Orang Kurdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hasagiee (bicara | kontrib)
k Cerita
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Hasagiee (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menghilangkan bagian [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Baris 12:
== Cita cita ==
Cita cita zahra powerengers , kadang juga goodrengers
 
== Geografis ==
Karaktar geografis Kurdistan yang terdiri dari gugusan perbukitan, struktur sosial yang sangat sarat sentimen tribalisme, serta sistem mata pencarian yang mengandalkan pertanian dan menggembala memang membuat bangsa dan wilayah Kurdistan menjadi semieksklusif sepanjang sejarahnya selama sekitar 3.000 tahun.
 
Sepanjang sejarahnya, tidak ada satu bangsa atau kekuatan pun yang mampu menguasai secara penuh bangsa dan wilayah Kurdi, juga sering disebut sebagai Kurdistan. [[Yunani]], [[Romawi]], Persia, dan bahkan [[dinasti]] berbasis Islam selalu gagal menundukkan secara penuh bangsa Kurdi. Pada era modern pun, sistem yang melahirkan negara seperti Turki, Iran, Irak, dan Suriah gagal pula menguasai secara penuh wilayah Kurdi.
 
Namun, secara geopolitik, karakter geografis Kurdi justru membawa petaka karena harus menerima wilayah itu terbagi di antara lima negara pasca-[[Perang Dunia I]].
 
Terpecahnya geografis, sejarah, dan politik bangsa Kurdistan terjadi pertama kali pada tahun 1514 menyusul [[pertempuran Chaldiran]] antara [[Dinasti Safawiyah]] dan [[Ottoman]] yang membawa mereka menandatangani sebuah perjanjian pembagian pengaruh di wilayah Kurdi.
 
Pemecahan wilayah Kurdi tahap kedua dilakukan dalam [[perjanjian Sykes Picot]] antara [[Inggris]] dan [[Prancis]] dengan dihadiri wakil dari [[Kaisar Rusia]] pada tahun 1916. Kemudian, proses pemecahan Kurdi berlanjut berdasarkan [[perjanjian Sevres]] tahun 1919 dan [[perjanjian Lausanne]] tahun 1923.
 
Dalam berbagai perjanjian tersebut dicapai pembagian final wilayah dan bangsa Kurdi, yaitu Kurdi Utara (Turki) yang memiliki wilayah terluas, yakni 194.000 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 13 juta jiwa; Kurdi Timur (Iran) yang memiliki wilayah terluas kedua, yakni 125.000 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 8 juta jiwa; Kurdi Selatan (Irak) yang memiliki wilayah terluas ketiga, yakni 72.000 kilometer persegi dengan penduduk 6 juta jiwa; Kurdi Barat (Suriah) yang memiliki wilayah terluas keempat, yakni 18.000 kilometer persegi dengan penduduk 1 juta jiwa; dan Kurdi [[Armenia]] (bekas [[Uni Soviet]]) yang memiliki luas 18.000 kilometer persegi dengan penduduk 1 juta jiwa.
 
Tercabik-cabiknya wilayah Kurdi itu membuat pupusnya impian bangsa Kurdi memiliki negara sendiri. Pemimpin Kurdi, Mustafa Barzani (1900-1979), sepanjang hidupnya dikenal berjuang bagi berdirinya negara Kurdi.
 
Memang di bawah pimpinan Mustafa Barzani sempat berdiri negara Kurdi, dengan nama [[Republik Mahabad]] (tahun 1946) di wilayah Kurdistan Iran. Namun, eksistensi negara ini buyar. Pembagian wilayah menjadi faktor penyebab terjadinya keretakan dalam struktur budaya dan politik bangsa Kurdi. Mereka berada di bawah sistem politik pemerintahan pusat yang memang beragama di negara-negara yang menjadi tempat keberadaan bangsa Kurdi itu.
 
