Maria Walanda Maramis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Taylorbot (bicara | kontrib)
satu cukup (creator/artist/age) | t=1'013 su=102 in=156 at=102 -- only 205 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000
 
(32 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Minahasa|'[[Maramis]]'}}
{{Infobox Person
|name = Maria Walanda Maramis
|image = Maria Walanda Maramis 1999 Indonesia stamp.jpg
|caption =
|birthname = Maria Josephine Catherine Maramis
|othername = Maria Walanda Maramis
|religion = [[Kristen]]
|birth_date = {{birth date|1872|12|1}}
|birth_place = {{flagicon|IndonesiaBelanda}} [[Kema, Minahasa Utara]], [[Sulawesi Utara]], [[IndonesiaHindia Belanda]]
|location =
|occupation =
|spouse = [[Joseph Frederick Caselung Walanda]]
|death_date = {{death date and age|1924|4|22|1872|12|1}}
|death_place = {{flagicon|IndonesiaBelanda}} [[Maumbi, Kalawat, Minahasa Utara]], [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]
|location =
|parents = [[Maramis]] dan [[Sarah Rotinsulu]]
}}
 
'''Maria Josephine Catherine Maramis''' ({{lahirmati|[[Kema, Minahasa Utara]], [[Sulawesi Utara]]|1|12|1872|[[Maumbi, Kalawat, Minahasa Utara]], [[Sulawesi Utara]]|22|4|1924}}), atau yang lebih dikenal sebagai '''Maria Walanda Maramis''', adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]] karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20.<ref>JJ.Rizal. 2007. Maria Walanda Maramis (1872-1924) Perempuan Minahasa, Pendobrak Adat dan Pemberotak Nasionalisme, dalam "Merayakan Keberagaman", Jurnal Perempuan Vol.54 tahun 2007. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, hal.87-98.</ref>.
 
Setiap tanggal 1 [[Desember]], masyarakat [[Minahasa]] memperingati [[Hari Ibu Maria Walanda Maramis]], sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut [[NicholasNicolaas Graafland]], dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkanmengembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki".<ref>N.Graffland dalam Maria Ulfah Subadio, T.O.Ihromi, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1978.</ref>
 
Untuk mengenang jasanya, telah dibangun [[Patung Walanda Maramis]] yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota [[Manado]] yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Di sini, pengunjung dapat mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asal [[Bumi Nyiur Melambai]] ini. Fasilitas yang ada saat ini adalah tempat parkir dan pusat perbelanjaan.<ref>{{Cite web |url=http://www.manadokota.info/index.php?option=com_content&view=article&id=166&Itemid=97 |title=Salinan arsip |access-date=2010-04-21 |archive-date=2016-01-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160122174242/http://www.manadokota.info/index.php?option=com_content&view=article&id=166&Itemid=97 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Kehidupan awal ==
[[Berkas:Makam Pahlawan Maria Walanda Maramis - panoramio.jpg|jempol|kanan|200px|Makam Maramis di dekat [[Manado]]]]
Maria lahir di Kema, sebuah kota kecil yang sekarang berada di kabupaten [[Minahasa Utara]], dekat Kota Airmadidi propinsi [[Sulawesi Utara]]. Orang tuanya adalah Maramis dan Sarah Rotinsulu. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara di mana kakak perempuannya bernama Antje dan kakak laki-lakinya bernama Andries. [[Alexander Andries Maramis|Andries Maramis]] terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi menteri dan duta besar dalam pemerintahan Indonesia pada mulanya.
 
Maria lahir di Kema, sebuah desa kecil yang sekarang berada di kabupaten [[Minahasa Utara]], Kecamatan Kema (hasil pemekaran Kecamatan Kauditan) provinsi [[Sulawesi Utara]]. Orang tuanya adalah Bernadus Maramis dan Sarah Rotinsulu.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/maria-walanda-maramis/|title=Maria Walanda Maramis Pejuang Pendidikan Perempuan|last=|first=|date=8 April 2019|website=LPMP Sulawesi Utara|access-date=13 Juni 2020|archive-date=2020-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200613080509/https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/maria-walanda-maramis/|dead-url=yes}}</ref> Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara di mana kakak perempuannya bernama Antje dan kakak laki-lakinya bernama Andries. Andries adalah ayah dari [[Alexander Andries Maramis]] yang terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi menteri dan duta besar dalam pemerintahan Indonesia pada mulanya.<ref>{{cite book | last = Parengkuan | first = Fendy E. W. | date = 1982 | title = A.A. Maramis, SH. | location = Jakarta | publisher = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref>
Maramis menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat. Paman Maramis yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah ''Hukum Besar'' di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana. Maramis beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.
 
