Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gaung Tebono (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
(9 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{redirect|Hatta}}
{{Infobox President
| honorific-prefix = <small>[[Doktor|Dr.]] [[Honoris Causa|(H.C.)]] [[Doktorandus|Drs.]] [[Haji|H.]] </small>
| name = Mohammad Hatta
| image = VPMohammad Hatta, Pekan Buku Indonesia 1954, p242.jpg
| caption = Potret resmi, {{circa|1954}}
| office = Wakil Presiden Indonesia
| order = ke-1
Baris 55:
| birthname = Mohammad Athar
| birth_date = {{birth date|1902|8|12}}
| birth_place = [[Kota Bukittinggi|Fort de Kock]], [[Sumatera Barat|Sumatra's Westkust]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1980|3|14|1902|8|12}}
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]
Baris 69:
}}
 
[[Doktor|Dr.]] [[Honoris Causa|(H.C.)]] [[Doktorandus|Drs.]] [[Haji|H.]] '''Mohammad Hatta''' atau dipanggil ''' Bung Hatta''' ({{lahirmati|[[Fort de Kock]], [[Hindia Belanda]]|12|8|1902|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|14|3|1980}}) adalah seorang tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, negarawan, dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai [[Wakil Presiden Indonesia]] pertama. Ia bersama [[Soekarno]] adalah [[Proklamator Kemerdekaan]], memainkan peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari [[penjajahan Belanda]] sekaligus [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamirkannya]] pada 17 Agustus 1945. Ia pernah menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] dalam [[Kabinet Hatta I]], [[Kabinet Hatta II|Hatta II]], dan [[Kabinet Republik Indonesia Serikat|RIS]]. Pada 1956, ia mundur dari jabatan wakil presiden.
 
Hatta dikenal akan [[komitmen]]nya pada [[Demokrasi di Indonesia|demokrasi]]. Ia mengeluarkan [[Maklumat 3 November 1945|Maklumat X]] yang menjadi tonggak awal [[Demokrasi di Indonesia|demokrasi Indonesia]]. Di bidang ekonomi, pemikiran dan sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat ia dijuluki sebagai Bapak Koperasi.<ref>''Mohammad Hatta, Buku 1 Kebangsaan dan Kerakyatan'', PT Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998.</ref><ref>Galeri Buku Jakarta: [http://galeribukujakarta.com/mohammad-hatta-di-atas-segala-lapangan-tanah-air-aku-hidup-aku-gembia/ Mohammad Hatta: Di Atas Segala Lapangan Tanah Air Aku Hidup, Aku Gembira] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170610091431/http://galeribukujakarta.com/mohammad-hatta-di-atas-segala-lapangan-tanah-air-aku-hidup-aku-gembia/ |date=2017-06-10 }}, diakses 20 Juni 2017</ref>
Baris 110:
Sampai pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari kedudukannya sebagai ketua karena hendak mengikuti ujian sarjana, sehingga ia berhenti dari PI; namun demikian ia akan tetap membantu PI.{{sfn|Imran|1991|p=24}} Akibatnya, PI jatuh ke tangan [[komunis]], dan mendapat arahan dari partai komunis Belanda dan juga dari [[Moskow]]. Setelah tahun 1931, PI mengecam keras kebijakan Hatta dan mengeluarkannya dari organisasi ini.{{sfn|Noer|2012|p=33}} PI di [[Belanda]] mengecam sikap Hatta sebab ia bersama Soedjadi mengkritik secara terbuka terhadap PI. Perhimpunan menahan sikap terhadap kedua orang ini.{{sfn|Hardjosoediro|1984|p=41}}
 
