Melioidosis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
+
 
(21 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{akan dikerjakan|Hanamanteo}}
{{penjelasan singkat|Penyakit manusia}}
{{Infobox medical condition
Baris 27 ⟶ 26:
'''Melioidosis''' adalah penyakit [[infeksi]] yang disebabkan oleh [[bakteri]] [[Gram-negatif]] bernama ''[[Burkholderia pseudomallei]]''.<ref name="Joost 2018"/> Kebanyakan orang yang dijangkiti ''Burkholderia pseudomallei'' tidak mengalami satupun gejala, tetapi mereka yang mengalami gejala memiliki tanda dan gejala dari gejala ringan seperti [[demam]], perubahan kulit, [[radang paru-paru]], dan [[bisul]], hingga gejala berat seperti [[ensefalomielitis|radang otak]], [[radang sendi]], dan [[kejang septik|tekanan darah rendah yang berbahaya]] yang menyebabkan kematian.<ref name="Joost 2018"/> Sekitar 10% dari orang penderita melioidosis mengalami gejala yang berlangsung lebih dari dua bulan yang disebut melioidosis kronis.<ref name="Joost 2018"/>
 
Manusia dijangkiti ''Burkholderia pseudomallei'' melalui kontak dengan air yang tercemar. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui luka, tarikan napas, atau penelanan. Penularan dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia sangat jarang terjadi.<ref name="Joost 2018"/> Infeksi ini [[endemi (epidemiologi)|masih ada]] di Asia Tenggara, khususnya di timur laut [[Thailand]] dan utara [[Australia]].<ref name="Joost 2018"/> Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, kasus melioidosis umumnya diimpor dari negara-negara tempat melioidosis lebih sering terjadi.<ref name="Currie 2015"/> Tanda dan gejala melioidosis menyerupai [[tuberkulosis]] dan sering terjadi kesalahan diagnosis.<ref name="Yi 2014"/><ref name="ReferenceA">{{Cite journal|last1=Brightman|first1=Christopher|last2=Locum|date=2020|title=Melioidosis: the Vietnamese time bomb|journal=Trends in Urology & Men's Health|language=en|volume=11|issue=3|pages=30–32|doi=10.1002/tre.753|issn=2044-3749|doi-access=free}}</ref><ref name="Yi 2014"/> Diagnosis biasanya dikonfirmasi oleh pertumbuhan ''Burkholderia pseudomallei'' dari darah atau cairan tubuh orang yang dijangkiti lainnya.<ref name="Joost 2018"/> Mereka yang menderita melioidosis pertama-tama diobati dengan antibiotik intravena "fase intensif" (paling sering [[seftazidima]]) diikuti dengan pengobatan [[Trimetoprim/sulfametoksazol|kotrimoksazol]] selama beberapa bulan.<ref name="Joost 2018"/> Bahkan jika dirawat dengan cermat, sekitar 10% penderita melioidosis meninggal karenanya. Jika tidak ditangani dengan cermat, tingkat kematian bisa melonjak hingga 40%.<ref name="Joost 2018"/>
 
Upaya pencegahan melioidosis antara lain memakai alat pelindung diri saat menangani air yang terkontaminasi, membiasakan kebersihan tangan, minum air matang, dan menghindari kontak langsung dengan tanah, air, atau hujan lebat. [[Antibiotik]] kotrimoksazol hanya digunakan sebagai pencegahan untuk individu yang berisiko tinggi terkena melioidosis setelah terpapar bakteri. Tiada vaksin untuk melioidosis yang telah disetujui.<ref name="Joost 2018"/>
 
Sekitar 165 ribu orang dijangkiti melioidosis tiap tahun dan menewaskan 89 ribu orang. [[Diabetes melitus|Diabetes]] adalah faktor risiko utama penyakit melioidosis dengan lebih dari setengah kasus melioidosis terjadi pada penderita diabetes.<ref name="Joost 2018"/> Peningkatan curah hujan dikaitkan dengan lonjakan jumlah kasus melioidosis di daerah endemi.<ref name="Yi 2014"/> Melioidosis pertama kali dideskripsikan oleh [[Alfred Whitmore]] pada tahun 1912 di wilayah yang saat ini bernama [[Myanmar]].<ref name="Whitmore 1912"/>
 
== Etimologi ==
Nama melioidosis berasal dari bahasa Yunani yaitu ''melis'' (μηλις) yang berarti "penyakit virus pada keledai" dengan akhiran -oid yang berarti "mirip dengan" dan -osis yang berarti "suatu keadaan", yaitu suatu keadaan yang mirip dengan glander.<ref name="Stanton 1921">{{cite book|vauthors=Stanton AT, Fletcher W |chapter=Melioidosis, a new disease of the tropics|title=Far Eastern Association of Tropical Medicine: Transactions of the Fourth Congress|location=Batavia, Dutch East Indies|publisher=Javasche Boekhandel en Drukkerij|year=1921}}</ref> Istilah melioidosis juga bersinonim dengan:
*Pseudoglander<ref>{{cite journal | vauthors = Chai LY, Fisher D | title = Earth, wind, rain, and melioidosis | journal = The Lancet. Planetary Health | volume = 2 | issue = 8 | pages = e329–e330 | date = August 2018 | pmid = 30082045 | doi = 10.1016/S2542-5196(18)30165-7 | doi-access = free }}</ref>
*Penyakit Whitmore (after Captain [[Alfred Whitmore]], who first described the disease)<ref name="Whitmore 1912"/>
*Nightcliff gardener's disease ([[Nightcliff]] is a suburb of [[Darwin, Northern Territory|Darwin, Australia]] where melioidosis is endemic)<ref>{{cite web|url=http://www.abc.net.au/pm/content/2005/s1285014.htm|title=Rise in melioidosis rates in NT| vauthors = Barker A |date=19 June 2005|access-date=2007-06-24|publisher=[[Australian Broadcasting Corporation]]}}</ref>
*Penyakit sawah<ref>{{cite journal | vauthors = Orellana C | title = Melioidosis strikes Singapore | journal = The Lancet. Infectious Diseases | volume = 4 | issue = 11 | pages = 655 | date = November 2004 | pmid = 15534940 | doi = 10.1016/S1473-3099(04)01190-9 }}</ref>
*Morphia injector's septicaemia<ref>{{cite journal| vauthors = Krishnaswami CS |title=Morphia injectors' septicaemia|journal=Indian Medical Gazette|volume=52|issue=1917|pages=296&ndash;299}}</ref>
 
== Tanda dan gejala ==
=== Akut ===
[[Berkas:Signs of melioidosis.svg|thumbjmpl|upright=1.3|Schematic depiction of the signs of melioidosis]]
[[Berkas:Melioidosis PA and lateral X rays.jpg|thumbjmpl|upright=1.3|Chest X-ray showing opacity of the left middle and lower zones of the lung.]]
[[Berkas:CT and MRI scan of the brain with melioidosis.jpg|thumbjmpl|upright=1.3|CT and MRI scans showing lesion of the right frontal lobe of the brain.]]
[[Berkas:Septic arthritis of left hip joint with melioidosis.jpg|thumbjmpl|upright=1.3|Septic arthritis of the left hip with joint destruction]]
Pajanan terhadap ''Burkholderia pseudomallei'' biasanya dapat menyebabkan antibodi diproduksi untuk melawan bakteri itu tanpa gejala apapun. Dari pasien yang menderita infeksi klinis, 85% pasien mengalami gejala akut dari pemerolehan bakteri terkini.<ref name="Joost 2018"/><ref name="pmid21152057">{{cite journal| author=Currie BJ, Ward L, Cheng AC| title=The epidemiology and clinical spectrum of melioidosis: 540 cases from the 20 year Darwin prospective study. | journal=PLOS Negl Trop Dis | year= 2010 | volume= 4 | issue= 11 | pages= e900 | pmid=21152057 | doi=10.1371/journal.pntd.0000900 | pmc=2994918 }}</ref><ref name="Bennett 2015">{{cite book |vauthors=Bennett JE, Raphael D, Martin JB, Currie BJ |title=Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases|chapter=223 |date=2015 |publisher=Elsevier |isbn=978-1-4557-4801-3 |pages=2541–2549 |edition=Eighth}}</ref> [[Masa inkubasi]] rata-rata melioidosis akut adalah 9 hari (kisaran 1–21 hari).<ref name="Joost 2018"/> Walau begitu, gejala melioidosis dapat muncul dalam 24 jam bagi mereka yang dijangkiti saat hampir tenggelam di air yang terkontaminasi.<ref name="Bennett 2015"/> Mereka yang terkena melioidosis akan memunculkan gejala [[sepsis]] (terutama demam) dengan atau tanpa [[radang paru-paru]], atau [[bisul]] atau fokus infeksi lainnya. Adanya tanda dan gejala yang tidak spesifik yang menyebabkan melioidosis dijuluki "peniru ulung".<ref name="Joost 2018"/>
 
Baris 46 ⟶ 53:
 
