Mahmud Yunus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(12 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|honorific_prefix =
|name = Mahmud Yunus
|image = Mahmud Yunus
|image_size =
|caption =
Baris 27:
|notable_works = ''[[Tafsir Qur'an Karim]]''{{br}}''Kamus Arab–Indonesia''
|religion = [[Islam]]
|spouse = Hj. Darisah
|children = Prof. Dr. H. Kamal Mahmud
|parents = Yunus (ayah) {{br}} Hafsyah (ibu)
|relatives =
}}
[[Profesor|Prof.]] [[Dr.(H.C.)|
Yunus
Sejak [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]], Yunus bekerja dalam pemerintahan membidangi masalah pendidikan Islam. Ia mendorong masuknya mata pelajaran pendidikan agama di sekolah negeri di Minangkabau. Setelah kemerdekaan, ia meneruskan upaya yang sama untuk diberlakukan di Sumatra dan disetujui pada 1947. Mata pelajaran agama diadopsi dalam kurikulum nasional sejak 20 Juanuari 1951 lewat usulannya sebagai pegawai [[Departemen Agama]]. Dari tahun 1957 hingga 1960, Yunus menjabat sebagai rektor pertama [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA), cikal bakal [[UIN Syarif Hidayatullah|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]. Berikutnya, ia menjadi rektor pertama [[IAIN Imam Bonjol|IAIN Imam Bonjol Padang]] sejak 1967 sampai 1971 ketika ia pensiun sebagai pegawai Departemen Agama. Ia meninggal dalam usia 82 tahun pada 16 Januari 1982.
Baris 41:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016675.jpg|jmpl|kiri|243px|Potret ''[[surau]]'' di Minangkabau. Anak-anak dan remaja laki-laki menghabiskan waktu mereka di surau untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman seperti fiqih, tafsir, dan bahasa Arab.{{efn|Sistem pendidikan yang dipakai surau-surau yaitu terbuka, duduk bersila mengitari guru, tanpa kelas, diselenggarakan pagi sampai siang, siang sampai sore, atau malam setelah Maghrib sampai waktu tidur tiba.}}]]
Mahmud Yunus adalah anak sulung dari tujuh bersaudara keluarga petani Yunus dan Hafsyah. Ia lahir pada 10 Februari 1899 <small><nowiki>[</nowiki>[[Kalender Hijriyah]]: 30 Ramadhan 1316<nowiki>]</nowiki></small> di [[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Nagari Sungayang]], berjarak 7 km dari [[Batusangkar]], [[Kabupaten Tanah Datar]] sekarang.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=5}} Besar di tengah keluarga ibunya, Yunus telah memperlihatkan minat terhadap ilmu agama sejak kecil. Orangtuanya bercerai ketia ia berumur tiga tahun, sementara sang ibu menikah lagi dan memberi Yunus seorang adik perempuan.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=9}} Ia belajar Al-Qur'an di Surau Talang kepada kakeknya dan ''khatam'' dalam usia tujuh tahun.{{sfn|Hashim|2010|pp=169}} Setelah itu, ia menggantikan sang kakek mengajar di surau.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=14}}
Pada 1908, ia masuk ke sebuah Sekolah Desa di Sungayang. Karena jemu dengan pelajaran yang sering diulang di kelas, pada tahun keempat ia pindah ke Madras School pimpinan [[Muhammad Thaib Umar]] di Surau Tanjung Pauh.{{sfn|Hashim|2010|pp=170}} Ia belajar setiap hari dari pagi sampai siang. Setelah berumur 12 tahun, ia menarik diri dari mengajar di surau, dan pada umur 14 tahun ia dipercaya menjadi ''mudir'' (guru bantu) di Madras School.
Baris 48:
== Kuliah di Mesir ==
[[Berkas:Seruan Al-Azhar cover.jpg|jmpl|190px|ka|Majalah ''Seruan Azhar'', tertulis nama Mahmud Yunus sebagai editor]]Sejak berusia 20 tahun, Yunus sudah berencana melanjutkan studi ke Mesir. Keinginan itu dipengaruhi oleh intensitasnya membaca pemikiran [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha]] di majalah ''[[Al-Manar (majalah)|Al-Manar]]''.{{sfn|Daya|1990|pp=28}} Namun, Yunus gagal memperoleh visa dari Inggris. Karena kegagalan
Yunus memulai kuliahnya di [[Universitas Al-Azhar]] pada awal 1924. Di Mesir, Yunus bergabung dengan Al-Jami'ah Al-Khairiah pimpinan [[Djanan Tajib]] dan ikut mengelola majalah organisasi ''[[Seruan Azhar]]''. Edisi pertama majalah itu memuat editorial Mahmud Yunus berisi seruan agar
== Memimpin sekolah-sekolah Islam ==
Baris 58:
Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: [[Madrasah ibtidaiah|madrasah Ibtidaiyah]], [[Madrasah sanawiah|tsanawiyah]], dan [[Madrasah aliah|aliyah]].{{sfn|Hashim|2010|pp=181}}{{sfn|Abdullah|2009|pp=171}} Namun, sekolah ini terpaksa ditutup pada tahun 1933, setahun setelah pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan pembatasan sekolah Islam atau [[Ordonansi Sekolah Liar]].
