Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambah rujukan di kotak dan reorder daftar ideologi secara ABC
OnAir21 (bicara | kontrib)
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Baris 43:
Pagi 27 Juli 1996, Suryadi mengancam akan mengambil kembali markas PDI di Jakarta.<ref>{{cite web|last=B.|first=Edy|title=Kronologi Peristiwa 27 Juli 1996|newspaper=Tempo|date=10 August 1996|url=http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/23/utama1.htm|url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927200959/http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/23/utama1.htm|archive-date=27 September 2007|language=id}}</ref> Para pendukung Suryadi (kabarnya dengan dukungan Pemerintah) [[Peristiwa 27 Juli|menyerang Markas Besar PDI]] dan menghadapi perlawanan dari pendukung Megawati yang ditempatkan di sana sejak Kongres Nasional di Medan. Dalam bentrokan berikutnya, pendukung Megawati berhasil bertahan di markas. Kerusuhan pun terjadi—pada tahap yang dianggap terburuk yang pernah dilihat Jakarta pada masa "Orde Baru"—yang disusul dengan tindakan keras pemerintah. Pemerintah kemudian menuding kerusuhan itu terjadi pada [[Partai Rakyat Demokratik]] (PRD). Meski digulingkan sebagai ketua oleh Suryadi dan pemerintah, acara tersebut sangat mengangkat profil Megawati, memberikan simpati dan popularitas nasional.
 
PDI kini terpecah menjadi dua fraksi, Megawati dan Suryadi. Fraksi Yang pertamaMegawati ingin berpartisipasi dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1997|pemilihan legislatif 1997]], tetapi pemerintah hanya mengakui fraksi Suryadi sebagai partai yang terakhirsah. Dalam pemilu, Megawati dan pendukungnya memberikan dukungan kepada [[Partai Persatuan Pembangunan]] dan PDI hanya meraih 3% suara. Menyusul [[Kejatuhan Soeharto|pengunduran diri Soeharto]] dan pencabutan batasan "Orde Baru" pada partai politik nasional, Megawati mendeklarasikan pembentukan PDIP, menambahkan sufiks "perjuangan" untuk membedakan fraksi partainya dari fraksi yang didukung pemerintah. Dia terpilih sebagai ketua umum PDIP dan dinominasikan sebagai wakil presiden pada tahun 1999.
 
=== 1999-2004: Pemenang Pemilu, Pemerintahan Gus Dur-Megawati, Pemecahan Internal Partai ===
Baris 51:
 
Meski tidak mendukung Wahid sebagai presiden, anggota PDI-P mendapat posisi menteri di kabinetnya karena posisi Megawati sebagai wakil presiden. Seiring berjalannya waktu, seperti halnya Poros Tengah yang mendukung Wahid, PDI-P pun semakin kecewa terhadapnya. Pada bulan April 2000, [[Laksamana Sukardi]], anggota PDI-P yang menjabat sebagai Menteri Investasi dan Badan Usaha Milik Negara dipecat dari jabatannya. Ketika PDI-P bertanya mengapa hal ini dilakukan, Wahid menyatakan hal itu karena korupsi namun tidak pernah mendukung klaimnya. Hubungan ini agak membaik ketika pada akhir tahun, Wahid memberi wewenang kepada Megawati untuk mengatur jalannya pemerintahan sehari-hari. Namun, ia dan PDI-P perlahan tapi pasti mulai menjauhkan diri dari Wahid dan bergabung dengan Poros Tengah. Akhirnya pada bulan Juli 2001 dalam Sidang Istimewa MPR, Wahid dicopot dari jabatan presiden. Megawati kemudian terpilih sebagai presiden menggantikannya dengan Hamzah sebagai wakil presidennya, menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia. Namun, partai mereka menghadapi perpecahan lebih lanjut setelah Megawati menjadi presiden dan semakin banyak anggota yang kecewa meninggalkan partai. Dua di antaranya adalah saudara perempuan Megawati sendiri. Pada bulan Mei 2002, [[Sukmawati Soekarnoputri]] membentuk [[Partai Nasional Indonesia Marhaenisme]] (PNI-Marhaenisme). Hal ini disusul pada bulan November 2002, ketika [[Rachmawati Soekarnoputri]] mendeklarasikan pembentukan [[Partai Pelopor]] (PP).
 
