Pacu jawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
}}
 
'''''Pacu jawi''''' (dari [[bahasa MinangMinangkabau]]: "balapan sapi") adalah perlombaan olahraga tradisional di [[Kabupaten Tanah Datar]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]]. Dalam acara ini, sepasang sapi berlari di lintasan sawah berlumpur dengan panjang sekitar 60–250 meter, sementara seorang joki berdiri di belakangnya dengan memegang kedua sapi. Walaupun namanya mengandung arti "balapan", sapi-sapi hanya dilepas sepasang tanpa lawan tanding, dan tidak ada pemenang secara resmi. Tiap pasang sapi berlari secara bergiliran, sementara penonton menilai sapi-sapi tersebut (terutama berdasarkan kecepatan dan kemampuan berjalan lurus), dan kadang membeli sapi-sapi unggulan dengan harga jauh di atas harga normal. Penduduk Tanah Datar (terutama dari empat kecamatan yaitu [[Sungai Tarab, Tanah Datar|Sungai Tarab]], [[Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]], [[Lima Kaum, Tanah Datar|Lima Kaum]], dan [[Rambatan, Tanah Datar|Rambatan)]] telah menyelenggarakan acara ini selama berabad-abad untuk merayakan masa panen padi. Acara ini juga diiringi pesta desa dan budaya yang disebut ''alek pacu jawi''. Belakangan, acara ini menjadi atraksi wisata yang didukung pemerintah, dan menjadi objek fotografi yang mendapatkan berbagai penghargaan di bidang fotografi. Sejak 2020, ''pacu jawi'' diakui secara resmi oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Tak Benda khas Indonesia]] dalam bidang Seni Pertunjukan yang berasal dari Sumatera Barat.<ref>{{citation|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?pencatatan&&list&vieww=per100&limitto&keywords=pacu+jawi|title=Pacu Jawi|language=id|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia|year=2020}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Baris 14:
[[Berkas:Dekat Surau Syekh Bantam.jpg|jmpl|kiri|Pacu jawi pada 1906]]
 
''Pacu jawi'' diadakan di [[Kabupaten Tanah Datar]], [[SumatraSumatera Barat]], Indonesia.<ref name="tempo"/> Menurut adat, salah satu syarat daerah penyelenggara ''pacu jawi'' adalah [[Gunung Marapi]] harus terlihat jelas.<ref name="tempo"/> Gunung setinggi 2.891 meter ini konon adalah [[Legenda Minangkabau|asal orang Minangkabau]] yang kini mendiami SumatraSumatera Barat.<ref name="tempo"/> Warga setempat yang kebanyakan berlatar belakang petani, menyelenggarakan acara ini saat sawah sudah kosong setelah dipanen dan sebelum penanaman selanjutnya.<ref name="tempo"/> Lokasinya berganti-ganti antara berbagai [[nagari]] (daerah setingkat desa atau kelurahan) di Tanah Datar.<ref name="tempo"/> Nagari-nagari ini berada di empat kecamatan yang secara adat merupakan penyelenggara ''pacu jawi'', yaitu [[Sungai Tarab, Tanah Datar|Sungai Tarab]], [[Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]], [[Lima Kaum, Tanah Datar|Lima Kaum]], dan [[Rambatan, Tanah Datar|Rambatan]].<ref name="tempo"/><ref name=ugm>{{cite journal|title=Daya tarik Pacu Jawi sebagai atraksi wisata budaya di Kabupaten Tanah Datar|url=https://jurnal.ugm.ac.id/tourism_pariwisata/article/view/6869/5375 |doi=10.22146/jnp.6869|issn=1411-9862|journal=Jurnal Nasional Pariwisata|volume=6|issue=1|date=2014|first=Purnama|last=Suzanti|location=Yogyakarta|publisher=Tourism Study Center, [[Gadjah Mada University]]|ref=harv|pages=1–7}}</ref>{{rp|2}} Keempat kecamatan ini terdiri dari 26 [[nagari]] (pada 2014) dengan ketinggian antara 550–700 meter, total sawah 96,16&nbsp;km² dan lebih dari 12.000 sapi (data tahun 2012).{{sfn|Suzanti|2014|p=3}}
 