=== Kronis ===
Melioidosis kronis biasanya ditandai dengan gejala yang berlangsung lebih dari dua bulan dan terjadi pada sekitar 10% pesakit.<ref name="Joost 2018"/> Penyajian klinis yaitu demam, penurunan berat badan, dan batuk berkelanjutan dengan atau tanpa dahak berdarah, yang mungkin menyerupai [[tuberkulosis]]. Selain itu, bisul di beberapa bagian tumbuh yang berlangsung lama juga dapat timbul.<ref name="Yi 2014"/> Tuberkulosis harus diwaspadai jika kelenjar getah bening membesar di [[akar paru-paru]]. Melioidosis kronis dapat muncul dengan kavitasi radang paru-paru menyerupai tuberkulosis paru kronis.<ref>{{Cite journal|last1name=Brightman|first1=Christopher|last2=Locum|date=2020|title=Melioidosis: the Vietnamese time bomb|journal=Trends in Urology & Men's Health|language=en|volume=11|issue=3|pages=30–32|doi=10.1002/tre.753|issn=2044-3749|doi-access=free}}<"ReferenceA"/ref> Tidak seperti tuberkulosis, radang paru-paru yang disebabkan oleh melioidosis jarang menyebabkan jaringan parut dan pengapuran paru-paru, tidak seperti tuberkulosis.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
=== Laten ===
Dalam infeksi laten, orang yang [[imunokompetensi|imunokompeten]] dapat menghilangkan infeksi tanpa menunjukkan gejala apa pun, tetapi kurang dari 5% dari semua kasus melioidosis memiliki aktivasi setelah [[periode laten]].<ref name="Joost 2018"/> Pesakit melioidosis laten dapat saja bebas gejala selama beberapa dasawarsa.<ref name="Ngauy 2005"/> Awalnya, periode terlama antara dugaan paparan dan presentasi klinis diperkirakan selama 62 tahun di [[tahanan perang]] [[Perang Dunia II]] di Burma-Thailand-Malaysia.<ref name="Ngauy 2005">{{cite journal | vauthors = Ngauy V, Lemeshev Y, Sadkowski L, Crawford G | title = Cutaneous melioidosis in a man who was taken as a prisoner of war by the Japanese during World War II | journal = Journal of Clinical Microbiology | volume = 43 | issue = 2 | pages = 970–2 | date = February 2005 | pmid = 15695721 | pmc = 548040 | doi = 10.1128/JCM.43.2.970-972.2005 }}</ref> Genotipe isolat bakteri selanjutnya dari veteran [[Perang Vietnam]] menunjukkan bahwa isolat tersebut mungkin tidak berasal dari [[Asia Tenggara]], melainkan [[Amerika Selatan]].<ref>{{cite journal | vauthors = Gee JE, Gulvik CA, Elrod MG, Batra D, Rowe LA, Sheth M, Hoffmaster AR | title = Phylogeography of Burkholderia pseudomallei Isolates, Western Hemisphere | journal = Emerging Infectious Diseases | volume = 23 | issue = 7 | pages = 1133–1138 | date = July 2017 | pmid = 28628442 | pmc = 5512505 | doi = 10.3201/eid2307.161978 }}</ref> Laporan ini membalikkan laporan lain yang menempatkan periode laten terpanjang untuk melioidosis yaitu 29 tahun.<ref>{{cite journal | vauthors = Chodimella U, Hoppes WL, Whalen S, Ognibene AJ, Rutecki GW | title = Septicemia and suppuration in a Vietnam veteran | journal = Hospital Practice | volume = 32 | issue = 5 | pages = 219–21 | date = May 1997 | pmid = 9153149 | doi = 10.1080/21548331.1997.11443493 }}</ref> Potensi inkubasi yang berkepanjangan diakui oleh prajurit Amerika Serikat yang terlibat dalam Perang Vietnam, sehingga melioidosis disebut sebagai "bom waktu Vietnam".<ref name="Yi 2014"/><ref>{{Cite journal|last1name=Brightman|first1=Christopher|last2=Locum|date=2020|title=Melioidosis: the Vietnamese time bomb|journal=Trends in Urology & Men's Health|language=en|volume=11|issue=3|pages=30–32|doi=10.1002/tre.753|issn=2044-3749|doi-access=free}}<"ReferenceA"/ref> Di Australia, periode laten terpanjang yang tercatat adalah 24 tahun.<ref name="Currie 2015"/> Berbagai [[komorbiditas]] seperti diabetes, gagal ginjal, dan alkoholisme dapat menjadi predisposisi reaktivasi melioidosis.<ref name="Yi 2014"/>
 
== Penyebab ==
=== Bakteri ===
[[Berkas:Burkholderia pseudomallei gram stain safety pin apperance.jpg|thumbjmpl|upright=1.3|''B. pseudomallei'' with bipolar Gram staining showing safety-pin appearance]]
Melioidosis disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, motil, [[saprofit]] bernama ''Burkholderia pseudomallei''. Bakteri ini juga dapat menjadi patogen intraseluler [[parasit fakultatif|fakultatif]] [[infeksi oportunistik|oportunistik]].<ref name="Joost 2018">{{cite journal | vauthors = Wiersinga WJ, Virk HS, Torres AG, Currie BJ, Peacock SJ, Dance DA, Limmathurotsakul D | title = Melioidosis | journal = Nature Reviews. Disease Primers | volume = 4 | issue = 17107 | pages = 17107 | date = February 2018 | pmid = 29388572 | pmc = 6456913 | doi = 10.1038/nrdp.2017.107 }}</ref> Bakteri ini juga aerobik dan positif berdasarkan [[uji oksidase]]. Sebuah vakuola di tengah bakteri membuatnya menyerupai “peniti” saat diwarnai dengan Gram.<ref name="Yi 2014"/> Bakteri ini mengeluarkan bau tanah yang kuat setelah 24 hingga 48 jam pertumbuhan dalam kultur. ''Burkholderia pseudomallei'' menghasilkan kapsul [[polisakarida]] [[glikokaliks]] yang membuatnya resisten terhadap banyak jenis antibiotik.<ref name="Allen C 2005">{{cite journal | vauthors = Cheng AC, Currie BJ | title = Melioidosis: epidemiology, pathophysiology, and management | journal = Clinical Microbiology Reviews | volume = 18 | issue = 2 | pages = 383–416 | date = April 2005 | pmid = 15831829 | pmc = 1082802 | doi = 10.1128/CMR.18.2.383-416.2005 }}</ref> Bakteri ini umumnya resisten terhadap [[gentamisin]] dan [[kolistin]], tetapi peka terhadap [[asam klavulanat]] (co-amoxiclav). ''Burkholderia pseudomallei'' adalah patogen [[level keselamatan biologi]] 3, yang memerlukan penanganan laboratorium khusus.<ref name="Yi 2014"/> Pada hewan, makhluk hidup serupa lainnya bernama ''[[Burkholderia mallei]]'' adalah agen penyebab penyakit [[glanders]].<ref name="Joost 2018"/> ''Burkholderia pseudomallei'' dapat dibedakan dari ''[[Burkholderia thailandensis]]'' yang berkerabat dekat tetapi kurang patogen lewat kemampuannya mengasimilasi [[arabinose]].<ref name="Gassiep 2020"/> ''Burkholderia pseudomallei'' sangat mudah beradaptasi dengan berbagai lingkungan inang mulai dari spora jamur [[mikoriza]] hingga [[ameba]].<ref name="Yi 2014"/> Kemampuan beradaptasinya dapat memberikan keuntungan bertahan hidup dalam tubuh manusia.<ref name="Joost 2018"/>
 
Baris 59 ⟶ 66:
 
=== Penularan ===
''Burkholderia pseudomallei'' biasanya ditemukan di tanah dan air permukaan serta paling banyak ditemukan di kedalaman tanah 10 &nbsp;cm hingga 90 &nbsp;cm.<ref name="Joost 2018"/> Bakteri ini juga ditemukan di tanah, kolam, sungai, lubuk, genangan air, dan sawah.<ref name="Yi 2014">{{cite journal | vauthors = Foong YC, Tan M, Bradbury RS | title = Melioidosis: a review | journal = Rural and Remote Health | volume = 14 | issue = 4 | pages = 2763 | date = 30 October 2014 | pmid = 25359677 | url = https://www.rrh.org.au/journal/article/2763 }}</ref> Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang miskin nutrisi seperti air suling, tanah gurun, dan tanah yang kekurangan nutrisi selama lebih dari 16 tahun. Bakteri ini juga dapat bertahan dalam larutan antiseptik dan deterjen, lingkungan asam ([[pH]] 4,5 selama 70 hari), dan lingkungan pada suhu berkisar antara 24&nbsp;°C hingga 32&nbsp;°C. Bakteri ini tidak bertahan hidup dengan adanya sinar ultraviolet.<ref name="Joost 2018"/>
 
