]]. Diceritakan bahwa karena dendamnya kepada Dinasti Kuru, ia bersumpah untuk menghancurkan para keturunan Kuru. Untuk melaksanakan sumpahnya, ia mengadu domba para Korawa dengan para Pandawa. Maka dari itu, Sangkuni sering diceritakan terlibat dalam sejumlah plot tentang usaha Korawa menyingkirkan para Pandawa.
* '''[[Karna]]''': Raja [[kerajaan Angga|Anga]], yang merupakan putra Kunti. Saat lahir, ia dibuang oleh ibunya lalu dipungut oleh kusir bernama [[Adirata]]. Saat dewasa, ia menjalin persahabatan dengan Duryodana, lalu dinobatkan sebagai penguasa Anga. Dalam ''Mahabharata'' dikisahkan bahwa persahabatannya dengan Duryodana sangat erat; ia rela melakukan apa pun demi membahagiakan Duryodana, sehingga ia sering terlibat dalam usaha menyingkirkan para Pandawa.
Baris 165 ⟶ 164:
[[Berkas:EpicIndia.jpg|ka|jmpl|Peta "[[Bharatawarsha]]" (India Kuno) atau wilayah kekuasaan Maharaja [[Bharata (raja)|Bharata]].]]
 
Dalam naskah berbahasa [[Sanskerta]], ''Mahabharata'' disajikan sebagai [[cerita berbingkai]] (cerita di dalam cerita), dengan tiga narator: [[Ugrasrawa]], [[Wesampayana]], dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Dari narasi Ugrasrawa disampaikan bahwa kisah ''Mahabharata'' pernah dituturkan oleh Wesampayana kepada Maharaja [[Janamejaya]] dari [[Hastinapura]]. Pada awalnya, sang maharaja gagal mengadakan upacara pengorbanan ular. Untuk melipur duka sang maharaja, murid [[Byasa]] yang bernama [[Wesampayana]] diminta untuk menuturkan kisah kejayaan leluhur sang maharaja, yaitu raja-raja India Kuno yang berada dalam satu garis keturunan, di antaranya: [[Pururawa]], [[Yayati]], [[Puru (mitologi)|Puru]], [[Bharata (raja)|Bharata]], dan [[Kuru (raja)|Kuru]].
 
Cerita utama ''Mahabharata'' berpusat pada riwayat seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]] yang merupakan keturunan raja-raja tersebut di atas, dengan konflik utama yaitu [[perang Kurukshetra|perang saudara]] di [[Kurukshetra]]. Baik Korawa maupun Pandawa merupakan dua kelompok pangeran dari [[Dinasti Kuru]] yang tinggal di keraton [[Hastinapura]], [[India Utara]]. Korawa merupakan putra-putra [[Dretarastra]], sedangkan Pandawa merupakan putra-putra [[Pandu]], adik Dretarastra. Meskipun Korawa merupakan putra-putra keturunan Kuru yang lebih tua, tetapi usia mereka semua—termasuk [[Duryodana]], Korawa sulung—lebih muda daripada [[Yudistira]], Pandawa sulung. Baik Duryodana maupun Yudistira mengeklaim sebagai pewaris takhta yang pertama. Pertikaian memuncak menjadi sebuah [[perang di Kurukshetra]], yang dimenangkan oleh pihak [[Pandawa]].
 
Kisah ''Mahabharata'' diakhiri dengan wafatnya [[Kresna]], kehancuran klan-klan [[Yadawa]], dan diangkatnya para Pandawa ke surga. Peristiwa tersebut juga diyakini dalam kepercayaan [[Hindu]] sebagai permulaan zaman ''[[Kaliyuga]]'', yaitu zaman peradaban manusia yang keempat sekaligus terakhir; zaman ketika nilai-nilai yang mulia dan berharga mulai luntur, dan orang-orang cenderung berlaku dengan mengabaikan kebenaran, moralitas, dan kejujuran.
 