Maria menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat. Paman Maria yaitu Mayor Ezau Rotinsulu yang waktu itu adalah kepala distrik di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana.<ref name=":1" /> Dari kepindahan itu, ia juga berteman dengan kaum terpelajar misalnya seorang pendeta bernama Jan Ten Hoeve.<ref>{{Cite journal|last=Anjani|first=K.T.|last2=Nurbaity|last3=Handayani|first3=Y.|year=2019|title=MARIA WALANDA MARAMIS SANG PELITA PENDIDIKAN PEREMPUAN DI
MaramisMINAHASA menjadi(1917-1924)|url=|journal=Jurnal yatimCandrasangkala|volume=5|issue=2|pages=40-47|doi=|issn=2477-2771}}</ref><ref piatuname=":0">{{Cite padabook|title=Meneladani saatKeteladanan iaKaum berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkatWanita|last=Warsidi|first=E.|date=2007|publisher=Yudhistira PamanGhalia Maramis yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah ''Hukum Besar'' di Maumbi membawa Maramis dan saudaraIndonesia|isbn=9789790191235|location=|pages=|url-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana.status=live}}</ref> MaramisMaria beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.
 
== Dorongan Bumi Minahasa ==
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 terbagi banyakmenjadi klan8 kelompok etnis (walak)<ref>{{Cite book|url=https://fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/120/2019/06/Weg-tot-het-oosten-PSB.fix_.pdf#page=86|title=Weg Tot Het Oosten: Afscheidsbundel voor Kees Groeneboer|last=Suprihatin|first=C. T.|last2=Yusuf|first2=M.|date=2019|publisher=Program Studi Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia|isbn=978-602-9054-58-3|editor-last=Grave|editor-first=J.|location=Depok|pages=|url-status=live|access-date=2020-06-13|archive-date=2020-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200613074009/https://fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/120/2019/06/Weg-tot-het-oosten-PSB.fix_.pdf#page=86|dead-url=yes}}</ref> yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut [[Minahasa]] dalam suatu tatanan kolonial [[Hindia Belanda]]. Sejalan dengan hal ini [[Hindia Belanda]] mengadakan perubahan birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah kuasa soerangseorang residen.<ref>David E.F.Henley, Nationalism and Regionalism in a Colonial Context: Minahasa in the Dutch East Indies, KITLV Press, 1996.</ref> Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra membuat ekonomi ekspor berkembang pesat, penanaman modal mengalir deras, dan kota-kota lain tumbuh seperti [[Tondano]], [[Tomohon]], [[Kakaskasen]], [[Sonder]], [[Romboken]], [[Kawangkoan]], dan [[Langowan]].<ref>RZ.Leirissa, "Copracontracten: An Indication of Economic Development in Minahasa During the Colonial Period" dalam J.Th.Linbad (ed.), Historical Foundations of A National Economy in Indonesia 1890s-1990, Amsterdam, hal.265-277.</ref>
 
== PIKAT ==
Setelah pindah ke Manado, Maramis mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama ''Tjahaja Siang''. Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam keluarga di mana adalah kewajiban ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya. Ibu juga yang memberi pendidikan awal kepada anak-anaknya.
 