=== 2004-2014: Oposisi terhadap Pemerintahan SBY ===
Pada tahun 2004, sentimen reformis yang membawa PDI-P meraih kemenangan pada pemilu 1999 telah mereda. Banyak yang kecewa dengan apa yang telah dicapai oleh proses reformasi sejauh ini dan juga kecewa dengan kepresidenan Megawati. Hal ini tercermin pada pemilu legislatif tahun 2004, PDI-P memperoleh 18,5% dari total suara, turun dibandingkan 33,7% yang diperoleh pada tahun 1999.<ref>{{Cite web|date=2007-09-30|title=Pemilu 1999|url=https://web.archive.org/web/20070930231553/http://www.kpu.go.id/Sejarah/pemilu1999.shtml|website=web.archive.org|access-date=2024-03-02}}</ref> PDI-P mencalonkan Megawati sebagai calon presidennya pada pemilu presiden 2004. Beberapa cawapres yang dipertimbangkan, antara lain [[Hamzah Haz]] (untuk memperbarui kemitraan), [[Susilo Bambang Yudhoyono]] (SBY), dan [[Jusuf Kalla]]. Megawati akhirnya memilih Ketua Nahdatul Ulama [[Hasyim Muzadi]] sebagai cawapresnya. Diharapkan bahwa ia akan menarik sentimen nasionalis sementara Hasyim akan menarik para pemilih Islam. Pada pemilu putaran pertama, pasangan ini berada di urutan kedua setelah SBY/Kalla. Untuk meningkatkan peluang mereka dalam putaran kedua, PDI-P membentuk koalisi dengan [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]], [[Partai Golongan Karya|Golkar]], [[Partai Bintang Reformasi]] (PBR) dan [[Partai Damai Sejahtera Pembaharuan|Partai Damai Sejahtera]] (PDS) pada bulan Agustus 2004. Namun, mereka dikalahkan dalam pemilihan putaran kedua melawan SBY/Kalla. Koalisi Nasional kemudian melirik menjadi oposisi di DPR bagi pemerintahan SBY/Kalla. Dengan terpilihnya Kalla sebagai Ketua Umum Golkar, Golkar membelot ke pihak pemerintah, meninggalkan PDI-P sebagai satu-satunya partai oposisi besar di DPR.
 
Pada tanggal 28 Maret 2005, Kongres PDI-P kedua diadakan di [[Sanur, Denpasar Selatan, Denpasar|Sanur]], [[Bali]] di mana Megawati terpilih kembali menjadi ketua untuk masa jabatan ketiga. Kakaknya, [[Guruh Soekarnoputra|Guruh Sukarnoputra]], terpilih menjadi ketua departemen Pendidikan dan Kebudayaan partai tersebut. Kongres ini diwarnai dengan terbentuknya faksi bernama Pembaharuan Gerakan PDI Perjuangan. Mereka menyerukan pembaruan kepemimpinan partai jika ingin memenangkan pemilu legislatif 2009. Meski menghadiri Kongres, para anggotanya keluar setelah Megawati terpilih kembali. Pada bulan Desember 2005, anggota yang sama akan membentuk [[Partai Demokrasi Pembaruan]] (PDP).
 
Partai ini menempati posisi ketiga pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2009|pemilu legislatif 2009]] dengan 14% suara. Ia memiliki 95 kursi di DPR.<ref>{{Cite web|date=2014-10-06|title=KPU Ubah Perolehan Kursi Parpol di DPR|url=https://web.archive.org/web/20141006080451/http://mediacenter.kpu.go.id/berita/472-kpu-rubah-perolehan-kursi-parpol-di-dpr.html|website=web.archive.org|access-date=2024-03-02}}</ref> Megawati terpilih sebagai calon presiden, kali ini dengan koalisi antara [[Partai Gerakan Indonesia Raya|Gerindra]] dan PDI-P sendiri melalui Perjanjian [[Batutulis, Bogor Selatan, Bogor|Batutulis]], dengan [[Prabowo Subianto]] sebagai pasangannya. Mereka kalah dari SBY, dengan Boediono sebagai wakil presiden, yang memperoleh 26,6% suara.
 