''Pacu jawi'' telah diselenggarakan sejak berabad-abad lalu, termasuk sebelum [[kemerdekaan Indonesia]], dan berawal dari perayaan dan hiburan panen untuk warga desa.{{sfn|Suzanti|2014|pp=1–2}}<ref name="tempo"/> Dulunya, acara ini hanya diadakan dua kali setahun, tetapi siklus panen yang semakin pendek memungkinkan acara ini diselenggarakan dengan lebih sering lagi.<ref name=tempo/> Pada tahun 2013, ''nagari-nagari'' Tanah Datar bergiliran menyelenggarakannya setiap dua bulan, dan tiap giliran terdiri dari empat acara yang diselenggarakan pada hari Rabu atau Sabtu.<ref name="tempo"/>
Baris 23:
 
[[Berkas:Tail-biting Pacu Jawi close up.jpg|kiri|lurus|jmpl|Seorang joki menggigit ekor sapinya agar berlari lebih cepat.]]
Para penonton, yang sering termasuk turis mancanegara, menyaksikan acara ini dari tanah kering di pinggir sawah.<ref name="tempo"/> Bagian dari atraksi acara ini adalah perilaku sapi-sapi yang sulit diatur, sehingga joki sering jatuh atau harus melakukan manuver untuk mempertahankan diri dan mengarahkan sapi-sapi.<ref name=expedia/> Kadang sang joki menggigit ekor salah satu sapinya agar berlari lebih cepat (terutama ketika sapi tersebut lebih lambat dibandingkan pasangannya).<ref name=expedia/> Lumpur dapat terciprat ke mana-mana, termasuk ke arah penonton.<ref name="tempo"/> Kadang, sapi malah berbelok arah dan malah berlari ke arah penonton.<ref name="tempo"/> Tidak jarang terjadi cedera, terutama pada para joki.<ref name=gulfnews/> Tidak ada pemenang yang dinyatakan secara resmi, tetapi penonton umumnya menilai sapi-sapi ini berdasarkan kecepatan, kekuatan, dan kemampuan berlari lurus.<ref name="tempo"/> Menurut tradisi, kemampuan berlari lurus ini penting untuk mengajarkan filosofi bahwa yang paling dapat dihargai, bukan hanya untuk sapi tetapi untuk manusia, adalah yang dapat mengikuti [[Shirathal Mustaqim|jalan yang lurus]] (Minang: ''luruih'').<ref name="tempo"/>{{sfn|Suzanti|2014|p=2}} Memiliki sapi yang dianggap tangkas dalam ''pacu jawi'' adalah sumber kebanggaan bagi warga setempat. Selain itu, sapi-sapi yang dinilai baik oleh penonton dapat meningkatmeningkatkan nilai jualnya hingga dua atau tiga kali lipat harga biasa.<ref name="tempo"/><ref name=expedia/> Keuntungan finansial ini adalah salah satu motivasi penting untuk para peserta.<ref name="tempo"/>
 
Sebuah acara ''paju jawi'' dapat diikuti ratusan sapi, termasuk sapi dari nagari tuan rumah maupun dari nagari-nagari lainnya.<ref name="tempo"/> Dinas Pariwisata Tanah Datar kini menyediakan dana dan [[truk]] untuk mengangkut sapi. Sebelum keterlibatan pemerintah, peserta dan sapi-sapinya dapat berjalan kaki hingga 50 kilometer (sering hingga semalaman).<ref name="tempo"/> Saat acara berlangsung, sapi-sapi yang tidak sedang berpacu ditambatkan di sebidang tanah, biasanya dekat garis finis.{{sfn|Suzanti|2014|p=3}} Keberadaan sapi-sapi ini konon membantu sapi yang sedang berpacu untuk lebih cepat, karena ingin berkumpul dengan teman-temannya.{{sfn|Suzanti|2014|p=3}}
 