=== Leluhur Pandawa dan Korawa ===
[[File:Myths of the Hindus & Buddhists - Pururavas.jpg|jmpl|Lukisan imajinatif tentang [[Pururawa]], leluhur Pandawa dan Korawa, karya Kshitindranath Mazumdar (1914).]]
Narasi tentang leluhur Pandawa dan Korawa, tokoh utama ''Mahabharata'' dibawakan oleh seorang [[narator]] bernama [[Wesampayana]] dalam bentuk [[cerita berbingkai]], kadangkala tidak [[kronologi|kronologis]]s karena berupa kilas balik. Apabila dirunut secara kronologis, kisah diawali dengan riwayat Raja [[Pururawa]], leluhur trah [[Candrawangsa]] yang diturunkan oleh [[Candra]] sang dewa bulan. Cicit Pururawa ialah [[Yayati]]. Yayati memiliki dua istri ([[Dewayani]] dan [[Sarmista]]) dan lima putra; dua di antaranya ([[Yadu]] dan [[Puru (mitologi)|Puru]]) menurunkan dua kaum [[kesatria]] termasyhur dalam legenda India, yaitu [[Yadawa]] (diturunkan oleh Yadu) dan [[Paurawa]] (diturunkan oleh Puru). Dalam garis keturunan Puru, lahirlah [[Duswanta]]. Ia menikah dengan [[Sakuntala]], putri angkat Resi [[Kanwa]]. Dari pernikahannya, Duswanta berputra [[Bharata (raja)|Bharata]]. Di kemudian hari, Bharata menaklukkan daratan India Kuno. Setelah ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut [[Bharatawarsha]] yang berarti "wilayah kekuasaan Maharaja Bharata", meliputi [[Asia Selatan]].<ref>{{Cite web |url=http://www.geocities.com/ifihhome/articles/bharatavarsha.html |title=History of Bharatavarsha |access-date=2005-07-16 |archive-date=2005-07-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20050716091031/http://www.geocities.com/ifihhome/articles/bharatavarsha.html |dead-url=no }}</ref>
 
Bharata menurunkan [[Hasti]], yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama [[Hastinapura]]. Sang Hasti menurunkan para raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah [[Kuru (raja)|Kuru]], yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut [[Kurukshetra]] (terletak di negara bagian [[Haryana]], [[India|India Utara]]). Kuru menurunkan [[Dinasti Kuru]] atau [[Dinasti Kuru|Wangsa Kaurawa]]. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah [[Pratipa]], yang menjadi ayah Prabu [[Santanu]], kakek buyut [[Pandawa]] dan [[Korawa]].
 
Kerabat Wangsa Kaurawa adalah [[Yadawa]], karena kedua wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni [[Yayati]]. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah [[Basudewa]], raja di [[Kerajaan Surasena]], yang kemudian berputra [[Kresna]], yang mendirikan [[Kerajaan Dwaraka]]. Kresna bersaudara sepupu dengan para [[Pandawa]].
Baris 182 ⟶ 181:
[[Berkas:Raja Ravi Varma, Shantanu and Matsyagandhi (Oleograph).jpg|kiri|jmpl|Ilustrasi Prabu [[Santanu]] dan [[Satyawati]], leluhur para [[Pandawa]] dan [[Korawa]], dalam lukisan karya [[Raja Ravi Varma]].]]
 
Dalam ''Mahabharata'' dikisahkan bahwa [[Santanu]] adalah seorang raja mahsyur dari kalangan [[Kuru (raja)|Dinasti Kuru]], yang memerintah [[kerajaan Kuru]] dengan ibukota [[Hastinapura]]. Ia menikah dengan [[Dewi Gangga]], tetapi sang dewi meninggalkannya karena Santanu melanggar janji pernikahan. Hubungan Santanu dengan Dewi Gangga membuahkan anak yang diberi nama [[Bisma|Dewabrata]] atau [[Bisma]].
 
