Masjid Taqwa Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(30 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{coord|-0.951829|100.360005|display=title}}
{{Infobox religious building
|image = Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang 2019 (2).JPGjpg
|image_size = 268px
|caption = Masjid Taqwa Muhammadiyah pada 2008
|building_name = Masjid Taqwa Muhammadiyah
|location = [[Kota Padang]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation =
|leadership =
Baris 10 ⟶ 11:
|leadership = Abdurrahman Chan
|architect = [[Ismet Darwis]]
|coordinates = {{coord|-0.951829|100.360005}}
|architecture_type = Masjid
|architecture_style =
Baris 28 ⟶ 29:
}}
 
'''Masjid Taqwa Muhammadiyah''' adalah salah satu [[masjid]] terbesar di [[Indonesia]] yang terletak di pusat [[Kota Padang]], [[SumatraSumatera Barat]]. Berada di kawasan [[Pasar Raya Padang]], masjid yang pertama dibangun pada 1961 berupa bangunan berlantai dua ditandai dengan kubah. Namun, pada 6 Januari 1975, masjid pertama mengalami kerusakan berat setelah kubah runtuh. Pada 1977, masjid baru dibangun ulang dan akhirnya selesai pada 1987. Masjid Taqwa Muhammadiyah mengawali arsitektur masjid modern di Sumatra Barat yang tak identik dengan kubah.
 
Masjid Taqwa Muhammadiyah menampilkan arsitektur masjid modern yang tak identik dengan kubah. Fasad bangunannya merupakan abstraksi gonjong yang juga terdapat pada gedung di kampus [[Universitas Andalas]], Limau Manis, Padang.
Masjid ini berada tidak jauh dari [[Masjid Raya Ganting]] dan [[Masjid Nurul Iman]] yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan [[sejarah Kota Padang]].{{sfn|Republika|2012}} Selain dipusatkan sebagai tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.
 
Masjid ini berada tidak jauh dari [[Masjid Raya Ganting]] dan [[Masjid Nurul Iman]] yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan [[sejarah Kota Padang]].{{sfn|Republika|2012}} Selain dipusatkan sebagaimenjadi tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.
 
== Sejarah ==
Baris 36 ⟶ 39:
Masjid Taqwa dibangun atas prakarsa sejumlah kader [[Muhammadiyah]] di Padang, sehingga sering disebut sebagai Masjid Muhammadiyah. Cikal bakalnya berawal dari aktivitas pengajian kelompok (ranting) Muhammadiyah di [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Pasar Jao]] dan sekitarnya pada 1952. Dipimpin oleh Hasan Herbalis, para anggotanya mengadakan pengajian dua kali seminggu di Masjid Nurul Islam yang kini dikenal sebagai Masjid Kampung Jao Dalam. Namun, baru mengadakan pengajian selama empat tahun, tepatnya pada 1956, pengajian tersebut ditentang oleh masyarakat sekitar karena dinilai telah mencampuri urusan budaya dan adat istiadat mereka. Di antara isi pengajian yang ditentang yakni seruan tidak mengadakan acara ''manujuah hari'' dengan makan-makan di tempat orang yang meninggal, yang sudah menjadi tradisi. Untuk tidak menimbulkan pertikaian, maka kegiatan pengajian dialihkan ke los (kedai) ''bada'' milik seorang bernama Bilal. Los tersebut berada di belakang Blok A, Pasar Raya Padang.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
Pada 1957, mulai terjadi pergolakan [[Dewan Banteng]]. Saat itu banyak bangunan yang ditinggalkan pemiliknya termasuk toko di sekitar pasar. Melihat ada satu toko yang roboh dan tidak digunakan lagi, anggota pengajian mencoba meminta izin pada pemerintah setempat untuk mendirikan [[masjid|rumah ibadah]] di atas tanah bekas toko. Setelah mengantongi izin, didirikanldidirikanlah sebuah [[surau]] berukuran 9 × 12 meter dengan lantai dan dinding terbuat dari papan. Melihat ramainya jamaah yang melaksanakan ibadah di surau tersebut, maka pada tahun 1960 dibentuk panitia untuk meningkatkan surau tersebut, dan dicapai kesepakatan untuk membangun Masjid Raya Muhammadiyah.
 
=== Pembangunan awal ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM TMnr 20001030.jpg|jmpl|250x250px|Bentuk awal Masjid Taqwa Muhammadiyah sebelum runtuh pada 1975]]
Pembangunan masjid mulai dilakukan pada 1961, setelah persiapan pembangunan seperti pembelian bahan-bahan bangunan. Arsitekturnya dikerjakan oleh PT Desicona Associate (Degigras) Bandung pimpinan [[Ismet Darwis]] . Bangunan masjid terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama diperuntukkan sebagai tempat ibadah, sedangkan lantai atas diperuntukkan untuk aktivitas dakwah dan pendidikan. Menurut ''[[Suara Muhammadiyah]]'', bentuk masjid Masjid Taqwa Muhammadiyah pada masanya terlihat seperti "gedung supermarket yang mewah atau gedung perkantoran yang modern".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=cY7pAAAAMAAJ&dq=%22*+pimpinan+Azwar+Anas+,+Menteri+Perhubungan+R%22&focus=searchwithinvolume&q=ismed|title=Suara Muhammadiyah|date=1990|publisher=[[Suara Muhammadiyah]]|language=id}}</ref><!-- Untuk menyelesaikan masjid ini masih memerlukan dana sebesar Rp607.804.325. Dana tersebut digunakan untuk penyelesaian lantai dasar, ruang perpustakaan, ruang wudu, dinding kaca, dan menara. Sekalipun pembangunan belum selesai secara keseluruhan, masjid ini telah mendapat kunjungan dari berbagai tokoh. -->
 