Pada Desember 1931, para pengikut Hatta segera membuat gerakan tandingan yang disebut Gerakan Merdeka yang kemudian bernama Pendidikan Nasional Indonesia yang kelak disebut PNI Baru. Ini mendorong Hatta dan [[Sutan SyahrirSjahrir|SyahrirSjahrir]] yang pada saat itu sedang bersekolah di Belanda untuk mengambil langkah konkret untuk mempersiapkan kepemimpinan di sana. Hatta sendiri merasa perlu untuk menyelesaikan studinya terlebih dahulu. Oleh karenanya, SyahrirSjahrir terpaksa pulang dan untuk memimpin PNI.{{sfn|Noer|2012|p=42}} Kalau Hatta kembali pada 1932, diharapkan SyahrirSjahrir dapat melanjutkan studinya.{{sfn|Noer|2012|p=42}}
 
=== 1932–1941: Pengasingan ===
Baris 116:
Sekembalinya ia dari [[Belanda]], ia ditawarkan masuk kalangan Sosialis Merdeka (''Onafhankelijke Socialistische Partij'', OSP) untuk menjadi anggota parlemen Belanda, dan menjadi perdebatan hangat di Indonesia pada saat itu. Pihak OSP mengiriminya [[telegram]] pada 6 Desember 1932, yang berisi kesediaannya menerima pencalonan anggota [[Dewan Negara Belanda|Parlemen]].{{sfn|Hardjosoediro|1984|p=51}} Ini dikarenakan ia berpendapat bahwa ia tidak setuju orang Indonesia menjadi anggota dalam parlemen Belanda.{{sfn|Noer|2012|pp=37-38}} Sebenarnya dia menolak masuk, dengan alasan ia perlu berada dan berjuang di Indonesia.{{efn|Menurut Soejitno Hardjosoediro (1984), Hatta pernah melakukan [[wawancara]] dengan ''[[Sin Tit Po]]'' dan ''[[Oetoesan Indonesia]]'', Mohammad Hatta menolak masuk karena harus mengerahkan tenaganya terhadap perjuangan di [[Indonesia]]. Sebelumnya, ia berpendapat hanya menyerahkan masalah ini pada PNI. {{harv|Hardjosoediro|1984|p=52}}.}} Namun, pemberitaan di Indonesia mengatakan bahwa Hatta menerima kedudukan tersebut, sehingga [[Soekarno]] menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-[[koperasi|kooperatif]].{{sfn|Noer|2012|p=38}}
 
Setelah Hatta kembali dari Belanda, SyahrirSjahrir tidak bisa balik ke Belanda karena keduanya keburu ditangkap Belanda pada 25 Februari 1934 dan dibuang ke [[Digul]], dan selanjutnya ke [[Banda Neira]].{{sfn|Noer|2012|pp=42-43}} Baik di [[Digul]] maupun [[Banda Neira]], ia banyak menulis di [[koran]]-koran Jakarta, dan ada juga untuk [[majalah]]-majalah di [[Medan]]. Artikelnya tidak terlalu politis, namun bersifat lebih menganalisis dan mendidik pembaca. Ia juga banyak membahas pertarungan kekuasaan di [[Pasifik]].{{sfn|Noer|2012|pp=50-51}}
 
