Mishnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 37 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q191825
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah catatan kaki|date=Januari 2024}}{{Jew}}
'''Mishnah''' ([[Bahasa Ibrani|Ibrani]] משנה, "pengulangan"), adalah catatan tulisan dari Hukum Lisan [[Taurat]] dari orang-orang [[Yahudi]] dari generasi ke generasi.
 
Keyakinan tersebut dapat dilihat dari apa yang dimuat di dalam Mishnah, "Musa menerima Taurat di Sinai dan menyerahkannya kepada Yosua, Yosua kepada para tua-tua, dan para tua-tua kepada nabi-nabi. Lalu nabi-nabi menyerahkannya kepada pria-pria dari kumpulan banyak orang". (<ref>Avot 1:1)</ref> Mishnah mengaku memuat keterangan yang diterima [[Musa]] di [[Gunung Sinai]]—bagian dari [[Alkitab|Hukum Allah]] kepada [[Israel]] yang tidak tertulis. Pria-pria dari kumpulan banyak orang (belakangan disebut [[Sanhedrin]]) dianggap sebagai bagian dari sederetan panjang sarjana-sarjana berhikmat, atau cendekiawan, yang secara lisan menyampaikan ajaran-ajaran tertentu dari generasi ke generasi hingga akhirnya ini dicatat dalam Mishnah.
 
== Latar Belakang Terbentuknya Mishnah ==
 
Kepercayaan akan suatu hukum lisan ilahi sebagai tambahan bagi [[Taurat|Hukum Musa]] yang tertulis tidak dikenal pada masa penulisan [[Alkitab]] yang berlangsung di bawah ilham ilahi. ([[Kitab Keluaran<ref>{{Alkitab|Keluaran]] 34:27)}}</ref> Berabad-abad kemudian ada suatu kelompok dalam [[Yudaisme]] yakni orang-orang Farisi, yang mengembangkan dan mempromosikan konsep hukum lisan ini. Selama abad pertama M, orang-orang Saduki dan orang-orang [[Yahudi]] lain menentang ajaran yang tidak berdasarkan [[Alkitab]] ini. Akan tetapi. Selama [[bait]] di [[Yerusalem]] masih menjadi pusat ibadat [[Yahudi]], sengketa hokumhukum lisan hanyalah masalah sekunder. Ibadat di bait memberikan struktur dan stabilitas hingga taraf tertentu terhadap segala unsur kehidupan bangsa Yahudi.
 
Namun, pada tahun 70 M, bangsa Yahudi menghadapi krisis agama dalam skala yang sulit dibayangkan. Yerusalem dibinasakan oleh legion Romawi, dan lebih dari satu juta orang Yahudi terbunuh. Bait, pusat dari kegiatan rohani mereka, musnah. Merupakan hal yang mustahil untuk menjalankan Hukum Musa, yang menuntut persembahan korban dan dinas keimamam di bait. Bait fondasi Yudaisme tidak ada lagi. Sarjana Talmud bernama Adin Steinsaltz menulis, “Kebinasaan . . . pada tahun 70 M itu mengakibatkan timbulnya kebutuhan mendesak akan rekonstruksi sekuruh kerangka kehidupan beragama”. Orang-orang Yahudi pun mulai melakukannya.
 
Bahkan sebelum bait[[Bait Suci Kedua|Bait Suci]] dibinasakan, Yohanan Ben Zakkai, murid kehormatan dari pemimpin kaum Farisi bernama Hillel[[Hilel]], mendapat izin dari [[Vespasianus]] (calon kaisar) untuk memindahkan pusat ibadat [[Yudaisme]] dan [[Sanhedrin]] dari [[Yerusalem]] ke [[Yamnia|Yavneh (Yabne)]]. Sebagaimana dijelaskan Steinsaltz, setelah kebinasaan Yerusalem, Yohanan Ben Zakkai “menghadapi tantangan untuk mendirikan pusat keagamaan yang baru bagi masyarakat dan membantu mereka menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru sementara gairah agama perlu dialihkan kepada suatu titik tumpu lain, apalagi sekarang setelah Bait tidak berfunsi lagi”. Titik tumpu itu adalah hokumhukum lisan.
 