Bakteri dapat memasuki tubuh lewat luka, hirupan, dan [[penelanan|menelan]] air yang tercemar.<ref name="Joost 2018"/> Penularan dari orang ke orang sangat jarang terjadi.<ref name="Yi 2014"/> Melioidosis adalah penyakit yang diakui terhadap hewan semisal kucing, anjing, kambing, domba, dan kuda. Sapi, kerbau, dan buaya dianggap relatif resisten terhadap melioidosis meskipun terus-menerus terpapar air dan tanah yang mengandung bakteri ini. Burung juga resisten terhadap melioidosis.<ref name="Gassiep 2020"/><ref name="Allen C 2005"/> [[Zoonosis|Penularan dari hewan ke manusia]] jarang terjadi.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Yi 2014"/>
 
[[Klorinasi air|Klorinasi]] pasokan air yang tidak memadai dikaitkan dengan wabah ''Burkholderia pseudomallei'' di Australia Utara dan Barat. Bakteri ini juga ditemukan dalam pasokan air yang tidak diklorinasi di pedesaan Thailand. Cairan pengairan yang terkontaminasi dengan ''Burkholderia pseudomallei'' dikaitkan dengan infeksi luka [[infeksi nosokomial|nosokomial]] di rumah sakit.<ref name="Joost 2018"/> Berdasarkan [[pengurutan keseluruhan genom]] bakteri ini, manusia mungkin berperan dalam memindahkan ''Burkholderia pseudomallei'' dari satu tempat ke tempat lain.<ref>{{cite journal | vauthors = Baker A, Pearson T, Price EP, Dale J, Keim P, Hornstra H, Greenhill A, Padilla G, Warner J | display-authors = 6 | title = Molecular phylogeny of Burkholderia pseudomallei from a remote region of Papua New Guinea | journal = PLOS ONE | volume = 6 | issue = 3 | pages = e18343 | date = March 2011 | pmid = 21483841 | pmc = 3069084 | doi = 10.1371/journal.pone.0018343 | bibcode = 2011PLoSO...618343B | doi-access = free }} {{open access}}</ref> Pada Oktober 2021, [[Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat]] mengonfirmasi wabah di Amerika Serikat yang dilacak dari semprotan [[aromaterapi]] yang diproduksi di India.<ref>{{Cite web|date=2021-11-04|title=2021 Multistate outbreak of melioidosis {{!}} Melioidosis {{!}} CDC|url=https://www.cdc.gov/melioidosis/outbreak/2021/index.html|access-date=2021-11-08|website=www.cdc.gov|language=en-us}}</ref>
 
== Patogenesis ==
[[Berkas:Pathogenesis of melioidosis.svg|thumbjmpl|upright=1.3|alt= Diagram showing the pathogenesis of melioidosis | Ways of ''B. pseudomallei'' bacteria infecting human cells and blood stream.]]
''Burkholderia pseudomallei'' memiliki kemampuan untuk menjangkiti pelbagai jenis sel dan menghindari respons imun manusia. Bakteri pertama-tama masuk ke dalam celah di kulit atau selaput lendir dan bereplikasi di sel epitel. Dari sana, bakteri ini menggunakan motilitas [[flagela]] untuk menyebar dan menjangkiti pelbagai jenis sel. Dalam aliran darah, bakteri ini dapat menjangkiti baik [[fagosit]] dan nonfagosit. ''Burkholderia pseudomallei'' menggunakan flagela untuk bergerak mendekati sel [[inang]], kemudian menempel pada sel menggunakan pelbagai protein adhesi termasuk protein [[pilus]] tipe IV PilA dan protein adhesi BoaA dan BoaB. Selain itu, adhesi bakteri sebagian tergantung pada keberadaan [[reseptor faktor II koagulasi|reseptor-1 yang diaktifkan protease]] protein inang yang ada pada permukaan [[endotelium|sel endotel]], [[keping darah]], dan [[monosit]]. Setelah terikat, bakteri ini memasuki sel inang melalui [[endositosis]] dan berakhir di dalam [[vesikel]] endositik. Saat vesikel menjadi asam, ''Burkholderia pseudomallei'' menggunakan [[sistem sekresi bakteri|sistem sekresi]] tipe 3 (T3SS) untuk menyuntikkan protein efektor ke dalam sel inang, sehingga mengganggu vesikel dan membiarkan bakteri keluar ke [[sitoplasma]] inang. Dalam sitoplasma inang, bakteri menghindari dari dibunuh oleh [[autofagi]] inang menggunakan pelbagai protein efektor T3SS. Bakteri ini bereplikasi di sitoplasma inang.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Gassiep 2020"/>
 
Baris 78 ⟶ 85:
 
== Diagnosis ==
[[Berkas:Bps close.JPG|thumbjmpl|upright=1.3|Appearance of ''B. pseudomallei'' colonies on Ashdown's medium after four days of incubation.]]
[[Berkas:Immunofluorescent-stained sample of guinea pig tissue leads to positive diagnosis of melioidosis.png|thumbjmpl|upright=1.3|Immunofluorescent microscopy showing the presence of ''B. pseudomallei''.]]
[[Berkas:Latex agglutination test positive for melioidosis.jpg|thumbjmpl|upright=1.3|Right-most slide showing positive latex agglutination for melioidosis]]
Kultur bakteri adalah diagnosis definitif melioidosis. ''Burkholderia pseudomallei'' tidak pernah menjadi bagian dari flora manusia. Oleh karena itu, setiap pertumbuhan bakteri adalah diagnostik melioidosis. Kultur darah adalah sampel yang paling umum untuk diagnosis karena bakteri dapat dideteksi dalam darah pada 50% hingga 60% kasus melioidosis. Sampel lain seperti tenggorokan, usap dubur, nanah dari bisul, dan dahak juga dapat digunakan untuk kultur. Ketika bakteri ini tidak tumbuh dari orang yang diduga kuat menderita melioidosis, kultur berulang harus dilakukan karena kultur berikutnya dapat menjadi positif.<ref name="Joost 2018"/> ''Burkholderia pseudomallei'' dapat ditumbuhkan pada agar darah domba, [[agar MacConkey]], [[media Ashdown]] (mengandung [[gentamisin]]),<ref name="Joost 2018"/> atau kaldu Ashdown (mengandung [[kolistin]]).<ref name="Currie 2015"/> Cawan agar untuk melioidosis harus diinkubasi pada suhu 37&nbsp;°C di udara dan diperiksa selama empat hari berturut-turut.<ref name="Yi 2014"/> Pada cawan agar, ''Burkholderia pseudomallei'' membentuk koloni yang berkrim dan [[hemolisis (mikrobiologi)|nonhemolitik]] setelah diinkubasi selama dua hari. Setelah diinkubasi selama empat hari, koloni bakteri tampak kering dan berkerut.<ref name="Joost 2018"/> Koloni ''Burkholderia pseudomallei'' yang ditumbuhkan pada media Francis (modifikasi media Ashdown dengan konsentrasi gentamisin ditingkatkan menjadi 8 &nbsp;mg/l) berwarna kuning. Untuk laboratorium yang berlokasi di luar daerah endemik, agar selektif ''[[Burkholderia cepacia]]'' atau agar selektif ''[[Pseudomonas]]'' dapat digunakan jika media Ashdown tidak tersedia.<ref name="Yi 2014"/> Penting untuk tidak salah penafsiran bahwa pertumbuhan bakteri sebagai ''Pseudomonas'' atau ''[[Bacillus]]'' spp. Alat pemeriksaan biokimia lainnya juga dapat digunakan untuk mendeteksi ''Burkholderia pseudomallei'', termasuk [[indeks profil analitis|alay biokimia API 20NE atau 20E]] yang dipadukan dengan pewarnaan Gram, [[uji oksidase]], ciri-ciri pertumbuhan yang khas, dan resistensi terhadap antibiotik tertentu dari bakteri tersebut.<ref name="Currie 2015"/> MolecularMetode methodsmolekuler suchseperti askuar [[16S rDNA]] probes anddan [[polymerasereaksi chainberantai reactionpolimerase]] juga candapat alsodigunakan beuntuk used to detectmendeteksi ''B.Burkholderia pseudomallei'' indalam culturekultur, buttetapi theyhanya aretersedia onlydi availablelaboratorium inpenelitian research and referencedan laboratoriesreferensi.<ref name="Joost 2018"/>

Tes Generaldarah bloodumum tests in peoplepada withpenderita melioidosis showmenunjukkan lowjumlah whitesel blooddarah cellputih countsyang rendah (indicatesmenunjukkan infectioninfeksi), raisedpeningkatan liverenzim enzymeshati, increasedpeningkatan kadar [[bilirubin]] levels (indicatesmenunjukkan liverdisfungsi dysfunctionhati), anddan peningkatan raisedkadar urea anddan creatinine levels[[kreatinin]] (indicatesmenunjukkan kidneydisfungsi dysfunctionginjal). [[HypoglycemiaHipoglikemia|LowGlukosa blooddarah glucoserendah]] anddan [[acidosisasidosis]] predictsmemperkirakan aprognosis pooreryang prognosislebih inburuk thosepada withmereka dengan melioidosis. HoweverNamun, other testsuji suchlain asseperti [[protein C-reactive proteinreaktif]] anddan kadar [[procalcitoninprokalsitonin]] levelstidak aredapat notdiandalkan reliabledalam inmemperkirakan predictingkeparahan the severity ofinfeksi melioidosis infection.<ref name="Allen C 2005"/>
 