Beberapa tahun kemudian, saat Bisma telah dewasa, Santanu menikahi [[Satyawati]], putri nelayan. Dari hubungannya, Santanu berputra [[Citrānggada]] dan [[Wicitrawirya]]. Karena terikat akan janji pernikahan antara Santanu dengan Satyawati, Bisma tidak berhak menjadi raja; takhta diserahkan kepada keturunan Satyawati, bukan Bisma. Maka dari itu, setelah Santanu mangkat, Citrānggada diangkat menjadi raja, dengan Bisma sebagai pelindungnya. Akan tetapi Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, sehingga ia digantikan oleh adiknya, Wicitrawirya. Namun Wicitrawirya juga wafat di usia muda sebelum memiliki keturunan. Atas bantuan seorang petapa sakti bernama [[Byasa]], kedua istri Wicitrawirya yaitu [[Ambika (Mahabharata)|Ambika]] dan [[Ambalika]] dapat memperoleh keturunan, masing-masing seorang putra yang diberi nama [[Dretarastra]] (dari Ambika) dan [[Pandu]] (dari Ambalika). Selain mereka, ada seorang anak lagi bernama [[Widura]], terlahir dari seorang pelayan yang diberi keturunan oleh Resi Byasa.
 
[[File:Pandu_at_Shatasrunga_Hill.jpg|ka|jmpl|Ilustrasi [[Pandu]], [[Kunti]], dan [[Madri]] saat hidup di hutan perbukitan Satasringga. Ilustrasi dari kitab ''Mahabharata'', Gorakhpur Geeta Press.]]
Karena Dretarastra terlahir buta, takhta kerajaan diserahkan kepada Pandu. Pandu memiliki dua istri: yang pertama ialah [[Kunti]] (putri dari kaum [[Yadawa]]); yang kedua ialah [[Madri]] (putri dari [[kerajaan Madra]]). Karena memanah seorang pendeta yang sedang [[senggama|bersenggama]], Pandu dikutuk agar mati apabila melakukan [[hubungan seksual]]. Kutukan tersebut telah memupus semangat Pandu untuk menjadi raja, sebab ia merasa tidak akan mampu memiliki keturunan tanpa melakukan hubungan seksual. Pandu pun memakzulkan diri, lalu mengajak kedua istrinya untuk menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan. Sebelum pergi, ia menyerahkan kekuasaan kepada Dretarastra.
 
Di dalam hutan, Kunti teringat akan kemampuannya untuk memanggil dewa-dewa, lalu memperoleh keturunan dari dewa yang dipanggil. Dari pemanggilan Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]] (Darma), [[Bayu]], dan [[Indra]], Kunti memperoleh tiga putra, masing-masing diberi nama: [[Yudistira]], [[Bima (Mahabharata)|Bima]], dan [[Arjuna]]. Kunti juga membantu Madri memanggil dewa tertentu agar memperoleh keturunan. Dari Dewa Aswin yang dipanggil Madri, lahirlah [[Nakula]] dan [[Sadewa]]. Kelima putra Pandu tersebut dikenal sebagai [[Pandawa]].
 
Sementara itu, Dretarastra yang buta menikahi [[Gandari]]. Setelah Yudistira lahir, Gandari akhirnya mampu memiliki keturunan berkat bantuan Resi Byasa. Keturunan Gandari berjumlah seratus orang putra dan seorang putri yang dikenal dengan istilah [[Korawa]]; yang sulung bernama [[Duryodana]] (Suyodana), dan yang perempuan bernama [[Dursala]] atau [[Dursilawati]]. Selain keturunan dari Gandari, Dretaratra masih memiliki seorang putra lagi, hasil hubungannya dengan seorang wanita [[waisya]] yang menjadi dayang gandari. Putra tersebut bernama [[Yuyutsu]].
 
