Mesopotamia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 62:
Budi daya tanaman pangan yang dibantu sistem irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM.<ref name="Cengage Learning, 1 Jan 2010 ">{{Citation | url =https://books.google.com/?id=jvsVSqhw-FAC&pg=PA29&dq=mesopotamian+agriculture#v=onepage&q=mesopotamian%20agriculture&f=false|title= The Earth and Its Peoples: A Global History |author1=Richard Bulliet |author2=Pamela Kyle Crossley |author3=Daniel Headrick |author4=Steven Hirsch |author5=Lyman Johnson |author6=David Northup |publisher=Cengage Learning, 1 Jan 2010 | accessdate =2012-05-30 | isbn =0538744383 | date =2010-01-01}}</ref> Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai [[bank]] dan mengembangkan [[ekonomi|sistem pinjaman dan kredit]] skala besar pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem [[bank komersial|perbankan dagang]] yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan [[ilmu ekonomi pasca-Keynes]], tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".<ref name=Sheila>Sheila C. Dow (2005), "Axioms and Babylonian thought: a reply", ''Journal of Post Keynesian Economics'' '''27''' (3), p. 385-391.</ref>
 
Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman [[Ur III]], kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi. [[Ensí|Ensi]] adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.<ref name="H. W. F. Saggs">{{{Citatio||||||||titl==Babylonian||ur==https://books.google.com/?id=BPdLxEyHci0C&pg=PA58&lpg=PA58&dq=agricultural+practice+in+Babylonia#v=onepage&q=agricultural%20practice%20in%20Babylonia&f=fals||yea==200||autho==H. W. F. Saggs - Professor Emeritus of Semitic Languages at University College, Cardif||publishe==University of California Press, 1 Jun 200||isb==978052020222||accessdat==29 May 201}} ISBN 0-520-20222-8</ref>
 
Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan atau sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi, [[ketahanan pangan|pasokan pangan]] di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada.<ref>Roux, Georges, (1993) "Ancient Iraq" (Penguin)</ref> Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan [[Hilal Subur]] yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan [[irigasi]] sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia. [[Inovasi]] bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan [[bendungan]] serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan [[bajak|luku]] kayu untuk menggemburkan [[tanah]] sebelum ditanami [[jelai]], [[bawang]], [[anggur]], [[lobak]], maupun [[apel]]. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat [[bir]] dan [[Anggur (minuman)|tuak anggur]]. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak bergantung pada [[Perbudakan|budak belian]] untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai juga menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak seringkali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya [[salinitas|kadar garam]] pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkadia yang letaknya jauh lebih ke utara.