Dengan mikroskop, ''Burkholderia pseudomallei'' terlihat sebagai Gram-negatif dan berbentuk batang dengan pewarnaan bipolar mirip dengan peniti. Bakteri ini kadang-kadang dapat dilihat secara langsung dalam sampel klinis dari orang yang terinfeksi, tetapi identifikasi dengan [[mikroskop cahaya]] tidak spesifik atau sensitif. Mikroskop imunofluoresensi sangat spesifik untuk mendeteksi bakteri langsung dari spesimen klinis, tetapi sensitivitasnya kurang dari 50%. Sebuah immunoasai aliran lateral telah dikembangkan tetapi tidak dievaluasi secara ekstensif.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Currie 2015"/> Semakin banyak laboratorium yang menggunakan spektrometri massa [[desorpsi/ionisasi laser berbantuan Matrix]] untuk mengidentifikasi bakteri secara akurat.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
[[Serologi|Uji serologi]] seperti [[asai hemaglutinasi|hemaglutinasi]] tidak langsung telah digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap ''B. pseudomallei''. Namun, kelompok orang yang berbeda memiliki tingkat antibodi yang sangat berbeda, jadi interpretasi tes ini bergantung pada lokasi. Di Australia, kurang dari 5% orang memiliki antibodi ''B. pseudomallei'', sehingga keberadaan antibodi dalam jumlah yang relatif rendah tidak biasa dan dapat menunjukkan melioidosis. Di Thailand, banyak orang memiliki antibodi terhadap ''B. pseudomallei'', sehingga hanya jumlah antibodi yang relatif tinggi dalam darah yang menunjukkan melioidosis.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Currie 2015"/> Thailand juga menggunakan [[antibodi fluoresen langsung|uji antibodi imunofluoresen langsung]] (IFAT) dan aglutinasi lateks. Dalam IFAT, antigen ''B. pseudomallei'' dan ''B. thailandensis'' dapat digunakan untuk mengukur jumlah antibodi yang dihasilkan terhadap bakteri. Oleh karena itu, hasil harus ditafsirkan dengan hati-hati karena reaksi positif palsu dapat ditemukan jika seseorang sebelumnya terpapar ''B. thailandensis'' nonpatogenik.<ref name="Yi 2014"/> [[Aglutinasi lateks]] berguna dalam skrining untuk dugaan koloni ''B. pseudomallei'' colonies.<ref name="Joost 2018"/> Alat [[ELISA]] komersial untuk melioidosis tidak lagi tersedia di pasaran karena sensitivitas yang rendah terhadap deteksi antibodi manusia.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
Berbagai modalitas pencitraan juga dapat membantu diagnosis melioidosis. Pada melioidosis akut dengan penyebaran bakteri melalui aliran darah, rontgen dada menunjukkan lesi nodular multifokal. Ini juga dapat menunjukkan penggabungan nodul atau kavitasi. Bagi mereka dengan melioidosis akut tanpa penyebaran ke aliran darah, rontgen dada menunjukkan konsolidasi lobus atas atau kavitasi. Pada melioidosis kronis, perkembangan lambat dari konsolidasi lobus atas paru-paru menyerupai tuberkulosis. Untuk abses yang terletak di bagian tubuh lain selain paru-paru, terutama di hati dan limpa, CT scan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan USG. Pada abses hati dan limpa, pemindaian ultrasound menunjukkan lesi "seperti target", sedangkan CT scan menunjukkan "tanda sarang lebah" pada abses hati. Untuk melioidosis yang melibatkan otak, MRI memiliki sensitivitas yang lebih tinggi daripada CT scan dalam mendiagnosis lesi. MRI menunjukkan lesi yang meningkatkan cincin untuk melioidosis otak.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
== Pencegahan ==
Melioidosis ialah [[penyakit yang harus dilaporkan]] di Australia. Ini memungkinkan Australia untuk memantau penyakit ini dan mengendalikan wabah. Melioidosis baru menjadi keadaan yang dapat dilaporkan di Thailand sejak Juni 2016. Walau begitu, Australia juga memulai kampanye kesadaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit ini.<ref name="Gassiep 2020"/> Di Amerika Serikat, pekerja laboratorium dapat menangani spesimen klinis dalam keadaan [[level keselamatan biologi#Level 2|BSL-2]], sementara produksi massal makhluk hidup ini memerlukan tindakan pencegahan [[level keselamatan biologi#Level 3|BSL-3]].<ref>{{cite book|author=Centers for Disease Control and Prevention|title=Biosafety in Microbiological and Biomedical Laboratories|publisher=National Institutes of Health|location=Atlanta, Georgia|year=2009|edition=5th}}</ref> Beberapa kasus jangkitan melioidosis di rumah sakit juga telah dilaporkan, sehingga penyedia layanan kesehatan dianjurkan untuk mempraktikkan kebersihan tangan dan [[kewaspadaan universal]].<ref name="Joost 2018"/>
 
Klorinasi air berskala besar telah berhasil mengurangi ''Burkholderia pseudomallei'' di perairan Australia. Di negara-negara berpenghasilan rendah, air harus direbus sebelum diminum. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, air dapat diolah dengan sinar [[ultraungu]] bagi mereka yang berisiko terjangkit melioidosis. Mereka yang berisiko tinggi berkontak dengan bakteri ini harus memakai alat pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan selama bekerja. Mereka yang tinggal di daerah endemik harus menghindari kontak langsung dengan tanah dan paparan luar ruangan terhadap hujan lebat atau awan debu. Air kemasan atau air matang lebih disarankan untuk diminum.<ref name="Joost 2018"/>
 
=== Profilaksis pascapajanan ===
Setelah terpapar ''Burkholderia pseudomallei'' (terutama setelah kecelakaan laboratorium), dianjurkan melakukan pengobatan dengan kotrimoksazol. Sebagai alternatif, [[asam klavulanat|koamoksiklav]] dan [[doksisiklin]] dapat digunakan untuk mereka yang tidak toleran terhadap kotrimoksazol. Karena kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang parah, hanya individu berisiko tinggi yang cenderung menerima perawatan tersebut. Sebagai gantinya, individu berisiko rendah akan sering menerima pemantauan.<ref name="Joost 2018"/>
 
=== Vaksinasi ===
{{lebih lanjut|Burkholderia pseudomallei#Calon vaksin}}
Beberapa kandidat vaksin telah diuji pada model hewan. Walau demikian, tiada calon vaksin yang dicoba pada manusia. Hambatan utama vaksin adalah kemanjuran yang terbatas pada model hewan, menetapkan metode pemberian vaksin terbaik kepada manusia, serta masalah logistik dan keuangan dalam menetapkan uji coba pada manusia di daerah endemik.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
== Perawatan ==
Pengobatan melioidosis dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap intensif intravena dan tahap pemberantasan untuk mencegah perburukan. Pilihan antibiotik tergantung kepada kerentanan bakteri ini terhadap berbagai antibiotik. ''Burkholderia pseudomallei'' umumnya rentan terhadap [[seftazidim]], [[meropenem]], [[imipenem]], dan koamoksiklav. Obat-obatan ini dirancang untuk membunuh bakteri ini. Bakteri ini juga rentan terhadap doksisiklin, [[kloramfenikol]], dan kotrimoksazol. Obat-obatan ini dirancang untuk menghambat pertumbuhan bakteri ini. Bakteri ini but resisten terhadap [[penisilin]], [[ampisilin]], [[sefalosporin]] generasi pertama dan kedua, [[gentamisin]], [[streptomisin]], [[tobramisin]], [[makrolida]], dan [[polimiksin]]. Meskipun begitu, isolat ''Burkholderia pseudomallei'' dari [[Sarawak]], [[Malaysia]] rentan terhadap gentamisin.<ref name="Joost 2018"/>
 
=== Tahap intensif ===
Seftazidim [[intravena]] adalah obat pilihan saat ini untuk pengobatan melioidosis akut dan harus diberikan sedikitnya 10 hari.<ref name="Joost 2018"/> Meropenem, imipenem, dan perpaduan [[sefoperazon]]-[[sulbaktam]] (Sulperazone) juga efektif.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Matthew 2018"/> Amoksisilin-klavulanat (koamoksiklav) intravena dapat digunakan jika tidak ada empat obat di atas yang tersedia; koamoksiklav mencegah kematian akibat melioidosis, seperti halnya seftazidim.<ref name="Bennett 2015"/> Antibiotik intravena diberikan minimal 10 hari. Median waktu pembersihan demam pada melioidosis adalah 9 hari.<ref name="Joost 2018"/>
 
