Museum Konferensi Asia Afrika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 180.214.233.37) dan mengembalikan revisi 7445784 oleh SamanthaPuckettIndo
Baris 15:
 
== Sejarah Museum Konferensi Asia Afrika ==
 
== Sejarah Museum Konferensi Asia Afrika ==
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam
mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya
ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila
Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia
dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi
prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama
dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu,
tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya, sehingga jiwa dan semangat
Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan
<nowiki> </nowiki>jalannya sejarah dunia.
 
Semua itu merupakan prestasi besar yang dicapai oleh bangsa-bangsa
Asia Afrika. Jiwa dan semangat Konferensi Bandung telah berhasil
memperbesar volume kerja sama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika,
sehingga peranan dan pengaruh mereka dalam hubungan percaturan
internasional meningkat dan disegani.
 
Dalam rangka membina dan melestarikan hal tersebut, adalah penting
dan tepat jika Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa, masalah, dan
pengaruh yang mengitarinya diabadikan dalam sebuah museum di tempat
konferensi itu berlangsung, yaitu di Gedung Merdeka di Kota Bandung,
kota yang dipandang sebagai ibu kota dan sumber inspirasi bagi
bangsa-bangsa Asia Afrika. Sebagai Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., sering bertemu
muka dan berdialog dengan para pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika.
Dalam kesempatan-kesempatan tersebut beliau sering mendapat pertanyaan
dari mereka tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung tempat
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Berulang kali pembicaraan
tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat
mengunjungi Kota Bandung dan Gedung Merdeka.
 
Terilhami oleh hal tersebut serta kehendak untuk mengabadikan
Konferensi Asia Afrika, maka lahirlah gagasan beliau untuk mendirikan
Museum Konperensi Asia Afrika di Gedung Merdeka ini. Gagasan tersebut
dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi
Asia Afrika (1980) yang dihadiri antara lain Direktur Jenderal
Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata gagasan itu mendapat sambutan baik,
termasuk dari Presiden RI Soeharto. Gagasan pendirian Museum Konperensi
Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave sebagai Ketua Harian Panitia
Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal
Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan
Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah
daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran.
Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta,
Bandung. Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh
Presiden RI Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak
peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
 
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya, sehingga jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia.