Pandemi Covid-19 di Taiwan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 130:
 
== Kebijakan Pemerintah ==
Aksi cepat Pemerintah Taiwan dalam menyikapi wabah COVID-19 merupakan refleksi dari pembelajaran negara yang beribu kota di Taipei terhadap pengalaman mereka menghadapi SARS tahun 2003, yang memakan 71 korban jiwa.<ref>{{Cite web|url=https://fortune.com/2020/03/15/coronavirus-taiwan-cases-response/|title=SARS taught Taiwan how to contain the coronavirus outbreak|last=McGregor|first=Grady|date=2020-03-15|website=Fortune.com|language=en|access-date=2020-04-05}}</ref> Saat menghadapi SARS, Taiwan terhambat karena tidak memiliki badan khusus yang menangangi kebijakan-kebijakan darurat. Pada tahun 2004, Taiwan akhirnya meremiskan Pusat Komando Epidemi Tersentralisasi (''Central Epidemic Command Center''), dikenal pula sebagai CECC.<ref name="Brookings">{{Cite web|url=https://www.brookings.edu/blog/order-from-chaos/2020/03/19/taiwan-shows-its-mettle-in-coronavirus-crisis-while-the-who-is-mia/|title=Taiwan shows its mettle in coronavirus crisis, while the WHO is MIA|last=Shapiro|first=Don|date=2020-03-19|website=Brookings.edu|language=en|access-date=2020-04-04}}</ref><ref name="FSI Stanford">{{Cite web|url=https://fsi.stanford.edu/news/how-taiwan-used-big-data-transparency-central-command-protect-its-people-coronavirus|title=How Taiwan Used Big Data, Transparency and a Central Command to Protect Its People from Coronavirus|last=Duff-Brown|first=Beth|date=2020-03-03|website=Freeman Spogli Institute for International Studies|language=en|access-date=2020-04-04}}</ref> Dalam menghadapi wabah COVID-19, Pemerintah Taiwan mulai mengaktifkan CECC pada 20 Januari, dengan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan bertindak sebagai komandan. Dalam beberapa pekan, CECC mulai menerapkan kebijakan yang diklaim berefek pada pencegahan dan meledaknya wabah di Taiwan. Kebijakan-kebijakan yang dimaksud meliputi pengukuran suhu tubuh bagi pelancong, penjatahan masker untuk mencegah penimbunan, mewajibkan orang-orang yang pulang dari negara-negara yang rentan wabah COVID-19 untuk melakukan swakarantina, serta kontrol perbatasan.<ref name="Brookings"/> Sejak 6 Februari, Taiwan mulai melarang orang-orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau Hongkong dalam jangak dua pekan terakhir. Saat penyebaran virus makin tak terkendali dan lebih banyak negara yang terimbas wabah, pembatasan atau pelarangan masuk diperluas, hingga pada 19 Maret, pelarangan bepergian ini telah ditujukan kepada hampir seluruh orang asing yang tak memiliki sertifikat kewarganegaraan Taiwan.<ref name="Brookings"/>
 
Respons Pemerintah Taiwan yang cepat tanggap menghadapi kemungkinan wabah baru dikarenakan mereka tidak mempercayai data-data yang dikeluarkan oleh [[Tiongkok]].<ref name="Taiwan's Containing Virus"/> Menurut Chan Chang-Cuan, Tiongkok lalai dan terlambat dalam melaporkan mengenai wabah SARS tahun 2003 kepada WHO. Oleh karena itu, ketika ada gejala-gejala wabah baru di Tiongkok, tindakan yang tanggap harus diambil untuk mencegah kemungkinan terburuk. Hal ini diperparah dengan status Taiwan yang bukan anggota WHO karena permintaan Tiongkok. Permasalahan ini menyebabkan Taiwan terhambat dalam berkoordinasi dan menerima data-data penting.<ref name="Taiwan's Containing Virus"/> Larangan kedatangan bagi orang-orang yang berasal dari Daratan Tiongkok yang Taiwan terapkan sejak 1 Februari 2020 berlawanan dengan ketetapan [[Organisasi Kesehatan Dunia|WHO]] yang menyebutkan bahwa larangan semacam itu tidak diperlukan.<ref name="Time">{{Cite web|url=https://time.com/5802293/coronavirus-covid19-singapore-hong-kong-taiwan/|title=What We Can Learn From Singapore, Taiwan and Hong Kong About Handling Coronavirus|last=Barron|first=Laignee|date=2020-03-13|website=Time|language=en|access-date=2020-04-04}}</ref> Aksi cepat tanggap Taiwan ini mengorbankan sektor industri jasa, perhubungan, dan pariwisata. Hal ini disebabkan karena Taiwan bergantung pada Tiongkok selaku mitra dagang terbesar sekaligus sumber utama turis internasional pulau berpenduduk 23 juta jiwa itu. Walaupun demikian, kebijakan tersebut terbukti menghindarkan Taiwan dari kondisi buruk seperti yang dialami oleh [[Korea Selatan]] dan [[Jepang]] yang bertindak lamban, kurang efektif, serta terkesan meremehkan.<ref name="Time"/>