Meropenem adalah terapi antibiotik pilihan untuk melioidosis neurologis dan penderita [[sepsis|syok septik]] yang dirawat di [[unit perawatan intensif]]. Kotrimoksazol dianjurkan untuk melioidosis neurologis, osteomielitis, artritis septik, infeksi kulit dan gastrointestinal, dan bisul yang dalam. Untuk jangkitan yang mendalam seperti bisul organ dalam, osteomielitis, artritis septik, dan melioidosis neurologis, durasi antibiotik yang diberikan harus lebih lama (hingga 4 hingga 8 minggu). Waktu yang dibutuhkan demam untuk dituntaskan bisa lebih dari 10 hari pada penderita jangkitan yang mendalam. Resistensi terhadap seftazidim, karbapenem, dan koamoksiklav jarang terjadi pada tahap intensif, tetapi lebih menonjol selama terapi pemberantasan. Tiada perbedaan yang terlihat antara penggunaan sefoperazon/sulbaktam atau seftazidim untuk mengobati melioidosis karena keduanya menunjukkan tingkat kematian dan perkembangan penyakit yang serupa setelah pengobatan.<ref name="Yi 2014"/> Bagi penderita gangguan ginjal, dosis seftazidim, meropenem, dan kotrimoksazol harus diturunkan.<ref name="Currie 2015"/> Setelah kondisi klinis membaik, meropenem dapat dialihkan kembali ke seftazidim.<ref name="Joost 2018"/> Kepastian terapi perpaduan seftazidim atau meropenem mengurangi tingkat keparahan pada tahap awal terapi masih belum jelas.<ref>{{cite journal | vauthors = Samuel M, Ti TY | title = Interventions for treating melioidosis | journal = The Cochrane Database of Systematic Reviews | issue = 4 | pages = CD001263 | date = 2002-10-21 | pmid = 12519552 | pmc = 6532693 | doi = 10.1002/14651858.CD001263 | collaboration = Cochrane Infectious Diseases Group }}</ref>
 
=== Tahap pemberantasan===
Setelah pengobatan penyakit akut, pengobatan pemberantasan (atau pemeliharaan) dengan kotrimoksazol adalah obat pilihan dan harus digunakan sedikitnya selama 3 bulan. Bagi penderita melioidosis neurologis dan osteomielitis, obat ini harus diberikan selama lebih dari 6 bulan. Koamoksiklav dan doksisiklin adalah obat pilihan kedua. Kotrimoksazol tidak boleh digunakan kepada pasien penderita kekurangan [[glukosa-6-fosfat dehidrogenase]] karena dapat menyebabkan [[anemia hemolitik]]. Efek samping lain seperti ruam, [[hiperkalemia]], disfungsi ginjal, dan gejala gastrointestinal, harus segera dikurangi dengan dosis kotrimoksazol. [[Kloramfenikol]] tidak lagi dianjurkan secara rutin untuk tujuan ini. Koamoksiklav adalah alternatif untuk pasien yang tidak dapat menggunakan kotrimoksazol dan doksisiklin (misalnya wanita hamil dan anak-anak di bawah 12 tahun), tetapi tidak seefektif kotrimoksazol dan doksisiklin serta memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi. Pengobatan agen tunggal dengan [[antibiotik kuinolon|fluorokuinolon]] (misalnya [[siprofloksasin]]) atau doksisiklin untuk tahap pemeliharaan oral tidak efektif.<ref name="Joost 2018"/>
 
Di Australia, kotrimoksazol digunakan oleh anak-anak dan ibu hamil setelah 12 minggu pertama kehamilan. Sementara itu di Thailand, koamoksiklav adalah obat pilihan untuk anak-anak dan ibu hamil. Namun, penggunaan koamoksiklav justru memicu resistensi dari ''Burkholderia pseudomallei''. Kasus juga dilaporkan ketika melioidosis berhasil diobati dengan kotrimoksazol selama 3 bulan tanpa melalui terapi intensif asalkan hanya manifestasi kulit yang terlihat tanpa keterlibatan organ dalam atau sepsis.<ref name="Joost 2018"/> Resistensi terhadap kotrimoksazol jarang terjadi di Australia.<ref name="Yi 2014"/>
 
=== Pembedahan ===
Drainase bedah diindikasikan untuk bisul tunggal yang besar di hati, otot, dan prostat. Namun, drainase bedah mungkin tidak dapat dilakukan atau diperlukan untuk beberapa bisul di hati, limpa, dan ginjal. Untuk septic arthritis, pengurasan [[artrotomi]] dan drainase diperlukan. [[Penyiangan]] bedah mungkin diperlukan. Bagi penderita [[aneurisma mikotik]], operasi mendesak diperlukan untuk cangkok vaskular prostetik. Terapi seumur hidup dengan kotrimoksazol mungkin diperlukan bagi mereka yang menjalani cangkok vaskular prostetik. Bisul lainnya cenderung jarang memerlukan drainase karena sebagian besar bisul sembuh dengan pengobatan antibiotik.<ref name="Joost 2018"/> Di Australia, bisul prostat mungkin memerlukan pencitraan dan drainase rutin.<ref name="Allen C 2005"/>
 
=== Perawatan lain ===
Terapi imunomodulasi seperti [[faktor stimulasi koloni granulosit]],<ref name="Gassiep 2020"/> [[Interleukin 7]], dan anti-PDI ([[kematian sel terprogram]]) dapat digunakan dalam pengobatan melioidosis terutama bagi mereka yang mengalami syok septik. Ini disebabkan obat ini dapat membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh manusia terhadap ''Burkholderia pseudomallei''.<ref name="Joost 2018"/>
 
== Prognosis ==
Dengan sumber daya yang baik, ketika penyakit dapat dideteksi dan diobati secara dini, risiko kematian berada di tingkat 10%. Dengan sumber daya yang buruk, tingkat risiko kematian meningkat hingga 40%.<ref name="Joost 2018"/>
 
Bagi penderita yang tidak dirawat dengan baik, gejala muncul kembali setelah periode [[penyembuhan|remisi]] penyakit ("[[keparahan]]") dapat terjadi. Kemudian, perawatan di rumah sakit diperlukan untuk antibiotik intravena. Bagi penderita yang telah berhasil menyelesaikan perawatan, keparahan juga dapat terjadi karena keparahan atau jangkitan melioidosis baru. Dengan terapi yang lebih baik, tingkat keparahan telah berkurang dari 10% menjadi 5%. Jangkitan baru kini lebih umum daripada keparahan. Faktor risiko keparahan termasuk kekambuhan penyakit (pesakit dengan kultur darah positif atau penyakit multifokal memiliki risiko kambuh yang lebih tinggi), pilihan antibiotik untuk terapi pemberantasan (monoterapi doksisiklin dan terapi fluorokuinolon tidak efektif), buruknya kepatuhan terhadap terapi pemberantasan dan durasi terapi pemberantasan kurang dari 8 minggu.<ref name="Joost 2018"/>
 
Kondisi medis yang mendasar seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan kanker dapat memperburuk kelangsungan hidup jangka panjang dan kecacatan penderita yang pulih dari jangkitan. Komplikasi melioidosis yang paling parah adalah ensefalomielitis. Ensefalomielitis dapat menyebabkan kuadriparesis (kelemahan otot di semua tungkai), paraparesis lembek parsial (kelemahan otot di kedua kaki), atau pelemahan kaki. Bagi penderita yang sebelumnya pernah mengalami infeksi tulang dan sendi terkait melioidosis, komplikasi seperti infeksi [[sinus (anatomi)|sinus]], kelainan bentuk tulang dan sendi dengan rentang gerak terbatas dapat terjadi.<ref name="Joost 2018"/>
 
== Epidemiologi ==
[[Berkas:Melioidosis world map distribution.svg|thumb|upright=1.3|Number of deaths by each country due to melioidosis in 2018]]
Melioidosis adalah penyakit yang belum diteliti dan masih endemik di negara berkembang. Pada tahun 2015, Masyarakat Melioidosis Internasional dibentuk untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit ini.<ref name="Joost 2018"/> Pada tahun 2016, [[model statistik]] yang dikembangkan menunjukkan angka 165.000 kasus tiap tahun dengan 138.000 kasus di antaranya terjadi di Asia Timur dan Selatan serta Pasifik.<ref>{{cite journal | vauthors = Limmathurotsakul D, Golding N, Dance DA, Messina JP, Pigott DM, Moyes CL, Rolim DB, Bertherat E, Day NP, Peacock SJ, Hay SI | display-authors = 6 | title = Burkholderia pseudomallei and burden of melioidosis | journal = Nature Microbiology | volume = 1 | issue = 1 | pages = 15008 | date = January 2016 | pmid = 26877885 | pmc = 4746747 | doi = 10.1038/nmicrobiol.2015.8 }}</ref> Sekitar setengah dari jumlah kasus (54% atau 89.000 kasus) akan meninggal. Rendahnya angka yang dilaporkan adalah masalah umum karena hanya 1.300 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia sejak tahun 2010, kurang dari 1% dari insidensi yang diproyeksikan berdasarkan pemodelan. Kurangnya kemampuan diagnostik laboratorium dan kurangnya kesadaran penyakit di antara penyedia layanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya diagnosis. Bahkan jika kultur bakteri menjadi positif untuk ''Burkholderia pesudomallei'', kultur bakteri dapat dibuang sebagai kontaminan terutama di laboratorium daerah bukan endemik. Pada 2018, melioidosis tidak termasuk dalam daftar [[penyakit tropis terabaikan]] Organisasi Kesehatan Dunia.<ref name="Joost 2018"/>
 