Setelah pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah selesai pembangunannya, pusatPusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah SumatraSumatera Barat dipindahkan ke Padang dan berkantor di masjid ini. Selain itu, kegiatan perkuliahan untuk Fakultas Adab (kini Fakultas Syariah, [[Universitas Muhammadiyah SumatraSumatera Barat]]) pernah diselenggarakan di sini sebelum dipindahkan ke kampus pusat di [[Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang|Lubuk Buaya]].{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
=== Runtuh dan pembangunan kembali ===
[[Berkas:MasjidMuhammadiyahPadang2.jpg|jmpl|250px|Masjid Taqwa Muhammadiyah terdiri dari tiga lantai;. lantaiRuang keduasalat merupakanutama ruangterletak salatdi utamalantai dua.]]
Peristiwa yang menggemparkan terjadi pada 6 Januari 1975. Tanpa diketahui sebab yang jelas, [[kubah]] besar yang memahkotai bangunan masjid ini secara tiba-tiba roboh, menghimpit dua lantai bangunan di bawahnya dan menimpa beberapa jamaah yang sedang berada di ruangan tepat di bawah kubah tersebut. Beruntung jamaah yang tertimpa itu tidak meninggal. Padahal tahun itu akan diadakan Kongres [[Muhammadiyah]] se-Indonesia. Meskipun tidak bisa digunakan lagi, berkat bantuan pemerintah daerah kongres tetap digelar di bangunan toko di sekitar masjid ini.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
Hasil Mukhtamar,Muktamar memutuskan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah ini dijadikan proyek nasional. Jamaah Muhammadiyah dari daerah lain ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali masjid ini. Pada 1977 panitia pembangunan melakukan pembangunan awal dan memberi nama Masjid Taqwa. Pada 1987, masjid ini akhirnya dapat kembali digunakan sebagai tempat ibadah dan mengembangkan ajaran agama. Namun ketika itu banyak yang mengatakan bangunan masjid ini tidak berbentuk masjid, sehingga dibuatlah sebuah [[menara]] dengan membongkar sebuah bangunan di sekitarnya.{{sfn|Suryadi|2012}}
 
== Polemik ==
Pada 2005, [[Terminal Goan Hoat]] yang berada di dekat Masjid Taqwa Muhammadiyah dibongkar dan dijadikan sebagai lokasi pusat perbelanjaan oleh [[Pemerintah Kota Padang]]. Meski mendapat penolakan dari ribuan pedagang [[Pasar Raya Padang]], Wali Kota Padang [[Fauzi Bahar]] tetap meneruskan pembangunan pusat perbelanjaan di bekas terminal yangtersebut (kini dikenal sebagai [[Sentral Pasar Raya]] (SPR).<ref>https://nasional.tempo.co/read/56067/pedagang-pasar-raya-padang-protes-pendirian-mal</ref>
 
Ketiadaan terminal berdampak pada menumpuknya kendaraan, terutama [[angkutan kota]] di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah. Jalan depan masjid menjadi tempat turun naiknya penumpang sehingga memicu kemacetan, susahnya memarkir kendaraan, dan suara bising akibat klakson. Pengurus masjid telah menyampaikan keluhan jemaah kepada Pemerintah Kota Padang, tetapi permasalahan tak teratasi dan berlanjut selama bertahun-tahun berikutnya. Terkait hal ini, sastrawan [[Wisran Hadi]] pada 2008 pernah menulis secara satir bahwa "yang salah itu adalah kenapa masjid didirikan di pusat kota" sehingga "sudah waktunya pengurus Masjid Taqwa bersiap-siap memindahkan masjid yang dicintai masyarakat ini ke tempat yang lebih aman".{{-}}
 
Ketiadaan terminal berdampak pada menumpuknya kendaraan, terutama [[angkutan kota]], di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah. Jalan depan masjid menjadi tempat turun naiknya penumpang sehingga memicu kemacetan, susahnya memarkir kendaraan, dan suara bising akibat klakson. Pengurus masjid telah menyampaikan keluhan jemaah kepada Pemerintah Kota Padang, tetapi permasalahan tak teratasi dan berlanjut selama bertahun-tahun berikutnya. TerkaitPada hal ini2008, sastrawan [[Wisran Hadi]] pada 2008 pernah menulis secara satir bahwa "yang salah itu adalah kenapa masjid didirikan di pusat kota" sehingga "sudah waktunya pengurus Masjid Taqwa bersiap-siap memindahkan masjid yang dicintai masyarakat ini ke tempat yang lebih aman".{{-}}
== Referensi ==
 
Baris 72 ⟶ 74:
* {{cite web
| title = Jalan M. Yamin Padang 1970-an
| url = httphttps://niadilova.blogdetikwordpress.com/index.php2012/05/14/archivesminang-saisuak-88-jalan-m-yamin-padang-1970-an/938
| last = Suryadi
| date = 14 Mei 2012
| accessdate = 2827 NovemberApril 20122021
| ref = {{sfnRef|Suryadi|2012}}
}}
Baris 102 ⟶ 104:
{{Masjid di Indonesia}}
 
[[Kategori:Masjid di Sumatra BaratPadang|Taqwa Muhammadiyah]]
[[Kategori:Kota Padang]]