Semasa diasingkan ke [[Digul]], ia membawa semua buku-bukunya ke tempat pengasingannya. Di sana, ia mengatur waktunya sehari-hari. Pada saat hendak membaca, ia tak mau diganggu. Sehingga, beberapa kawannya menganggap dia sombong.{{sfn|Noer|2012|pp=47, 50}} Ia juga merupakan sosok yang peduli terhadap tahanan. Ia menolak bekerja sama dengan penguasa setempat, misalnya memberantas [[malaria]]. Apabila ia mau bekerja sama, ia diberi gaji f 7.50 sebulan. Namun, kalau tidak, ia hanya diberi gaji f 2.50 saja.{{sfn|Noer|2012|p=50}} Gajinya itu tidak ia habiskan sendiri. Ia juga peduli terhadap kawannya yang kekurangan.{{sfn|Noer|2012|p=50}}
Baris 122:
Di [[Digul]], selain bercocok tanam,{{sfn|Imran|1991|p=47}} ia juga membuat kursus kepada para tahanan. Di antara tahanan tersebut, ada beberapa orang yang ibadah shalat dan puasanya teratur; baik dari [[Minangkabau]] maupun [[Banten]]. Tapi, mereka ditangkap karena -pada umumnya- terlibat pemberontakan komunis.{{sfn|Noer|2012|pp=51-52}} Pada masa itu, ia menulis surat untuk iparnya untuk dikirimi alat-alat pertukangan seperti [[paku]] dan gergaji. Selain itu, dia juga menceritakan nasib orang-orang buangan dalam surat itu. Kemudian, ipar Hatta mengirim surat itu ke koran ''Pemandangan'' di Jakarta dan segera surat itu dimuat. Surat itu dibaca menteri jajahan pada saat itu, Colijn.{{sfn|Imran|1991|pp=46-47}} Colijn mengecam pemerintah dan segera mengirim [[residen]] [[Ambon]] untuk menemui Hatta di Digul. Maka uang diberikan untuknya, Hatta menolak dan ia juga meminta supaya kalau mau ditambah, diberikan juga kepada pemimpin lain yang hidup dalam pembuangan.{{sfn|Imran|1991|p=47}}
 
Pada 1937, ia menerima [[telegram]] yang mengatakan dia dipindah dari Digul ke [[Banda Neira]].{{efn|Sementara Amrin Imran menulis Hatta pindah ke Banda Neira pada 1937, Deliar Noer malah menulis pada tahun 1936 {{harv|Noer|2012|p=52}}.}} Hatta pindah bersama SyahrirSjahrir pada bulan Februari pada tahun itu, dan mereka menyewa sebuah rumah yang cukup besar. Di situ, ada beberapa kamar dan ruangan yang cukup besar. Adapun ruangan besar itu digunakannya untuk menyimpan bukunya dan tempat bekerjanya.{{sfn|Imran|1991|pp=47-48}}
 
Sewaktu di [[Banda Neira]], ia bercocok tanam dan menulis di [[koran]] "Sin Tit Po" (dipimpin [[Liem Koen Hian]]; bulanan ini berhenti pada 1938) dengan honorarium f 75 dalam [[Bahasa Belanda]]. Kemudian, ia menulis di ''Nationale Commantaren'' (Komentar Nasional; dipimpin [[Sam Ratulangi]]) dan juga, ia menulis di koran ''Pemandangan'' dengan honorarium f 50 sebulan per satu/dua tulisan.{{sfn|Noer|2012|pp=54-55}} Hatta juga pernah menerima tawaran [[Mas Mansur|Kiai Haji Mas Mansur]] untuk ke [[Makassar]], dia menolak dengan alasan kalaupun dirinya ke Makassar dia masih berstatus tahanan juga.{{sfn|Noer|2012|p=55}} Waktu itu, sudah ada [[Cipto Mangunkusumo]] dan [[Iwa Kusumasumantri]]. Mereka semua sudah saling mengenal.
Baris 131:
 
=== 1942–1945: Penjajahan Jepang ===
Pada tanggal 8 Desember 1941, angkatan perang [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] menyerang [[Pearl Harbor]], [[Hawaii]]. Hal ini memicu [[Perang Pasifik]], dan setelah Pearl Harbor, Jepang segera menguasai sejumlah daerah, termasuk [[Indonesia]]. Dalam keadaan genting tersebut, Pemerintah Belanda memerintahkan untuk memindahkan orang-orang buangan dari [[Digul]] ke [[Australia]], karena khawatir kerja sama dengan Jepang. Hatta dan [[Sutan Syahrir|Syahrir]]Sjahrir dipindahkan pada Februari 1942,{{sfnm|1a1=Imran|1y=1991|1p=52|2a1=Noer|2y=2012|2p=59}} ke Sukabumi setelah menginap sehari di [[Surabaya]] dan naik [[kereta api]] ke [[Jakarta]]. Bersama kedua orang ini, turut pula 3 orang anak-anak dari [[Banda]] yang dijadikan anak angkat oleh SyahrirSjahrir.{{sfn|Noer|2012|p=59}}
 