== Pesta ==
Acara ''pacu jawi'' diiringi dengan sebuah pesta desa (''alek nagari'') yang disebut ''alek pacu jawi'' ("pesta ''pacu jawi''").<ref name="tempo" /><ref name=antara2011>{{citeCite news|title=Sapi Hias Dilombakan di "Alek Pacu Jawi"|url=https://bali.antaranews.com/berita/14645/sapi-hias-dilombakan-di-alek-pacu-jawi|editor=Nyoman Budhiana|date=2011-10-02|publisher=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Antara]]|last=Budhiana|first=Nyoman|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]}}</ref> Pesta ini sering melibatkan sapi yang didandani ''[[suntiang]]'' (perhiasan kepala khas Minangkabau),<ref name=antara2011/> permainan musik seperti ''gendang tasa'' dan ''talempong pacik'',<ref name=antara2011/> [[tari piring]],<ref name=tempo/> pasar dadakan,<ref name=tempo/> permainan tradisional,<ref name=tempo/> [[panjat pinang]],<ref name=tempo/> dan lomba [[layang-layang]]. Sebelum keterlibatan pemerintah, warga setempat melakukan urunan untuk menanggung seluruh biaya acara, tetapi sekarang sebagian biaya ditanggung Dinas Pariwisata Tanah Datar.<ref name=tempo/>
 
{{multiple image
Baris 40:
''Pacu jawi'' menarik minat fotografer nasional maupun internasional, dan beberapa foto dari acara ini telah memenangkan berbagai lomba foto.{{sfn|Suzanti|2014|p=5}} Faktor yang menambah daya tarik fotografi dalam acara ini di antaranya aksi berkecepatan tinggi, cipratan lumpur yang berterbangan, serta postur dan ekspresi wajah joki yang khas.{{sfn|Suzanti|2014|p=5}} Selain itu, Tanah Datar juga dikenal dengan pemandangan alamnya, termasuk [[Gunung Marapi]], daerah perbukitan, hutan belantara, serta sawah-sawah.{{sfn|Suzanti|2014|p=5}} Untuk mengambil foto yang bagus, para fotografer sering harus mendekat ke lintasan, dan mengambil risiko terkena cipratan lumpur atau tertabrak sapi.{{sfn|Suzanti|2014|p=4}} Foto-foto ''pacu jawi'' telah menerima berbagai penghargaan seperti ''[[World Press Photo of the Year]]'', ''[[Hamdan International Photography Award]]'', serta ''Digital Camera Photographer of the Year'' oleh koran ''[[The Daily Telegraph]]''.<ref>{{cite web|url=https://www.worldpressphoto.org/collection/photo/2013/29886/1/2013-Wei-Seng-Chen-SA1|title=Joy at the end of the run: Sports Action, first price singles|date=2013|work=World Press 2013 Photo Contest|publisher=[[World Press Photo]]}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.telegraph.co.uk/culture/culturepicturegalleries/6754311/Digital-Camera-Photographer-of-the-Year-2009-winners.html?image=3|title=Digital Camera Photographer of the Year 2009 winners|date=2009|work=The Telegraph}}</ref>
 
== Lihat pula ==
* [[Pacu itiak]] — balapan tradisional khas suku Minangkabau di Payakumbuh, Sumatera Barat
* [[Karapan sapi]]
* [[Mamajir]] — balapan tradisional khas suku Kangean di pulau Kangean, Kepulauan Kangean
* [[Pacu itiak]]
* [[Maen jaran]] — balapan tradisional khas suku Sumbawa di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
* [[Karapan sapi]] — balapan tradisional khas suku Madura di pulau Madura
 
== Referensi ==