Dengan runtuhnya Bait, oang-orang Saduki dan sekte-sekte Yahudi yang lain tidak mempunyai pilihan. Orang-orang Farisi menjadi sekte utama Yahudi, menyatukan kelompok-kelompok yang saling bertikai itu. Dengan menekankan persatuan, prapara rabi yang terkemuka tidak lagi menyebut diri mereka Farisi, sebutan yang dapat memberikan kesan sektarian atau partisan. Mereka menjadi terkenal dengan sebutan para rabi, “cendekiawan Israel”. Para cendekiawan ini hendak menciptakan semacam wadah untuk menampung hokumhukum lisan mereka. Ini berbentuk struktur kerohanian yang lebih tangguh terhadap serangan manusia dibandingkan dengan bait.
 
{{Mishnah}}
 
== Konsolidasi Hukum Lisan ==
Baris 19 ⟶ 22:
Guru-guru hukum lisan disebut Tannaim, sebuah istilah yang berasal dari akar kata dalam [[bahasa Aramaik]] yang artinya "mempelajari", "mengulangi", atau "mengajar". Ini menekankan bahwa metode mereka dalam belajar dan mengajar hukum lisan banyak menggunakan pengulangan dan penghafalan. Agar mudah menghafalkan tradisi lisan, setiap kaidah atau tradisi diringkas menjadi frasa-frasa yang singkat namun padat. Lebih sedikit kata-katanya lebih baik. Bentuk yang puitis dan bergaya konvensional digunakan, dan frasanya sering kali dilantunkan atau dinyanyikan. Namun, kaidah-kaidah ini tidak terorganisasi, dan dari satu guru ke guru yang lain, terdapat banyak sekali variasi.
 
Rabi pertama yang memberikan bentuk dan struktur yang spesifik pada begitu banyak tradisi lisan yang berbeda adalah Akiba ben Joseph (sekitar tahun 50-135 M). Tentangnya, Steinsaltz menulis, "Orang-orang yang seangkatan dengan di membandingkan kegiatannya dengan pekerjaan seorang buruh yang pergi ke ladang dan memasukkan secara acak segala sesuatu yang ia temukan ke dalam keranjangnya, kemudian pulang ke rumah dan menyusun masing-masing jenisnya. Akiba telah meneliti sejumlah besar pokok yang tidak terorganisasi dan mengklasifikasikannya meenjadi kategori yang terpisah.
 
Pada abad kedua M—lebih dari 60 tahun setelah kebinasaan [[Yerusalem]] pemberontakan [[Yahudi]] besar-besaran melawan Romawi terjadi untuk kedua kalinya di bawah pimpinan Bar Kokhba. Sekali lagi, pemberontakan membawa bencana. Hampir satu juta orang Yahudi menjadi korban, termasuk Akiba dan banyak dari antara dari murid-muridnya. Harapan apa pun untuk membangun kembali bait lenyap sewaktu Kaisar Romawi Hadrian mengumumkan bahwa Yerusalem tertutup untuk orang-orang Yahudi, kecuali peringatan tahunan kebinasaan bait.
Baris 33 ⟶ 36:
Penyajian akhir ini diatur dalam enam divisi utama, atau Perintah, berdasarkan topik-topik utama. Judah membaginya lagi menjadi subdivisi yang terdiri dari 63 bagian, atau traktat. Sekarang struktur kerohanian itu telah rampung. Sebelumnya, tradisi-tradisi demikian selalu disampaikan secara lisan. Tetapi sebagai perlindungan tambahan, langkah akhir yang revolusioner ditempuh—yaitu dengan menuangkan semua hukum lisan tersebut dalam bentuk tulisan. Struktur tertulis baru yang mengesankan yang menampung hukum lisan ini disebut Mishnah. Nama Mishnah berasala dari kata [[Ibrani]].
 
== Lihat pula ==
[[Kategori:Mishnah]]
* [[Talmud]]
[[Kategori:Teks Yahudi]]
* [[Tanakh]]
* [[Taurat]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Mishnah| ]]
[[Kategori:Teks Yahudi]]
[[Kategori:Talmud]]