Melioidosis ialah penyakit endemik di beberapa bagian Asia Tenggara (termasuk Thailand,<ref>{{cite journal | vauthors = Hinjoy S, Hantrakun V, Kongyu S, Kaewrakmuk J, Wangrangsimakul T, Jitsuronk S, Saengchun W, Bhengsri S, Akarachotpong T, Thamthitiwat S, Sangwichian O, Anunnatsiri S, Sermswan RW, Lertmemongkolchai G, Tharinjaroen CS, Preechasuth K, Udpaun R, Chuensombut P, Waranyasirikul N, Anudit C, Narenpitak S, Jutrakul Y, Teparrukkul P, Teerawattanasook N, Thanvisej K, Suphan A, Sukbut P, Ploddi K, Sirichotirat P, Chiewchanyon B, Rukseree K, Hongsuwan M, Wongsuwan G, Sunthornsut P, Wuthiekanun V, Sachaphimukh S, Wannapinij P, Chierakul W, Chewapreecha C, Thaipadungpanit J, Chantratita N, Korbsrisate S, Taunyok A, Dunachie S, Palittapongarnpim P, Sirisinha S, Kitphati R, Iamsirithaworn S, Chaowagul W, Chetchotisak P, Whistler T, Wongratanacheewin S, Limmathurotsakul D | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Thailand: Present and Future | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 38 | date = 8 April 2018 | pmid = 29725623 | pmc = 5928800 | doi = 10.3390/tropicalmed3020038 | doi-access = free }}</ref> [[Laos]],<ref>{{cite journal | vauthors = Dance DA, Luangraj M, Rattanavong S, Sithivong N, Vongnalaysane O, Vongsouvath M, Newton PN | title = Melioidosis in the Lao People's Democratic Republic | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 21 | date = February 2018 | pmid = 30274419 | pmc = 6136615 | doi = 10.3390/tropicalmed3010021 | doi-access = free }}</ref> Singapura,<ref>{{cite journal | vauthors = Sim SH, Ong CE, Gan YH, Wang D, Koh VW, Tan YK, Wong MS, Chew JS, Ling SF, Tan BZ, Ye AZ, Bay PC, Wong WK, Fernandez CJ, Xie S, Jayarajah P, Tahar T, Oh PY, Luz S, Chien JM, Tan TT, Chai LY, Fisher D, Liu Y, Loh JJ, Tan GG | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Singapore: Clinical, Veterinary, and Environmental Perspectives | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 31 | date = March 2018 | pmid = 30274428 | pmc = 6136607 | doi = 10.3390/tropicalmed3010031 | doi-access = free }}</ref> [[Brunei Darussalam]],<ref>{{cite journal | vauthors = Pande K, Abd Kadir KA, Asli R, Chong VH | title = Melioidosis in Brunei Darussalam | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 20 | date = February 2018 | pmid = 30274418 | pmc = 6136610 | doi = 10.3390/tropicalmed3010020 | doi-access = free }}</ref> [[Malaysia]],<ref>{{cite journal | vauthors = Nathan S, Chieng S, Kingsley PV, Mohan A, Podin Y, Ooi MH, Mariappan V, Vellasamy KM, Vadivelu J, Daim S, How SH | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Malaysia: Incidence, Clinical Challenges, and Advances in Understanding Pathogenesis | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 25 | date = February 2018 | pmid = 30274422 | pmc = 6136604 | doi = 10.3390/tropicalmed3010025 | doi-access = free }}</ref> [[Myanmar]],<ref>{{cite journal | vauthors = Win MM, Ashley EA, Zin KN, Aung MT, Swe MM, Ling CL, Nosten F, Thein WM, Zaw NN, Aung MY, Tun KM, Dance DA, Smithuis FM | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Myanmar | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 28 | date = March 2018 | pmid = 30274425 | pmc = 6136617 | doi = 10.3390/tropicalmed3010028 | doi-access = free }}</ref> dan Vietnam<ref>{{cite journal | vauthors = Trinh TT, Nguyen LD, Nguyen TV, Tran CX, Le AV, Nguyen HV, Assig K, Lichtenegger S, Wagner GE, Do CD, Steinmetz I | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Vietnam: Recently Improved Recognition but still an Uncertain Disease Burden after Almost a Century of Reporting | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 39 | date = April 2018 | pmid = 30274435 | pmc = 6073866 | doi = 10.3390/tropicalmed3020039 | doi-access = free }}</ref>), selatan Cina,<ref>{{cite journal | vauthors = Zheng X, Xia Q, Xia L, Li W | title = Endemic Melioidosis in Southern China: Past and Present | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 4 | issue = 1 | pages = 39 | date = February 2019 | pmid = 30823573 | pmc = 6473618 | doi = 10.3390/tropicalmed4010039 | doi-access = free }}</ref> Taiwan,<ref>{{cite journal | vauthors = Hsueh PT, Huang WT, Hsueh HK, Chen YL, Chen YS | title = Transmission Modes of Melioidosis in Taiwan | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 26 | date = February 2018 | pmid = 30274423 | pmc = 6136622 | doi = 10.3390/tropicalmed3010026 | doi-access = free }}</ref> dan utara Australia.<ref name="Smith 2018">{{cite journal | vauthors = Smith S, Hanson J, Currie BJ | title = Melioidosis: An Australian Perspective | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 1 | pages = 27 | date = March 2018 | pmid = 30274424 | pmc = 6136632 | doi = 10.3390/tropicalmed3010027 | doi-access = free }}</ref> Curah hujan yang tinggi dapat memperluas penyebaran melioidosis hingga tengah Australia.<ref name="Smith 2018"/> India,<ref>{{cite journal | vauthors = Mukhopadhyay C, Shaw T, Varghese GM, Dance DA | title = Melioidosis in South Asia (India, Nepal, Pakistan, Bhutan and Afghanistan) | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 51 | date = May 2018 | pmid = 30274447 | pmc = 6073985 | doi = 10.3390/tropicalmed3020051 | doi-access = free }}</ref> dan kasus sporadis di Amerika Selatan.<ref>{{cite journal | vauthors = Rolim DB, Lima RX, Ribeiro AK, Colares RM, Lima LD, Rodríguez-Morales AJ, Montúfar FE, Dance DA | display-authors = 6 | title = Melioidosis in South America | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 60 | date = June 2018 | pmid = 30274456 | pmc = 6073846 | doi = 10.3390/tropicalmed3020060 | doi-access = free }}</ref> Beban sebenarnya dari melioidosis di Afrika dan Timur Tengah tetap tidak diketahui karena rendahnya jumlah data. Ada 24 negara Afrika dan tiga negara Timur Tengah yang diperkirakan menjadi daerah endemik melioidosis, tetapi tidak satu kasus pun dilaporkan dari mereka.<ref>{{cite journal | vauthors = Steinmetz I, Wagner GE, Kanyala E, Sawadogo M, Soumeya H, Teferi M, Andargie E, Yeshitela B, Yaba Atsé-Achi L, Sanogo M, Bonfoh B, Rakotozandrindrainy R, Pongombo Shongo C, Shongoya Pongombo M, Kasamba Ilunga E, Lichtenegger S, Assig K, May J, Bertherat E, Owusu M, Owusu-Dabo E, Adu-Sarkodie Y | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Africa: Time to Uncover the True Disease Load | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 62 | date = June 2018 | pmid = 30274458 | pmc = 6073667 | doi = 10.3390/tropicalmed3020062 | doi-access = free }}</ref> Sebanyak 51 kasus melioidosis dilaporkan di Bangladesh sejak tahun 1961 hingga tahun 2017. Meskipun demikian, kurangnya kesadaran dan sumber daya menimbulkan rendahnya diagnosis penyakit di Bangladesh.<ref>{{cite journal | vauthors = Chowdhury FR, Jilani MS, Barai L, Rahman T, Saha MR, Amin MR, Fatema K, Islam KM, Faiz MA, Dunachie SJ, Dance DA | display-authors = 6 | title = Melioidosis in Bangladesh: A Clinical and Epidemiological Analysis of Culture-Confirmed Cases | journal = Tropical Medicine and Infectious Disease | volume = 3 | issue = 2 | pages = 40 | date = April 2018 | pmid = 30274436 | pmc = 6073520 | doi = 10.3390/tropicalmed3020040 | doi-access = free }}</ref> Di Amerika Serikat, empat negara bagian masing-masing melaporkan satu kasus pada tahun 2021, dengan dua kasus di antaranya berakibat fatal, di antaranya pesakit yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri terkini. [[Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat]] menemukan ''Burkholderia pseudomallei'' dalam semprotan ruangan beraroma di sebuab rumah pesakit.<ref>{{Cite web |url=https://www.cdc.gov/melioidosis/outbreak/2021/index.html |language=en |title=2021 Multistate outbreak of melioidosis |date=October 22, 2021 |publisher=[[Centers for Disease Control and Prevention]], National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases |author=Division of High-Consequence Pathogens and Pathology |website=www.cdc.gov |access-date=2021-10-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211023040313/https://www.cdc.gov/melioidosis/outbreak/2021/index.html |archive-date=2021-10-23}}</ref> Sebelumnya di Amerika Serikat, dua kasus lama (1950 dan 1971) dan tiga kasus baru (2010, 2011, 2013) dilaporkan di antara orang-orang yang tidak bepergian ke luar negeri. Terlepas dari penyelidikan yang luas, sumber melioidosis tidak pernah dikonfirmasi. Sebuah penjelasan yang mungkin adalah impor produk tanaman obat atau reptil eksotik dapat mengakibatkan masuknya melioidosis ke Amerika Serikat.<ref name="Currie 2015"/> Di Eropa, lebih dari setengah kasus melioidosis adalah kasus impor asal Thailand.<ref>{{cite journal | vauthors = Le Tohic S, Montana M, Koch L, Curti C, Vanelle P | title = A review of melioidosis cases imported into Europe | journal = European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases | volume = 38 | issue = 8 | pages = 1395–1408 | date = August 2019 | pmid = 30949898 | doi = 10.1007/s10096-019-03548-5 | s2cid = 96435767 }}</ref>
 
Melioidosis ditemukan pada semua kelompok umur. Untuk Australia dan Thailand, usia rata-rata jangkitan adalah 50 tahun dengan 5% hingga 10% pesakit berusia di bawah 15 tahun.<ref name="Joost 2018"/> Satu-satunya faktor risiko terpenting untuk menderita melioidosis adalah diabetes mellitus, diikuti oleh penggunaan alkohol yang berbahaya, penyakit ginjal kronis, dan penyakit paru-paru kronis.<ref name="Suputtamongkol 1999">{{cite journal | vauthors = Suputtamongkol Y, Chaowagul W, Chetchotisakd P, Lertpatanasuwun N, Intaranongpai S, Ruchutrakool T, Budhsarawong D, Mootsikapun P, Wuthiekanun V, Teerawatasook N, Lulitanond A | display-authors = 6 | title = Risk factors for melioidosis and bacteremic melioidosis | journal = Clinical Infectious Diseases | volume = 29 | issue = 2 | pages = 408–13 | date = August 1999 | pmid = 10476750 | doi = 10.1086/520223 | doi-access = free }}</ref> Lebih dari 50% penderita melioidosis menderita diabetes, dengan penderita diabetes berisiko mengalami peningkatan keterjangkitan melioidosis hingga 12 kali lipat. Diabetes menurunkan kemampuan makrofag dalam melawan bakteri dan mengurangi produksi [[sel T pembantu]]. Pelepasan [[faktor nekrosis tumor]] alfa berlebihan dan [[interleukin 12]] oleh [[sel inti tunggal darah periferal|sel inti tunggal]] meningkatkan risiko syok septik. Obat diabetes glibenklamida juga dapat menumpulkan respons radang monosit.<ref name="Joost 2018"/> Faktor risiko lain termasuk [[talasemia]], paparan pekerjaan (misalnya petani padi),<ref name="Gassiep 2020"/> paparan rekreasional ke tanah, air, menjadi laki-laki, usia lebih dari 45 tahun, dan penggunaan steroid/imunosupresi berkepanjangan, tetapi 8% dari anak-anak dan 20% dari orang dewasa penderita melioidosis tidak memiliki faktor risiko.<ref name="Joost 2018"/> Jangkitan [[HIV]] tidak menjadi predisposisi melioidosis.<ref name="Gassiep 2020"/> Kasus [[bayi]] telah dilaporkan mungkin karena penularan dari ibu ke anak, jangkitan yang didapat dari masyarakat, atau jangkitan terkait layanan kesehatan.<ref name="Joost 2018"/> Mereka yang sehat juga dapat terjangkir ''Burkholderia pseudomallei''. Misalnya, 25% anak-anak yang tinggal di daerah endemik mulai [[serokonversi|memproduksi antibodi]] terhadap ''Burkholderia pseudomallei'' antara usia 6 bulan dan 4 tahun, yang menunjukkan bahwa mereka terpapar selama waktu tersebut. Ini berarti banyak orang tanpa gejala akan dinyatakan terjangkit dalam uji serologi di daerah endemik.<ref name="Yi 2014"/> Di Thailand, tingkat keterjangkitan darah melebihi 50%, sementara di Australia, tingkat keterjangkitan darah hanya 5%.<ref name="Currie 2015"/> Penyakit ini benar-benar berkaitan dengan peningkatan curah hujan dengan jumlah kasus meningkat selaras dengan peningkatan curah hujan. Curah hujan yang tinggi meningkatkan konsentrasi bakteri ini di lapisan tanah atas sehingga meningkatkan risiko penularan bakteri ini melalui udara.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
== Sejarah ==
By microscopy, ''B. pseudomallei'' is seen as Gram-negative and rod-shaped, with a bipolar staining similar in appearance to a safety pin. Bacteria can sometimes be seen directly in clinical samples from infected people, but identification by light microscopy is neither [[Sensitivity and specificity|specific nor sensitive]]. [[Immunofluorescence microscopy]] is highly specific for detecting bacteria directly from clinical specimens, but has less than 50% sensitivity.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Currie 2015"/> A lateral flow immunoassay has been developed but not extensively evaluated.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Currie 2015"/> An increasing number of laboratories use [[Matrix-assisted laser desorption/ionization]] <!-- (MALDI-TOF) --> mass spectrometry to identify the bacteria accurately.<ref name="Gassiep 2020"/>
Patolog [[Alfred Whitmore]] dan asistennya Krishnaswami pertama kali melaporkan melioidosis di antara pengemis dan pecandu morfin dalam autopsi di Rangoon (kini di [[Burma|Myanmar]]) dalam laporan yang diterbitkan pada tahun 1912.<ref name="Whitmore 1912">{{cite journal| vauthors = Whitmore A, Krishnaswami CS |title=An account of the discovery of a hitherto undescribed infectious disease among the population of Rangoon|journal=Indian Medical Gazette|date=1912|volume=47|pages=262–267}}</ref> [[Arthur Conan Doyle]] mungkin telah membaca laporan tahun 1912 sebelum menulis cerita pendek yang melibatkan penyakit tropis fiktif bernama "demam Tapanuli" dalam cerita petualangan [[Sherlock Holmes]].<ref name="pmid11823558">{{cite journal | vauthors = Vora SK | title = Sherlock Holmes and a biological weapon | journal = Journal of the Royal Society of Medicine | volume = 95 | issue = 2 | pages = 101–3 | date = February 2002 | pmid = 11823558 | pmc = 1279324 | doi = 10.1258/jrsm.95.2.101 | url = http://www.jrsm.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=11823558 }}</ref> Dalam cerita "[[The Adventure of the Dying Detective]]" (1913), Sherlock menerima sebuah kotak yang dirancang untuk menyuntik korbannya dengan "Demam Tapanuli" saat dibuka. "Demam Tapanuli" dianggap oleh banyak orang sebagai melioidosis.<ref name="Allen C 2005"/> Istilah "melioidosis" pertama kali dicetuskan pada tahun 1921.<ref name="Joost 2018"/> Penyakit ini dibedakan dari glander, penyakit manusia dan hewan yang serupa dalam wujudnya, tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda. ''Burkholderia pseudomallei'' yang juga dikenal dengan ''Whitmore bacillus'' diidentifikasi pada tahun 1917 di [[Kuala Lumpur]].[<ref>{{cite book|last1=Strong|first1=Richard P | name-list-style = vanc |title=Stitt's Diagnosis, Prevention and Treatment of Tropical Diseases|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.116486|date=1944|publisher=The Blakiston Company|location=Philadelphia|page=732|edition=7th}}</ref> Kasus melioidosis manusia pertama dilaporkan di Sri Lanka pada tahun 1927. Pada tahun 1932, 83 kasus dilaporkan di Asia Selatan dan Tenggara dengan tingkat kematian 98%. Pada tahun 1936, kasus melioidosis hewan (domba) pertama dilaporkan di [[Madagaskar]], [[Afrika Selatan]]. Pada tahun 1937, tanah dan air diidentifikasi sebagai habitat ''Burkholderia pseudomallei''.<ref name="Joost 2018"/> Selama Perang Vietnam sejak tahun 1967 hingga 1973, 343 tentara Amerika Serikat dilaporkan terjangkit melioidosis dengan sekitar 50 kasus tetrular melalui hirupan. Wabah melioidosis di Kebun Binatang Paris pada dasawarsa 1970-an (dikenal sebagai ''L'affaire du jardin des plantes'') diperkirakan berasal dari [[panda]] atau kuda impor dari [[Iran]].<ref name="Allen C 2005"/><ref>{{cite journal | vauthors = Mollaret HH |title=''"L'affaire du Jardin des plantes" ou comment le mélioïdose fit son apparition en France'' |journal=Médecine et Maladies Infectieuses |year=1988 |volume=18 |issue=Suppl 4 |pages=643&ndash;654 |doi=10.1016/S0399-077X(88)80175-6}}</ref> Bukti pertama ''Burkholderia pseudomallei'' (dalam tanah) di Brasil dilaporkan pada tahun 1983.<ref name="Joost 2018"/>
 
