Mamajir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Daerah dan Perkembangannya
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Naoajs (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 22375287 oleh 112.215.241.131 (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 10:
| era =
}}
'''''Mamajir diambil dari Nama Sultan Prajir''''' {{aka}} '''''Mamajěr''''' adalah satu jenis olahraga atau pacuan tradisional khas [[suku Kangean]] yang berasal dari Desadaerah Daandung di [[pulau Kangean]] (wilayah [[Kepulauan Kangean]]) pertama kalinya, diperagakan Oleh Sultan Prajir, Orang pertama yang menempati Desa Daandung, awalnya menggunakan sapi, dan seiringsetelah lama berjalannya Waktu di Zaman itu, menggunakan [[kerbau]].<ref>{{cite book |last1=Kardiman |first1= Yuyus |last2= Yasin |first2= Yasnita |first3= Aslidar |last4=Sholiha |first4= Windi Marathun |date=2010 |title= Masyarakat Indonesia: Teropong Antropologi Budaya Indonesia |language=id |publisher= Laboratorium Sosial Politik Press, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta}}</ref> Olahraga ini Pertama kalinya dilakukan di Jalan Selatan Pemakaman Besar (Lorong Laok Makam Raje) disebut Lorong Majhiran, dan setelah lama kelamaanbiasanya dilakukan di areal persawahan yang berlumpur. Alih-alih memperebutkan kemenangan, fokus utama dari tradisi ''mamajir'' ini yaitu sebagai tolak bala dan wujud rasa syukur para masyarakat Kangean, sehingga tidak ada yang menang maupun kalah dalam olahraga ini.
 
''Mamajir'' kerap dilaksanakan usai ''Pangkak'' yang juga merupakan salah satu tradisi khas Kangean yang dilaksanakan pada masa panen. Hal tersebut menjadikan tradisi ini dan ''Pangkak'' memiliki keterkaitan yang berkesinambungan, contohnya yakni saat pelaksanaan ''Mamajir'', instrumen musik seperti ''gĕndĕng dumik'' dan penampilan akapela yang biasa dilantunkan saat ''Pangkak'' juga turut meramaikan pacuan kerbau khas Kangean ini, beberapa pria pun terkadang menarikan tarian ''Pangkak'' di pinggiran areal perlombaan dengan memakai pakaian adat khas Kangean berupa baju ''tanéan'' polos Warna hitam dengan nuansa [[batik]] khas Kangean yang digunakan sebagai penutup kepala (Sengel) dan penutup pinggang.
 
==Terminologi==