Ngile, Tulakan, Pacitan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Eddi29 (bicara | kontrib)
k wlink
Eddi29 (bicara | kontrib)
 
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 9:
|provinsi =Jawa Timur
|kode pos =63571
| koordinat =
{{coor dms|8|7|45|S|111|15|6|E}}
|nama pemimpin =Triono
|luas =-
Baris 18 ⟶ 20:
[[File:Gunung Lanang, Ngile, Tulakan, Pacitan, Jatim in Indonesia.jpg|thumb|Gunung Lanang, Ngile, Tulakan, Pacitan.]]
[[File:Masjid Muhammad Noer, Ngile, Tulakan, Pacitan of Indonesia.jpg|thumb|Masjid Krajan, desa Ngile.]]
[[File:Tomb of Haj. Muhammad Noer, Ngile, Tulakan, Pacitan in Indonesia.jpg|thumb|Makam di belakang Masjid]]
'''Ngile''' adalah sebuah [[desa]] di [[Tulakan, Pacitan|Kecamatan Tulakan]], [[Kabupaten Pacitan]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].
 
== Geografi ==
Ngile termasuk daerah dataran tinggi yang dikelilingi dengan pegunungan yang sangat sejuk dengan dialiri sungai di tengah desa yang berfungsi sebagai irigasi. Tanaman produktif yang terkenal adalah padi, ketela/gaplek, kelapa, cengkih, mlinjo, bambu, angsana, dan sengon.Usaha kecil yang ada adalah lanting, kripik pisang, gula merah, minyak kelapa, kerupuk singkong, pembuatan genteng, batu-bata, dan mebel. Sedangkan peternakan yang cocok adalah sapi, kerbau, kambing, dan domba. Keadaan alam yang sejuk dan indah berpotensi dikembangkan sebagai daerah wisata pegunungan apabila pimpinannya mempunyai visi kesana. Kendala yang dihadapi desa ngile adalah masalah pemasaran hasil usaha dikarenakan lokasi yang terpencil, jalur transportasi yang sulit, dengan kondisi jalan yang terjal dan berliku. (koordinat: {{coor dms|8|7|45|S|111|15|6|E}}).
 
== Jalan ==
Baris 30 ⟶ 33:
 
== Fasilitas umum ==
Di desa Ngile terdapat beberapa tempat [[ibadah]] dan masjid, salah satunya adalah masjid Krajan. Masjid Krajan ini dirintis dan didirikan pada awal-awal tahun 1900 oleh kyai dan sesepuh desa Ngile, alm. Kyai Haji [[Muhammad Noer (Pacitan)|Muhammad Noer]] yang wafat pada tahun 1973 dan makamnya berada di belakang masjid ini. Selain itu di desa ini juga terdapat fasilitas lembaga pendidikan, seperti [[sekolah dasar]] negeri dan [[taman kanak-kanak]], dan juga [[Puskesmas]] serta lapangan olah raga. Kendala yang berkaitan dengan fasilitas lain adalah masalah air bersih terutama di musim kemarau, warga biasanya memanfaatkan sumber-sumber air di sekitar tempat mereka dan dialirkan ke rumah masing-masing. Sebetulnya kalau pemerintah desa peduli dan bisa memanfaatkan sumber air dari gunung Cendani atau gunung Lanang, maka dari sumber air tersebut dapat dibuatkan penampungan dan dialirkan ke seluruh desa Ngile. Selain itu desa ini juga mempunyai tempat berkemah yang terdapat di Gunung Lanang dan berada di wilayah perbatasan antara Desa Ngile Kecamatan Tulakan dan Desa Gedangan, Kecamatan [[Arjosari, Pacitan]], gunung ini memiliki ketinggian lebih dari 750 Mdpl. <ref>[https://pacitankab.go.id/campsite-gunung-lanang-di-desa-ngile-kecamatan-tulakan-pacitan/ Campsite di Gunung Lanang.]</ref>
 
== Batas Administrasi ==
Baris 45 ⟶ 48:
|barat || Desa Kalikuning
|}
 
== Sejarah ==
Asal mula dari Desa Ngile mulai pada jaman [[Majapahit]]-akhir, yang saat itu masih berupa hutan belantara dan belum ada penghuninya, namun keadaan tanahnya sangat subur, banyak sumber air dan pohon-pohonan. Seorang pengembara bernama Ki Bendung yang berasal dari Gunung Kendeng datang menetap dan tinggal di kaki gunung (desa Ngile) bersama pendatang lain bernama mbah Kendal yang ditunjuk sebagai pemimpin atau demang pada saat itu dibantu oleh seorang prajurit utusan raja bernama Bambang Sumantri. Ki Bendung mempunyai 3 orang anak laki – laki yang sakti: Onggosemito,Ronggo Jati dan Ronggo Sekti. Masing-masing disuruh untuk membuka/membabat alas/hutan di sebelah utara (yang kemudian menjadi desa Ngreco, Kecamatan Tegalombo), dan wilayah Gulupayung di dusun Jenggring sekarang, serta sebelah timur (yang menjadi desa Bubakan). Bambang Sumantri akhirnya menetap di sini sehingga wafat dan dimakamkan di pemakaman Sugih Manik yang dikenal sebagai daerah Pundung/ mundung, karena ada gundukan tanah besar pada makamnya yang dibuat oleh rayap, yang kemudian dipepundi (Punden) oleh masyarakat.
 
Demang pertama Mbah Kendal menjabat sampai wafat dan dimakamkan di makam Jaten beserta keturunannya (yang berada di belakang masjid Krajan). Kemudian jabatan demang diteruskan oleh anaknya, demang kedua: mbah Karso Atmojo. Selanjutnya secara turun temurun jabatan demang itu diteruskan kepada demang ketiga yaitu Karso Sudiro > demang ke-4: Parto Wiyono > Kasan Direjo > Kasan Raji (sebagai demang ke-6 wafat pada tahun 192.) > Sumowiyono atau demang ke-7. Sementara K. H. Muhammad Noer (datang dari daerah Nglorok) merupakan menantu dari demang Kasan Raji yang menikah dengan anak ketiganya (perempuan bernama Nyi Saringatoen). Sejak itu pemimpin desa dinamakan lurah dan ditentukan dari hasil pemilihan rakyat dan Adi Sasmito terpilih sebagai lurah ke-8 pada tahun 1964. Setelah itu jabatan lurah digantikan oleh Kusmiati sebagai lurah (Kepala Desa) yang kesembilan dan kemudian digantikan oleh Subroto, dst. <ref name="ngile"/>.
 
== Referensi ==