Mesopotamia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mrbonbon (bicara | kontrib)
Pengembangan dari versi Bahasa Inggris.
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 79:
[[Berkas:Stele of Vultures detail 01-transparent.png|thumb|right|270px|alt3=See caption|Sekeping pecahan dari [[Prasasti Burung Nazar]] yang memperlihatkan pasukan perang yang sedang berbaris, zaman dinasti awal III, 2600–2350 SM]]
[[Berkas:Raminathicket2.jpg|thumb|right|250px|Salah satu dari dua patung ''[[domba dalam belukar]]'' yang ditemukan di pemakaman kerajaan di [[Ur]], 2600-2400 SM]]
Dengan berakhirnya zaman kekuasaan [[Uruk]], tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari [[zaman Ubaid]] ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal [[Lugalbanda]] diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-[[negara kota]] mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada [[loh tanah liat|loh-loh lempung]] beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar&mdash;catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM namun belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja [[Dinasti Awal II]] (Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan [[Humbaba]], penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu [[Prasasti Burung Nazar]] yang berasal dari akhir zaman [[Dinasti Awal III]] (2600–2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan [[Eannatum]] dari [[Lagash]] atas kota tetangga saingannya [[Umma]], adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian.<ref>Winter, Irene J. (1985). "After the Battle is Over: The 'Stele of the Vultures' and the Beginning of Historical Narrative in the Art of the Ancient Near East". In Kessler, Herbert L.; Simpson, Marianna Shreve. Pictorial Narrative in Antiquity and the Middle Ages. Center for Advanced Study in the Visual Arts, Symposium Series IV. 16. Washington DC: National Gallery of Art. pp. 11–32. ISSN 0091-7338.</ref> Mulai dari saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan.<ref name="Robert Dalling 2004"/> Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumer, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan seteru yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.
 
=== Hukum ===