=== Perselisihan Pandawa dan Korawa ===
[[Berkas:EscapeThe Palace of Pandavasthe fromPandava FireBrothers accidentSet.jpg|ki|jmpl|Ilustrasi [[Bhima|Bima]] membakarterbakarnya ''[[Laksagreha]]'' buatan [[Purocana]]., Laluyang iadimaksudkan bersamauntuk [[Kunti]] danmembunuh para [[Pandawa]] lainnya kabur melalui terowongan yang disiapkan [[Widura]].]]
Dalam ''Mahabharata'' diceritakan bahwa pada suatu ketika, [[Pandu]] lupa akan kutukan yang menimpa dirinya, sehingga ia pun berhubungan badan dengan [[Madri]]. Akibatnya ia pun meregang nyawa. Saat upacara pembakaran jenazah Pandu, Madri melakukan ''[[sati (praktik)|sati]]'' (menceburkan diri ke api [[kremasi]]). Kemudian Kunti dan kelima Pandawa diajak kembali ke keraton [[Hastinapura]]. Mereka hidup di bawah perlindungan sesepuh [[Dinasti Kuru]]: [[Bisma]], [[Widura]] (perdana menteri), dan [[Krepa]] (guru keraton Hastinapura).
 
Baris 208 ⟶ 206:
 
=== Permainan dadu ===
[[File:Draupadi Vastra Haran.jpg|ka|jmpl|[[Dursasana]] menarik pakaian Dropadi, setelah para Pandawa kalah main dadu. Lukisan karya R.G. Chonker.]]
[[Berkas:Duryodfhana fall into water.jpg|ki|jmpl|Ilustrasi terceburnya [[Duryodana]] ke dalam kolam di tengah istana ilusi milik Pandawa.]]
 
Setelah para [[Pandawa]] menikahi [[Dropadi]], para tetua [[Dinasti Kuru]] menyambut mereka kembali di keraton [[Hastinapura]]. Agar tidak terjadi lagi permusuhan di antara sesama saudara, [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua kepada Pandawa dan [[Korawa]]. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibu kota [[Hastinapura]], sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibu kota [[Indraprastha]]. Istana Indraprastha dibangun oleh [[Mayasura]], dan dikenal sebagai "istana ilusi".<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02001.htm |title=Book 2: Sabha Parva: Sabhakriya Parva |publisher=Sacred-texts.com |access-date=1 September 2010}}</ref> Kemegahannya membuat Duryodana dan Sangkuni terkagum-kagum. Karena ilusinya, Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi para Pandawa, kecuali [[Yudistira]].<ref name="Laughter at Duryodhana">{{cite web | url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02046.htm | title=Sabha parva|publisher=Sacred-texts.com | access-date=13 July 2015}}</ref>
 
Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryodana mengundang [[Yudistira]] untuk main dadu. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh [[Sangkuni]] sebagai bandar dadu, yang memiliki kesaktian untuk mengatur angka dadu yang ia inginkan. Seiring kekalahan Yudistira, taruhan permainan terus meningkat, hingga akhirnya Yudistira mempertaruhkan kerajaannya sendiri. Kemudian Yudistira mempertaruhkan kebebasan saudara-saudaranya, hingga akhirnya ia mempertaruhkan kebebasan dirinya sendiri. Dalam kondisi tidak memiliki apa-apa lagi, pihak Korawa menghasut Yudistira untuk mempertaruhkan [[Dropadi]]. Sebagaimana permainan sebelumnya, taruhan itu pun dimenangkan oleh Korawa.
 