Sejak 1932, Yunus meninggalkan Sungayang dan disibukkan dengan aktivitas mengajar. Ia memimpin sekolah [[Normal Islam School]] (NIS) atau ''Kulliyyatul Muallimin Al-Islamiyyaah'' di Padang yang didirikan PGAI pada 1 April 1931.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=46}} Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat atas yang dimaksudkan untuk mendidik calon guru; murid yang diterima di sekolah ini adalah lulusan madrasah minimal tujuh tahun. Yunus mengajarkan [[bahasa Arab]], masukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum, serta menambahkan beberapa cabang pengetahuan umum seperti ilmu alam, tata buku, dan kesehatan. Sebagian buku yang dipakai untuk keperluan pengajaran adalah tulisannya sendiri yang ia susun sewaktu belajar di Mesir.{{sfn|Abdullah|2009|pp=172}} NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di
Keberhasilannya menerapkan metode-metode baru dalam pendidikan madrasah membuat ia dipercaya memimpin [[Sekolah Tinggi Islam Padang|Sekolah Tinggi Islam]] (STI) di Padang pada 1 November 1940, didampingi [[Muchtar Jahja]]. Didirikan oleh PGAI pada 9 September 1940, STI tercatat sebagai perguruan tinggi Islam paling awal di Indonesia.{{sfn|Hashim|2010|pp=283}}{{sfn|Latif|2005|pp=243}} Pada 9 Desember 1940, STI membuka dua fakultas: Fakultas Syariat dan Fakultas Pendidikan & Bahasa Arab. Namun, STI hanya berjalan kurang dua tahun sehingga tidak mengeluarkan alumni. Perguruan tinggi ini tutup pada 28 Januari 1942 menjelang [[pendudukan Jepang di
== Pendudukan Jepang dan Sekutu ==
Baris 67:
Pada 1943, Yunus ditunjuk mewakili MIT Minangkabau sebagai penasihat residen (''shuchokan'') di Padang.{{sfn|Hashim|2010|pp=175}} Melalui kedekatannya dengan Jepang, ia berupaya agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Ia mengusulkan kepada Kepala Jawatan Pengajaran Jepang untuk memasukkan pendidikan agama Islam ke sekolah-sekolah pemerintah di Minangkabau.{{sfn|Asy|2004|pp=179}} Usulan ini diterima oleh pemerintah dan diterapkan sampai berakhirnya [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pendudukan Jepang atas Indonesia]] dan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Seiring dengan kedatangan Sekutu melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada penghujung tahun 1945, sebagian besar guru dan murid Normal Islam School mengungsi ke luar daerah sehingga membuat sekolah terpaksa ditutup. Pada September 1946, Yunus menginisiasi berdirinya Sekolah Menengah Islam (SMI) di [[Bukittinggi]]. Semua alat-alat pembelajaran yang digunakan seperti kursi, meja, peta, dan alat-alat praktikum diangkut dari Padang. SMI kelak dijadikan sekolah negeri di bawah Jawatan Agama
== Memperkenalkan mata pelajaran agama ==
[[Berkas:Rumah_Perundingan_PDRI_Padang_Japang_20211219.jpg|kiri|jmpl|250x250px|Rumah Djawahir Mahmud, istri Mahmud Yunus di Padang Japang, [[Kabupaten Lima Puluh Kota]]]]
Setelah kemerdekaan, Yunus kembali memperjuangkan usulan memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum sekolah-sekolah pemerintah. Usul ini diterima oleh Jawatan Pengajaran
Pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), Yunus membuka sekolah-sekolah darurat. Ia sempat mengemukakan rencana mendirikan madrasah tsanawiyah untuk seluruh Sumatra. Rencana ini mendapat persetujuan dari Menteri Agama PDRI [[Teuku Muhammad Hasan]]. Setelah [[Pengakuan kedaulatan Indonesia|pengakuan kedaulatan Belanda]] atas Indonesia, beberapa madrasah tsanawiyah dengan nama Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dibuka di