=== Ciri-Ciri Suku Kurdi ===
 
==== Agama ====
 
Jauh sebelum masuknya Islam, suku Kurdi menganut agama-agama Presia kuno seperti [[Zoroaster]], [[Mithraisme]], [[Manichaeisme]] dan Mazdak. Beberapa kuil penyembahan api peninggalan zaman itu masih terdapat sampai sekarang, antara lain di Ganzak (Takab), Bijar. Mereka juga sempat dipengaruhi oleh ajaran [[Yahudi]] dan [[Nasrani]]. Namun, pengaruh agama-agama tersebut hampir semuanya terkikis habis dengan datangnya Islam pada abad ke-7 Masehi. Patut dicatat, Kurdistan terletak tidak jauh (hanya 50 mil) dari [[Baghdad]] dan 200 mil saja dari [[Damaskus]]; keduanya merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, dan keilmuan di kurun-kurun pertama Hijriah.
 
Karena itu tidak mengherankan jika saat ini mayoritas orang Kurdi (60 %), terutama yang ber[[bahasa Kurmanji]], adalah pemeluk [[Islam Sunni]] yang ber[[mazhab Syafi‘i]]. Sebagian kecil (sekitar 1 juta orang) menganut [[Islam Shi‘ah]], khususnya yang tinggal di Kirmanshah, Kangawar, Hamadan, Qurva dan Bijar di selatan dan timur Kurdistan (bagian Iran), serta mereka yang tinggal di Malatya, Adiyaman dan Maras di barat [[Kurdistan]] (bagian Turkey).
 
Sebagaimana minoritas Arab Suriah, golongan Syi‘ah Kurdi umumnya adalah pengikut aliran [[Alevi]] (atau ‘Alawi). Istilah “Alevi” bagi mereka punya konotasi ganda: pertama, sebagai pengikut Sayyidina ‘Ali ra dan, kedua, sebagai penyembah api atau penganut Zoroaster (dari kata alev yang berarti api). Kaum Alevi percaya bahwa Ali adalah manifestasi atau perwujudan (avatar) Roh Jagad Raya pada Babak Kedua dari Kehidupan Semesta, seperti dalam ajaran Yarshan. Di samping mengagungkan api dan cahaya, penganut Alevi biasanya bersujud menyembah matahari terbit dan bulan, sambil melantunkan tembang-tembang tertentu.
 
Mereka juga mengadakan pertemuan rutin yang disebut [[Ayini Jam]]. Aliran ini sempat dilarang keras dan diberantas pada zaman Daulat Usmaniyah, terutama pada masa pemerintahan Sultan Salim sekitar tahun 1514. Sempalan lainnya adalah Nushayriyyah, yang mengagung-agungkan [[Salman al-Farisi]] (sahabat Nabi) dan menobatkannya sebagai avatar nomor satu.
 
==== Bahasa ====
 
Di zaman pra-Islam, orang Kurdi menggunakan bahasa [[Pahlavi]], bahasa Parsi kuno yang masih serumpun dengan [[Sanksekerta]] dan bahasa-bahasa Eropa. Setelah kedatangan Islam dan invasi nomad Turki, orang-orang Kurdi mulai menggunakan dialek [[suku Kurmanj]], sebuah kabilah energetik dari dataran tinggi Hakkari yang berhasil membendung pengaruh Turki di Kurdistan. Begitu kuatnya pengaruh suku Kurmanj hingga mayoritas orang Kurdi masih banyak yang menyebut diri mereka “Kurmanj” dan bahasa mereka “Kurmanji”. Adapun sekarang ini, terdapat dua dialek utama dalam bahasa Kurdi: pertama, Kurmanji, dan kedua, Sorani (atau sering juga disebut “Kurdi”). Sub-dialeknya antara lain: Kirmanshah, Leki, Gurani dan (Dimili) Zaza.
 
Mengenai sub-suku, sejarawan Kurdi Syarafuddin Bitlisi (w. 1597 M) menyatakan dalam kitabnya Sharafnamah ([[Mukadimah]] 7-9) bahwa bangsa Kurdi terbagi empat, masing-masing mempunyai dialek dan adat-istiadat sendiri, yakni Kurmanj, Lur, Kalhur, dan Guran.
 
==== Mata Pencaharian ====
 
Seperti layaknya penduduk pegunungan, suku Kurdi hidup menetap dengan mata pencaharian [[pertanian]] dan [[peternakan]]. Namun setelah invasi [[bangsa Arya]] dan Turki ke wilayah mereka, sebagian mereka memilih cara hidup [[nomad]] (berpindah-pindah).
 
== Kelebihan Suku Kurdi ==