[[File:Draupadi Vastra Haran.jpg|ka|jmpl|[[Dursasana]] menarik pakaian Dropadi, setelah para Pandawa kalah main dadu. Lukisan karya R.G. Chonker.]]
Dalam peristiwa tersebut, karena para Pandawa dan Dropadi sudah menjadi milik Duryodana, mereka diminta untuk melucuti pakaian. Dropadi tidak mau melakukannya sehingga pakaiannya ditarik paksa oleh [[Dursasana]]. Namun ia tidak berhasil membuka pakaian Dropadi berkat pertolongan gaib dari Sri [[Kresna]]. Melihat istrinya dihina, [[Bima (Mahabharata)|Bima]] bersumpah akan membunuh Dursasana dan membantai para Korawa. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, pertanda alam yang buruk muncul di Hastinapura. [[Dretarastra]] mendapat firasat bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, sehingga ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.
 
Baris 220 ⟶ 216:
 
=== Pengasingan Pandawa ===
[[File:Exile_of_Pandavasa.jpg|ki|jmpl|Ilustrasi para Pandawa beserta Dropadi berjalan menuju hutan untuk memulai masa pengasingannya.]]
Kisah pengasingan Pandawa dan istri mereka selama 12 tahun diceritakan dalam kitab ''[[Wanaparwa]]''. Selama menjalani masa pengasingan di hutan, ada banyak hal yang ditemui oleh para Pandawa dan Dropadi. Selama masa pengasingan itu, Arjuna pergi ke [[swargaloka]] dan memperoleh berbagai ilmu serta senjata sakti. Akhir masa pengasingan para Pandawa ditutup dengan cerita pertemuan Yudistira dengan [[yaksa]] yang membunuh keempat Pandawa dengan cara meracuni air yang mereka minum. Yaksa tersebut mengajukan banyak pertanyaan kepada Yudistira apabila ingin para Pandawa hidup kembali. Yudistira menjawab pertanyaan sang yaksa dengan benar sehingga saudara-saudaranya berhasil dihidupkan.
 
Setelah para Pandawa dan Dropadi menjalani masa pengasingan selama 12 tahun, mereka harus menjalani masa penyamaran selama setahun dan tidak boleh terbongkar sebelum genap setahun. Kisah penyamaran mereka tercatat dalam ''[[Wirataparwa]]''. Dikisahkan bahwa mereka memilih [[kerajaan Matsya]] yang dipimpin [[Wirata]] sebagai tempat penyamaran. Di sana, [[Yudistira]] menyamar sebagai seorang ahli agama dan permainan dadu yang bernama Kangka; [[Bhima|Bima]] menyamar sebagai juru masak yang bernama Balawa; [[Arjuna]] menyamar sebagai [[kasim]] pelatih tari di [[:wikt:keputren|keputren]] bernama Wrehanala; [[Nakula]] menyamar sebagai pengurus kuda yang bernama Grantika; [[Sadewa]] menyamar sebagai penggembala sapi bernama Tantipala alias Aristanemi; [[Dropadi]] menyamar sebagai seorang pelayan ''sairandri'' bernama Malini. Menjelang masa penyamaran tersebut berakhir, pasukan Kuru yang dipimpin [[Duryodana]] menginvasi kerajaan Matsya setelah [[Susarma]] dari [[kerajaan Trigarta|Trigarta]] memprediksi kehadiran para Pandawa di kerajaan tersebut. Pada hari saat berakhirnya masa penyamaran, Arjuna menampakkan diri di hadapan para prajurit Kuru. Ia pun berhasil menggagalkan invasi Kuru di Matsya.
 
=== Perang Kurukshetra ===
Baris 248 ⟶ 243:
=== Pengunduran diri para sesepuh ===
[[File:Return of Heroes Slain in Battle, Kurukshetra War of Mahabharata, Aftermath.jpg|jmpl|ka|280px|"Kembalinya para kesatria yang telah gugur di Kurukshetra." Ilustrasi tentang suatu cerita ''Mahabharata'', dari buku ''Indian Myth and Legend'', 1913.]]
Lima belas tahun setelah [[Yudistira]] dinobatkan sebagai raja, [[Dretarastra]] memutuskan untuk meninggalkan istana [[Hastinapura]]. Sebelumnya, ia dan Yudistira hidup berdampingan secara damai sejak perang berakhir; Yudistira pun sering berkonsultasi kepada Dretarastra tentang masalah tata negara. Dretarastra memutuskan untuk pergi karena tidak tahan lagi dengan sindiran dan kata-kata yang menyelekit dari [[Bima (Mahabharata)|Bima]], yang dulu telah membunuh seluruh putranya dalam perang Kurukshetra. Atas nasihat dari Resi [[Byasa]], Yudistira pun memaklumi keputusan Dretarastra dan mengizinkannya pergi. [[Gandari]], [[Kunti]], [[Widura]], dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] memutuskan untuk mengikuti Dretarastra. Para sesepuh memutuskan untuk hidup di hutan sebagai petapa demi menuntaskan [[caturasrama|jenjang kehidupan]] mereka yang keempat (''[[caturasrama|sanyasin]]'').<ref name=jm>John Murdoch (1898), The Mahabharata - An English Abridgment, Christian Literature Society for India, London, pages 125-128</ref> Mereka menetap di hutan kediaman Resi Byasa. Yang pertama meninggal dunia adalah Widura; jenazahnya pertama kali ditemukan oleh Yudistira.
 
Mengetahui bahwa Dretarastra masih diliputi duka akan kematian putra-putranya, Resi Byasa menunjukkan sebuah mukjizat kepada anggota Dinasti Kuru yang masih hidup pada saat itu. Mula-mula ia menyuruh mereka berkumpul di tepi sungai Gangga, kemudian dengan kesaktiannya ia memanggil roh para kesatria yang gugur di medan perang [[Kurukshetra]], dan membuat mereka menampakkan wujud. Dretarastra yang buta pun diberi penglihatan pada saat itu agar dapat menyaksikan wajah putra-putranya untuk yang pertama kalinya. Pada kesempatan itu pula, roh para putra Dretarastra dan [[Karna]] berdamai dengan para Pandawa.<ref>Ganguli, K.M. (1883-1896) "[http://www.sacred-texts.com/hin/m15/index.htm Asramavasika Parva]" in ''The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa'' (12 Volumes). Calcutta</ref><ref>Dutt, M.N. (1905) ''The Mahabharata (Volume 15): Ashramavasika Parva''. Calcutta: Elysium Press</ref>
Baris 260 ⟶ 255:
Tak lama kemudian, Samba pun melahirkan gada besi. Atas perintah Raja [[Ugrasena]], senjata itu kemudian dihancurkan sampai menjadi serbuk, lalu dibuang ke laut.<ref>Ushasri (2001), Bharatam (Dviteeya Bhagam), Telugu Edition, Tirumala Tirupati Devasthanam's Religious Publication Series. No.: 111, Page 493</ref> Serbuk-serbuk tersebut kembali ke pantai, dan dari serbuk tersebut tumbuhlah tanaman ''eraka'', seperti rumput tetapi memiliki daun yang tajam bagai pedang.<ref>C Rajagopalachari (2008), Mahabharata, 52nd Edition, Bhavan's Book University. {{ISBN|81-7276-368-9}}, Page 436</ref> Atas saran Kresna, para Yadawa melakukan perjalanan suci menuju Prabhastirtha, dan mereka melangsungkan upacara di pinggir pantai. Di pantai, mereka minum arak sampai mabuk. Dalam kondisi mabuk, mereka bertikai sambil melempar benda apa pun yang ada di dekat mereka. Rumput ''eraka'' yang tumbuh di sekitar tempat itu mereka cabut untuk digunakan sebagai senjata.<ref>Monier Monier-Williams, {{Google books|1Hp1MX8d8osC|A Sanskrit-English Dictionary|page=186}}, see Column 1, entry for Eraka</ref> Akhirnya para Yadawa bertarung dengan sesamanya secara membabi buta. Setelah kekacauan berakhir, hanya beberapa Yadawa yang selamat, sebagian besar merupakan wanita.
 
