Maqashid asy-syariah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bbusro (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{italic title}}
{{Islam |texts}}
'''''Maqashid asy-syariah''''' ({{lang-ar|مقاصد الشريعة}}, maqāṣid asy-syarīʿah, "maksud-maksud syariah" atau "tujuan-tujuan syariah") adalah sebuah gagasan dalam [[hukum Islam]] bahwa [[syariah]] diturunkan Allah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.{{sfn|Duderija|2014|p=2}}<ref>{{Cite journal|last=Shihan|first=Mohammad|last2=Zaroum|first2=Abdulhamid Mohamed Ali|date=2022-09-02|title=APPLYING THE ISLAMIC LAW FROM THE VIEWPOINT OF MAQASHID AL-SHARIAH: ANALYZING LEGAL OPINIONS OF SRI LANKAN MUSLIM SCHOLARS|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/asy-syariah/article/view/15032|journal=Asy-Syari'ah|volume=24|issue=1|pages=1–18|doi=10.15575/as.v23i2.15032|issn=2654-5675}}</ref> Menurut para pengusung gagasan ini, tujuan-tujuan ini dapat ditemukan atau disarikan dari sumber utama hukum Islam (yaitu Quran dan Sunnah) dan harus senantiasa dijaga saat memutuskan perkara hukum.{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}} Bersama dengan gagasan klasik lainnya yaitu [[mashlahah]] (kemaslahatan umum), gagasan ini mulai banyak berperan dipada zaman modern.{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}}{{sfn|Brown|2009}}{{sfn|Gleave|2012}}
 
Gagasan ini telah ada sejak masa Islam klasik, tetapi pertama kali dijabarkan secara gamblang oleh [[Al-Ghazali]] (wafat 1111) yang berpendapat bahwa secara umum tujuan Allah menurunkan hukum Islam adalah demi kemaslahatan umum, dan secara khusus untuk menjaga lima unsur penting dalam kehidupan manusia: agama, hidup, akal, keturunan, dan harta. Ahli [[fikih]] sejak masa klasik telah mengakui pentingnya prinsip ''maqashid asy-syariah'' dan ''mashlahah'', tetapi terdapat perbedaan pendapat mengenai seberapa besar perannya dalam hukum Islam.{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}}{{sfn|Gleave|2012}} Sebagian menganggapnya hanya sebagai penalaran tambahan yang cakupannya terbatas dan harus tunduk pada kesimpulan berdasarkan [[Quran]], [[hadis]] dan [[qiyas]].{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}}{{sfn|Opwis|2007|pp=66–68}} Sebagian lain menganggapnya sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri dan dapat mengesampingkan kesimpulan-kesimpulan tertentu yang berdasarkan pemahaman harfiah terhadap Quran dan hadis.{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}} Pendapat terakhir ini tidak banyak dianut ahli fikih masa klasik, tetapi pada zaman modern muncul ulama-ulama terkemuka yang mengusungnya dalam berbagai bentuk. Ulama-ulama modern ini bertujuan menyesuaikan hukum Islam dengan kondisi sosial yang terus berubah dengan tetap berdasarkan tradisi intelektual hukum Islam.{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}}{{sfn|Ziadeh|2009}}{{sfn|Brown|2009}} Para ulama ini juga memperluas cakupan ''maqashid'' atau tujuan syariah di luar lima ''maqashid'' klasik yang diajukan Al-Ghazali. Contohnya adalah reformasi dan hak-hak wanita (oleh [[Rasyid Ridha]]), keadilan dan kebebasan (oleh [[Muhammad Al-Ghazali]]) serta hak asasi dan martabat manusia (oleh [[Yusuf al-Qaradhawi]]).{{sfn|Duderija|2014|pp=2–6}}