Menyadari wanita-wanita muda saat itu perlu dilengkapi dengan bekal untuk menjalani peranan mereka sebagai pengasuh keluarga, Maramis bersama beberapa orang lain mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal [[8 Juli]] [[1917]]. Tujuan organisasi ini adalah untuk mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar.<ref dalamname=":0" hal-hal/> rumahLebih tangga seperti memasakspesifik, menjahit,tujuan merawatdari bayi,organisasi pekerjaanini tangan, dan sebagainya.adalah:
 
# Menyediakan suatu waktu bagi kaum perempuan Minahasa agar mereka dapat saling bergaul dan mengenal
Melalui kepemimpinan Maramis di dalam PIKAT, organisasi ini bertumbuh dengan dimulainya cabang-cabang di Minahasa, seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Cabang-cabang di Jawa juga terbentuk oleh ibu-ibu di sana seperti di [[Batavia]], [[Bogor]], [[Bandung]], [[Cimahi]], [[Magelang]], dan [[Surabaya]]. Pada tanggal [[2 Juni]] [[1918]], PIKAT membuka sekolah [[Manado]]. Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya pada tanggal [[22 April]] [[1924]].
# Membawa masa depan pemuda Minahasa
# Membiasakan para perempuan Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya secara bebas<ref>{{Cite book|title=Maria Walanda Maramis|last=Manus|first=M.P.B.|date=1985|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Melalui kepemimpinan Maramis di dalam PIKAT, organisasi ini bertumbuh dengan dimulainya cabang-cabang di Minahasa, seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Selain itu, cabang di luar Minahasa antara lain di Sangir Talaut (Sangihe-Talaud), Poso, Gorontalo, dan Ujung Pandang.<ref>{{Cite book|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8315/1/ENSIKLOPEDIA%20PAHLAWAN%20NASIONAL.pdf|title=Ensiklopedia Pahlawan Nasional|last=Said|first=J.|last2=Wulandari|first2=T.|date=1995|publisher=Sub Direktorat Sejarah Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=|editor-last=Sutjiatiningsih|editor-first=S.|location=Jakarta|pages=39|url-status=live}}</ref> Cabang-cabang di Jawa juga terbentuk oleh ibu-ibu di sana seperti di [[Batavia]], [[Bogor]], [[Bandung]], [[Cimahi]], [[Magelang]], dan [[Surabaya]]. Pada tanggal [[2 Juni]] [[1918]], PIKAT membuka sekolah [[Manado]]. Di sekolah ini mereka diajari hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya.<ref name=":0" /> Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya pada tanggal [[22 April]] [[1924]]. Di sekolah ini,
 
Untuk menghargai peranannya dalam pengembangan keadaan wanita di Indonesia, '''Maria Walanda Maramis''' mendapat gelar ''Pahlawan Pergerakan Nasional'' dari pemerintah Indonesia pada tanggal [[20 Mei]] [[1969]].
 
== Hak pilih wanita di Minahasa ==
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama ''Minahasa Raad''. Mulanya anggota-anggotanya ditentukan, tapitetapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya. Hanya laki-laki yang bisa menjadi anggota pada waktu itu, tapitetapi Maramis berusaha supaya wanita juga memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan tersebut. Usahanya berhasil pada tahun 1921 di mana keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota-anggota ''Minahasa Raad''.
 
== Kehidupan keluarga ==
[[Berkas:Maria Walanda Maramis 1999 Indonesia stamp.jpg|thumbjmpl|Perangko Maria Walanda Maramis keluaran tahun 1999]]
Maramis menikah dengan Joseph Frederick CaselungCalusung Walanda, seorang guru bahasa pada tahun 1890. Setelah pernikahannya dengan Walanda, ia lebih dikenal sebagai '''Maria Walanda Maramis'''. Mereka mempunyai tiga anak perempuan. Dua anak mereka dikirim ke sekolah guru di Betawi ([[Jakarta]]). Salah satu anak mereka, Anna Matuli Walanda, kemudian menjadi guru dan ikut aktif dalam PIKAT bersama ibunya.
 
== Referensi ==
 
{{Reflist}}<br />{{Pahlawan Indonesia}}
* Manus, M. (1985). ''Maria Walanda Maramis''. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
 
{{Pahlawan Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Maramis, Maria Walanda}}
Baris 59 ⟶ 64:
[[Kategori:Tokoh dari Minahasa]]
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Utara]]
[[Kategori:Tokoh Wanitawanita]]
[[Kategori:Tokoh Pejuang Wanita]]
[[Kategori:Tokoh Pejuang Anak]]