Tak lama kemudian, [[Baladewa]] wafat. Kematiannya disusul oleh [[Kresna]], yang wafat setelah telapak kakinya dipanah seorang pemburu.<ref>{{cite web |url=http://www.vedabase.com/en/sb/11/31/6|title=Bhagvata Purana}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.sacred-texts.com/hin/m16/m16004.htm |title =Mahabharata}}</ref> [[Arjuna]] yang menerima kabar tersebut segera berangkat menuju Dwaraka untuk mengungsikan para wanita dan kesatria yang masih [[:wikt:sintas|sintas]]. Setelah wafatnya Kresna, Dwaraka ditelan oleh samudra. Para wanita yang diungsikan oleh Arjuna ditempatkan di sekitar [[Kurukshetra]].
 
=== Akhir kisah ===
Setelah kemusnahan klan Wresni dan Andaka, serta atas nasihat dari [[Byasa]], Yudistira memutuskan untuk makzul.<ref>John Murdoch (1898), The Mahabharata - An English Abridgment, Christian Literature Society for India, London, pages 132-137</ref> Ia menyerahkan takhta kepada cucu [[Arjuna]], yaitu [[Parikesit]], dengan [[Yuyutsu]] menjabat sebagai penasihat raja. Sementara itu, [[Bajra (Mahabharata)|Bajra]] putra [[Aniruda]] dari kaum [[Yadawa]] diberi kuasa atas kota [[Indraprastha]]. Kemudian, Yudistira bersama [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] mengembara ke berbagai tempat-tempat suci di penjuru [[India]], lalu mendaki gunung [[Himalaya]] sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Dalam perjalanan, satu per satu meninggal dunia, diawali dari Dropadi, disusul oleh para Pandawa, mulai dari yang bungsu ([[Sadewa]]). Hanya [[Yudistira]] yang sintas dan mampu mencapai puncak gunung. Dewa [[Indra]] menjemputnya ke [[surga]] dengan kereta kencana. Sebelum mencapai surga, sang dewa memberikan ujian terakhir bagi Yudistira. Yudistira berhasil lolos dalam ujian tersebut, dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan.<ref>Ganguli, K.M. (1883-1896) "[http://www.sacred-texts.com/hin/m18/index.htm Svargarohanika Parva]" in ''The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa'' (12 Volumes). Calcutta</ref><ref>Dutt, M.N. (1905) ''The Mahabharata (Volume 18): Swargarohanika Parv''a. Calcutta: Elysium Press</ref>
 
Kitab ''Mahabharata'' terjemahan naskah [[Sanskerta]] ditutup dengan akhir yang bahagia bagi pihak Pandawa dan Korawa.<ref>{{cite book |title=Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa |chapter-url=https://www.sacred-texts.com/hin/m18/m18005.htm |chapter=Svargarohanika Parva|publisher=Sacred-Text.com |first=K.M. |last=Ganguli |author-link=Kisari Mohan Ganguli |location=Calcutta}}</ref> Dalam narasi yang dituturkan [[Wesampayana]], disebutkan bahwa [[Pandawa]], [[Dropadi]], [[Karna]], para putra [[Dretarastra]], para sesepuh [[Dinasti Kuru]], serta para kesatria yang gugur di [[Kurukshetra]] telah mencapai [[surga]] dan kediaman para dewa, berkumpul bersama-sama, damai dan bebas dari segala angkara murka.<ref>{{cite book |title=Mahabharata |chapter-url=https://archive.org/details/mahabharata0000raja |chapter-url-access=registration |chapter=Yudhishthira's final trial |publisher=Bharatiya Vidya Bhavan |year=2005 |edition=45th |first=Chakravarti |last=Rajagopalachari |author-link=C. Rajagopalachari |location=Mumbai |isbn=978-81-7276-368-8}}</ref>