Oemar Said Tjokroaminoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jonoo27 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 21:
 
== Kehidupan pribadi ==
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat wedana Kleco, [[Kabupaten Magetan|Magetan]] pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati [[Ponorogo]], Mertuanya adalah R.M. Mangoensoemo yang merupakan wakil bupati [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]. Beliau adalah keturunan langsung dari Kiai Ageng Hasan Besari dari Pondok [[Pesantren Tegalsari]] [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]][https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142628879/oemar-said-tjokroaminoto-kehidupan-peran-dan-gerakan-islam?page=all#:~:text=Tjokroaminoto%20lahir%20di%20Ponorogo%2C%2016,.%20Tjokronegoro%20(Bupati%20Ponorogo).]
 
Setelah lulus dari sekolah rendah, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di [[Ngawi, Ngawi|Ngawi]]. Tiga tahun kemudian, ia berhenti. Tjokromaninoto pindah dan menetap di [[Kota Surabaya|Surabaya]] pada 1906. Di [[Kota Surabaya|Surabaya]], ia bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan ''Burgerlijk Avondschool'', jurusan Teknik Mesin.<ref>{{Cite journal|last=Achdian|first=Andi|date=2017-08-28|title=Sarekat Islam sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo|url=http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/51|journal=Jurnal Sejarah|language=id|volume=1|issue=1|pages=30–51|doi=10.26639/js.v1i1.51|issn=2581-2394}}</ref>
 
Pada bulan Mei [[1912]], HOS Tjokroaminoto mendirikan [[organisasi]] [[Sarekat Islam]] yang sebelumnya dikenal [[Serikat Dagang Islam]] dan terpilih menjadi ketua.
 
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah ''Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat''. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah [[Soekarno]] hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni [[Siti Oetari]], istri pertama [[Soekarno]]. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti [[wartawan]] dan bicaralah seperti [[orator]]". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, [[Muso]], [[Alimin]], [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|S.M. Kartosuwiryo]], [[Darsono]], dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.
 
Tjokro meninggal di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, [[Yogyakarta]], setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di [[Banjarmasin]].
 
== Gelar raja jawa tanpa mahkota ==