Sebelum tahun 1989, pengobatan standar untuk melioidosis akut ialah perpaduan tiga obat yang terdiri dari kloramfenikol, kotrimoksazol, dan doksisiklin; perpaduan obat ini dikaitkan dengan tingkat kematian 80% dan tidak lagi digunakan kecuali tiada alternatif lain yang tersedia.<ref name="CAZ">{{cite journal | vauthors = White NJ, Dance DA, Chaowagul W, Wattanagoon Y, Wuthiekanun V, Pitakwatchara N | title = Halving of mortality of severe melioidosis by ceftazidime | journal = Lancet | volume = 2 | issue = 8665 | pages = 697–701 | date = September 1989 | pmid = 2570956 | doi = 10.1016/S0140-6736(89)90768-X | s2cid = 28919574 }}</ref> Ketiga obat ini bersifat bakteriostatik (hanya menghentikan pertumbuhan bakteri alih-alih langsung membunuh bakteri) dan kerja kotrimoksazol berlawanan dengan kloramfenikol dan doksisiklin.<ref name="Dance2006">{{cite journal | vauthors = Dance DA, Wuthiekanun V, Chaowagul W, White NJ | title = Interactions in vitro between agents used to treat melioidosis | journal = The Journal of Antimicrobial Chemotherapy | volume = 24 | issue = 3 | pages = 311–6 | date = September 1989 | pmid = 2681117 | doi = 10.1093/jac/24.3.311 }}</ref> ''Burkholderia pseudomallei'' yang sudah diaerosolkan pertama kali diisolasi pada tahun 1989. Pada tahun yang sama, seftazidim telah terbukti mengurangi risiko kematian melioidosis dari 74% menjadi 37%.<ref name="Joost 2018"/> ''Burkholderia pseudomallei'' sebelumnya diklasifikasikan sebagai bagian dari genus ''Pseudomonas'' sampai tahun 1992.<ref name="Stanton 1921"/> Pada tahun 1992, patogen ini secara formal bernama ''Burkholderia pseudomallei''.<ref name="Joost 2018"/> Pada tahun 2002, ''Burkholderia pseudomallei'' diklasifikasikan sebagai agen kategori B. [[Vaksin yang dilemahkan]] hidup dikembangkan pada tikus pada tahun yang sama. Pada tahun 2003, [[pengetikan urutan multilokus]] untuk ''Burkholderia pseudomallei'' dikembangkan. Pada tahun 2012, ''Burkholderia pseudomallei'' diklasifikasikan sebagai agen pilihan tingkat 1 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Pada tahun 2014, kotrimoksazol ditetapkan sebagai terapi pemberantasan oral. Pada tahun 2015, DNA ''Burkholderia pseudomallei'' terdeteksi di udara yang disaring menggunakan [[reaksi berantai polimerase|PCR]] kuantitatif. Pada tahun 2016, model statistik dikembangkan untuk memperkirakan terjadinya melioidosis global tiap tahun. Pada tahun 2017, Australia diperkirakan sebagai asal-usul melioidosis terawal berdasarkan [[pengurutan keseluruhan genom]].<ref name="Joost 2018"/>
[[serology|Serological test]]s such as indirect [[haemagglutination assay|haemagglutination]] have been used to detect the presence of antibodies against ''B. pseudomallei''. Different groups of people, though, have widely different levels of antibodies, so interpretation of these tests depends on location. In Australia, less than 5% of people have ''B. pseudomallei'' antibodies, so the presence of even relatively low amounts of antibody is unusual and could suggest melioidosis. In Thailand, many people have antibodies against ''B. pseudomallei'', so only a relatively high amount of antibody in the blood suggests melioidosis.<ref name="Joost 2018"/><ref name="Currie 2015"/> Thailand also uses [[Direct fluorescent antibody|direct immunofluorescent antibody test]] (IFAT) and latex agglutination. In IFAT, both ''B. pseudomallei'' antigen and ''B. thailandensis'' can be used to quantify the amount of antibodies produced against the bacteria. Therefore, the results have to be interpreted with caution as a false-positive reaction could be found if someone is previously exposed to nonpathogenic ''B. thailandensis''.<ref name="Yi 2014"/> [[Latex agglutination]] is useful in screening for suspected ''B. pseudomallei'' colonies.<ref name="Joost 2018"/> Commercial [[ELISA]] kits for melioidosis are no longer available in the market due to low sensitivity to human antibodies detection.<ref name="Gassiep 2020"/>
 
== Senjata biologi ==
Various imaging modalities can also help with the diagnosis of melioidosis. In acute melioidosis with the spreading of the bacteria through the bloodstream, the chest X-ray shows multifocal nodular lesions. It may also show merging nodules or [[cavitary pneumonia|cavitations]]. For those with acute melioidosis without the spread to the bloodstream, chest X-ray shows upper-lobe [[Pulmonary consolidation|consolidation]] or cavitations. In chronic melioidosis, the slow progression of upper-lobe consolidation of the lungs resembles tuberculosis. For abscesses located in other parts of the body apart from the lungs, especially in the liver and spleen, [[computed tomography|CT]] scan has higher sensitivity when compared with an ultrasound scan. In liver and splenic abscesses, an ultrasound scan shows "target-like" lesions, while CT scan shows "honeycomb sign" in liver abscesses. For melioidosis involving the brain, MRI has higher sensitivity than a CT scan in diagnosing the lesion. MRI shows ring-enhancing lesions for brain melioidosis.<ref name="Gassiep 2020"/>
Minat pada melioidosis telah dinyatakan karena berpotensi dikembangkan menjadi [[peperangan biologi|senjata biologi]]. Bakteri serupa lainnya yaitu ''Burkholderia mallei'' digunakan oleh Jerman dalam [[Perang Dunia I]] untuk menjangkiti ternak yang dikirim ke negara-negara Sekutu.<ref name="Matthew 2018"/> Jangkitan terhadap [[tawanan perang]] dan hewan yang disengaja menggunakan ''Burkholderia mallei'' dilakukan di [[Distrik Pingfang]], [[Harbin]], [[Heilongjiang]], [[Tiongkok]], oleh Jepang semasa [[Perang Dunia II]].<ref name="Allen C 2005"/> Diduga [[Uni Soviet]] menggunakan ''Burkholderia mallei'' semasa [[Perang Uni Soviet–Afganistan]] antara tahun 1982 dan 1984.<ref name="Matthew 2018"/> Seperti halnya ''Burkholderia mallei'', ''Burkholderia pseudomallei'' dipelajari oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai agen perang biologis yang potensial,<ref>{{cite book|editor=Withers MR|title=USAMRIID's Medical Management of Biological Casualties Handbook|edition=8th|publisher=[[USAMRIID|U.S. Army Medical Institute of Infectious Diseases]]|location=Fort Detrick, Maryland|year=2014|url=http://www.usamriid.army.mil/education/bluebookpdf/USAMRIID%20BlueBook%208th%20Edition%20-%20Sep%202014.pdf|pages=53|access-date=2021-12-07|archive-date=2021-05-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20210514184331/https://www.usamriid.army.mil/education/bluebookpdf/USAMRIID%20BlueBook%208th%20Edition%20-%20Sep%202014.pdf|dead-url=yes}}</ref> tetapi tidak pernah dijadikan senjata.<ref name="Matthew 2018">{{cite journal | title = Glanders and Melioidosis | journal = StatPearls | date=29 August 2021 | pmid = 28846298 | url = https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448110/ | publisher = StatPearls Publishing | id = NBK448110 | vauthors = Nguyen HV, Smith ME, Hayoun MA }}</ref> Negara-negara lain seperti [[Iran]], [[Irak]], [[Korea Utara]], dan [[Suriah]] mungkin telah menyelidiki sifat-sifat ''Burkholderia pseudomallei'' untuk senjata biologis. Bakteri ini tersedia di lingkungan dan hemat biaya untuk diproduksi. Bakteri ini juga dapat diaerosolkan dan ditularkan melalui hirupan. Namun, ''Burkholderia pseudomallei'' tidak pernah digunakan dalam peperangan biologi.<ref name="Yi 2014"/>
 
== Referensi ==
Baris 115 ⟶ 178:
[[Kategori:Kondisi kulit berkaitan dengan bakteri]]
[[Kategori:Penyakit bakteri zoonotik]]
[[Kategori:Senjatasenjata biologibiologis]]