Pada 1950, Yunus mengusulkan kepada pemerintah untuk mengompromikan kurikulum yang diterapkan di Sumatra dengan kurikulum nasional. Usul ini dibahas bersama dalam panitia yang dipimpin Mr. Hadi mewakili [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Departemen Pendidikan dan Pengajaran]] dan Yunus sendiri mewakili [[Departemen Agama]].{{sfn|Asy|2004|pp=187}} Pada 20 Januari 1951, dua departemen tersebut mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang isinya antara lain: menetapkan pendidikan agama di setiap jenjang pendidikan negeri dan swasta—mulai dari sekolah rendah, sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas, hingga sekolah kejuruan—dengan lama dua jam dalam seminggu ("kecuali di lingkungan istimewa").{{sfn|Yunus, 1979|pp=358-359}}{{efn|Pendidikan agama Islam telah diatur secara resmi oleh pemerintah pada Desember 1946. Namun, Menteri Agama bersama Menteri Pengajaran dan Pendidikan menetapkan pendidikan agama Islam baru dapat diberikan untuk kelas IV sampai kelas VI tingkat sekolah rendah.}} Ini masih diterapkan sampai sekarang di Indonesia sebelum berlakunya [[kurikulum 2013]], yang menambah lama pelajaran agama menjadi empat jam.
Baris 89:
== Rektor IAIN Imam Bonjol ==
Sebagai pegawai Departemen Agama, Yunus kerap diundang mengikuti kunjungan kerja ke luar negeri. Pada 1961, ia melawat ke sembilan negara Islam: Mesir, Saudi Arabia, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia, dan Maroko. Kunjungan ini ditujukan untuk mempelajari pendidikan agama di negara-negara tersebut. Pada April 1962, Yunus menghadiri sidang Majelis A'la Istisyari Al-Jami'ah Al-Islamiyah di [[Madinah]] atas undangan [[Saud dari Arab Saudi|Raja Saud dari Arab Saudi]] melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta. Dalam Muktamar Buhutsul Islamiyah di [[Universitas Al-Azhar]], ia berturut-turut hadir pada 1964, 1965, 1966, dan 1967. Pada salah satu penyelenggaraan muktamar, Yunus mengemukakan makalah berjudul "Al-Israiliyyat fit Tafsir wal Hadits".
Sejak 1963, Yunus menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Padang yang baru didirikan. Tiga tahun berselang, fakultas ini bersama tiga fakultas lain diresmikan menjadi [[Universitas Islam Negeri Imam Bonjol|IAIN Imam Bonjol]]. Yunus dilantik sebagai rektor pertama IAIN tersebut pada 29 November 1966 sampai jelang pensiun pada 1 Januari Tahun 1971.
Baris 96:
== Karya ==
[[Berkas:Tafsir_Qur'an_Karim_Mahmud_Yunus.jpg|jmpl|190px|ka|''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' terbitan Al- Ma'arif pada 1951]]
Sepanjang hidupnya, Yunus menulis sedikitnya 75 buku. 49 judul buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan 26 judul buku ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besar buku-bukunya saat ini masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran madrasah dan perguruan tinggi. ''Kamus Arab–Indonesia'' yang disusunnya masih mudah didapatkan saat ini. Beberapa judul bukunya yang dijadikan buku pegangan pendidikan agama di antaranya tiga jilid ''al-Fiqh al-Wadhih'' dan tiga jilid ''at-Tarbiyah wa at-Ta'lim''.
Karyanya yang berpengaruh adalah ''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' yang diterbitkan pada tahun 1938. Tafsir ini tercatat sebagai pionir karya tafsir berbahasa Indonesia sejak dijadikan bahasa persatuan. Dua cetakan pertama terjual dalam beberapa bulan saja. Tafsir ini telah dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 dan telah mengalami cetak ulang sebanyak 23 kali. Dalam otobiografinya yang terbit setelah ia meninggal, Yunus mengatakan bahwa ia mulai menulis tafsir ini sejak tahun 1921.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=22}}
Baris 211:
}}
* {{cite book
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi:
|last = Kahin
|first = Audrey R.
Baris 322:
[[Kategori:Ulama Nusantara|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Tokoh dari Tanah Datar|Mahmoed Joenoes]]
|