Orang Franka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
Meskipun nama suku Franka tidak pernah disebut-sebut sebelum abad ke-3, bangsa Romawi sudah mengenal satu dua suku dari rumpun Jermani yang kemudian hari menjadi unsur pembentuk suku Franka. Suku-suku tersebut dikenal dengan nama-nama tersendiri, baik sebagai sekutu pemasok prajurit maupun sebagai musuh. Orang Franka pertama kali disebut-sebut ketika kawasan sekitar Sungai Rhein lepas dari kekuasaan bangsa Romawi dan para sekutunya. Orang Franka dilaporkan bersatu melancarkan aksi-aksi penyerbuan ke wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi sedari awal juga dijelaskan bahwa aksi-aksi tersebut dipicu oleh serangan suku-suku lain ke daerah yang semula mereka diami, misalnya serangan [[bangsa Sachsen|orang Saksen]], maupun karena didorong oleh keinginan suku-suku di dekat perbatasan untuk berpindah ke dalam wilayah kekuasaan bangsa Romawi yang sudah mereka kenal baik selama berabad-abad.
 
Suku-suku Franka yang menetap di dalam wilayah Kekaisaran Romawi yang dekat dengan perbatasan adalah [[orang Franka Sali|suku Franka Sali]] dan [[orang Franka Ripuari|suku Franka Ripuari]]. Dalam catatan-catatan bangsa Romawi, orang Franka Sali disebut sebagai kelompok masyarakat yang diizinkan menetap di dalam wilayah Kekaisaran Romawi, sementara orang Franka Ripuari disebut sebagai kelompok masyarakat yang berulang kali berusaha sampai akhirnya berhasil merebut kota [[Köln]] dari bangsa Romawi dan selanjutnya menguasai daerah di tepi kiri Sungai Rhein. Pada kurun waktu perseteruan antarfaksi (tahun-tahun era 450-an dan 460-an), seorang pemimpin Franka yang bernama [[Kilderik I|Kilderik]] berhasil menjadi perwira dalam kesatuan angkatan bersenjata Romawi di Provinsi Galia (kurang lebih sama dengan wilayah negara Prancis sekarang ini) yang terdiri atas laskar-laskar dari berbagai suku bangsa. Kilderik dan putranya, [[Clovis I|Klovis]], harus bersaing melawan seorang perwira Romawi bernama [[Aegidius|Egidius]] demi mendapatkan jabatan raja atas masyarakat Franka di daerah sekitar Sungai Loire. Menurut keterangan [[Gregorius dari Tours|Gregorius Turonensis]], Egidius menjadi raja orang Franka selama 8 tahun masa pembuangan Kilderik. Jabatan raja model baru yang agaknya terinspirasi oleh kisah hidup [[Alarik I]] ini<ref>{{harvtxt|Halsall|2007|p=267}}</ref> adalah titik awal kemunculan [[wangsa Meroving]], wangsa Franka yang berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Provinsi Galia pada abad ke-6, dan berdaulat atas seluruh kerajaan suku Franka di sekitar Sungai Rhein. Bermodalkan wilayah kedaulatan wangsa Meroving ini, raja-raja [[wangsa Karoling]] berjuang memperluas wilayah sampai berhasil menjadi kaisar-kaisar baru di Eropa Barat sejak tahun 800.
 
Pada [[Abad Pertengahan]], istilah "orang Franka" lumrah digunakan sebagai sebutan lain untuk "orang Eropa Barat", karena raja-raja Franka dari wangsa Karoling menguasai sebagian besar [[Eropa Barat|kawasan barat Eropa]], dan menciptakan tatanan politik (cikal bakal ''[[Rezim Ancien|Ancien Régime]]'') yang diterapkan di Eropa selama berabad-abad sampai [[Revolusi Prancis]] meletus. Masyarakat Eropa Barat sama-sama beragama [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik Roma]] dan sama-sama berjuang dalam [[Perang Salib]] di [[Syam|Negeri Syam]]. Sesudah bercokol di Negeri Syam, mereka tetap menyebut diri "orang Franka", dan menyebut negara-negara yang mereka dirikan sebagai negara-negara orang Franka. Pada tahun 1099, sebagian besar Laskar Salib yang ada di [[Yerusalem]] adalah [[bangsa Prancis|orang-orang Prancis]], yakni bangsa yang suatu ketika pernah menyebut dirinya "orang Franka". Laskar Salib selebihnya terdiri atas para pendatang dari negara-negara lain di Eropa, antara lain [[bangsa Spanyol|orang Spanyol]], [[bangsa Jerman|orang Jerman]], dan [[bangsa Hongaria|orang Hongaria]].<ref name="The Population of Crusader Jerusalem">{{cite web |title=Jerusalem in the Crusader Period |url=https://www.biu.ac.il/js/rennert/history_9.html |website=Bar-Ilan University |publisher=Ingeborg Rennert Center for Jerusalem Studies |accessdate=29 Oktober 2019}}</ref> Kenyataan ini berdampak panjang terhadap sebutan bagi orang Eropa Barat dalam banyak bahasa di dunia.<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=GIAMvwKObWoC&pg=PA62 |author1=Angeliki Laiou |author2=Henry P. Maguire |title=Byzantium: A World Civilization |publisher=Dumbarton Oaks |year=1992 |isbn=978-0-88402-200-8 |page=62 }}</ref><ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=MEKGLyToQ-EC&pg=PA333 |author=Richard W. Bulliett ''et alii'' |title=The Earth and Its Peoples |publisher=Cengage Learning |year=2011 |isbn=978-0-495-91310-8 |page=333 }}</ref><ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=lRptZg8opYAC&pg=PR13 |author=Janet L. Nelson |title=The Frankist World |publisher=Continuum International |year=2003 |isbn=978-1-85285-105-7 |page=xiii }}</ref> Kawasan barat Eropa dikenal [[bangsa Persia]] dengan nama "Faranggistan" (Negeri Peranggi), dan orang Eropa Barat disebut "Faranji" (orang Peranggi) oleh [[bangsa Arab]].<ref>{{cite book |last1=Arteaga |first1=Deborah L.|first2= |title=Research on Old French: The State of the Art |publisher=Springer Science & Business Media |page=206 |url=https://books.google.fr/books?id=ypFmkJ95AsAC&pg=PA206#v=onepage&q |accessdate=29 Oktober 2019}}</ref>