Setelah itu, ia dibawa kembali ke [[Jakarta]]. Ia bertemu Mayor Jenderal Harada. Hatta menanyakan keinginan Jepang datang ke [[Indonesia]]. Harada menawarkan kerjasama dengan Hatta. Kalau mau, ia akan diberi jabatan penting. Hatta menolak, dan memilih menjadi penasihat.{{sfn|Imran|1991|p=53}} Ia dijadikan penasihat dan diberi kantor di Pegangsaan Timur dan rumah di ''Oranje Boulevard'' (Jalan Diponegoro). Orang terkenal pada masa sebelum perang, baik orang pergerakan, atau mereka yang bekerja sama dengan Belanda, diikutsertakan seperti [[Abdul Karim Pringgodigdo]], Surachman, Sujitno Mangunkususmo, [[Sunarjo Kolopaking]], [[Supomo]], dan Sumargo Djojohadikusumo. Pada masa ini, ia banyak mendapat tenaga-tenaga baru. Pekerjaan di sini, merupakan tempat saran oleh pihak Jepang.{{sfn|Noer|2012|p=61}} Jepang mengharapkan agar Hatta memberikan nasihat yang menguntungkan mereka, malah Hatta memanfaatkan itu untuk membela kepentingan rakyat.{{sfn|Imran|1991|p=54}}
Baris 187:
Dan pada tahun 1979, di mana tahun tersebut merupakan tahun ke-5 Bung Hatta masuk ke rumah sakit.<ref>{{Cite web|last=Kurniawati|first=Endri|date=2022-03-14|title=Di Tanggal Ini Bung Hatta Wafat, Proklamator yang Dimakamkan di Pemakaman Umum|url=https://nasional.tempo.co/read/1570634/di-tanggal-ini-bung-hatta-wafat-proklamator-yang-dimakamkan-di-pemakaman-umum|website=Tempo|language=id|access-date=2023-07-07}}</ref> Kesehatan Bung Hatta semakin menurun. Walaupun begitu, semangatnya tetap saja tinggi. Ia masih mengikuti perkembangan politik dunia.
 
== WafatKematian ==
Hatta wafatmeninggal dunia pada tanggal 14 Maret 1980 pada pukul 18.56 di [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo]] Jakarta setelah sebelas hari ia dirawat di sana.<ref>{{Cite web|date=2017-03-15|title=Hari-Hari Terakhir Bung Hatta|url=https://republika.co.id/berita/selarung/suluh/17/03/15/omt2sn282-harihari-terakhir-bung-hatta|website=Republika Online|language=id|access-date=2023-07-07}}</ref> Selama hidupnya, Bung Hatta telah dirawat di rumah sakit sebanyak 6 kali pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980. Keesokan harinya, dia disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta dan dikebumikan di [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir|TPU Tanah Kusir]], Jakarta disambut dengan upacara kenegaraan yang dipimpin secara langsung oleh Wakil Presiden pada saat itu, [[Adam Malik]]. Ia ditetapkan sebagai [[Pahlawan Proklamator]] pada tahun 1986 oleh pemerintahan [[Soeharto]].
 
== Mendapat gelar pahlawan ==
Baris 206:
== Jabatan ==
{| class="wikitable sortable"
|-
!Jabatan
!Masa Jabatan
|-
|[[Ketua Umum Palang Merah Indonesia]] Ke-1
|1945 — 1946
|-
Baris 216 ⟶ 217:
|-
|[[Menteri Pertahanan Indonesia]] (ad-interim)
|29 Januari 1948 — 515 Juli 1948
|-
|[[Perdana Menteri Indonesia]] Ke-3
|29 Januari 1948 — 6 September 1950
|-
|[[Daftar Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden Indonesia]] Ke-1
|18 Agustus 1945 — 1 Desember 1956
|}