=== 2014-2023: Pemerintahan Jokowi dan Konflik Internal ===
Pada bulan Maret 2014, partai tersebut bersama dengan [[Partai NasDem|NasDem]], [[Partai Kebangkitan Bangsa|PKB]] dan [[Partai Hati Nurani Rakyat|Hanura]] mencalonkan Gubernur Jakarta [[Joko Widodo]] sebagai calon presidennya, dengan Jusuf Kalla sebagai pasangannya untuk [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014|pilpres 2014]]. Pasangan ini menang dengan 53,15% suara mengalahkan Prabowo-Hatta,<ref>{{Cite web|date=2014-07-28|title=Official: Joko Widodo Named 2014 Presidential Candidate by Megawati {{!}} The Jakarta Globe|url=https://web.archive.org/web/20140728062816/http://www.thejakartaglobe.com/news/jakarta-governor-joko-widodo-pegged-pdi-p-presidential-race/|website=web.archive.org|access-date=2024-03-02}}</ref> dan PDI-P kembali menjadi partai terbesar di DPR dengan meraih hampir 19% suara.<ref>{{Cite web|date=2014-05-09|title=KPU sahkan hasil pemilu, PDIP nomor satu|url=https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140509_rekapitulasi_kpu|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2024-03-02}}</ref> Joko Widodo kembali menang di [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019|pilpres 2019]] dengan [[Ma'ruf Amin]] sebagai wakilnya. Jokowi memenangkan masa jabatan kedua dengan 55,50% suara mengalahkan Prabowo-Sandi.<ref>{{Cite web|last=Wijanarko|first=Tulus|date=2019-05-21|title=KPU Menetapkan Jokowi-Ma'ruf Unggul 55,50 Persen|url=https://pilpres.tempo.co/read/1207482/kpu-menetapkan-jokowi-maruf-unggul-5550-persen|website=Tempo|language=en|access-date=2024-03-02}}</ref> PDI-P tetap menjadi partai terbesar di DPR dengan meraih 19,33% suara.<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=KPU Tetapkan PDIP Raih Suara Terbanyak Pileg 2019|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190521030947-32-396690/kpu-tetapkan-pdip-raih-suara-terbanyak-pileg-2019|website=nasional|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref>
 
Menjelang [[pemilu 2024]], internal partai terpecah karena pilihan calon presiden. Anggota partai yang lebih muda menentang [[Puan Maharani]], pilihan generasi tua, dan lebih memilih [[Ganjar Pranowo]]. Meski populer, Ganjar menyatakan tak akan mencalonkan diri sebagai calon presiden.<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Ganjar Buka Suara soal Tudingan Ambisi Nyapres 2024|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210524120800-32-646157/ganjar-buka-suara-soal-tudingan-ambisi-nyapres-2024|website=nasional|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref><ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Relawan Jokowi Alihkan Dukungan ke Ganjar Pranowo di 2024|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210915103107-617-694549/relawan-jokowi-alihkan-dukungan-ke-ganjar-pranowo-di-2024|website=nasional|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref> Pada 9 Oktober 2021, pendukung Puan Maharani yang dipimpin oleh [[Bambang Wuryanto]] mendirikan ''Dewan Banteng,'' melabeli orang-orang yang berbeda pendapat dengan sebutan ''Celeng'' (bahasa Jawa dari babi hutan).<ref>{{Cite web|last=Isnanto|first=Bayu Ardi|title=Kader Deklarasi Ganjar Capres, PDIP Jateng: Itu Bukan Banteng tapi Celeng|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5760141/kader-deklarasi-ganjar-capres-pdip-jateng-itu-bukan-banteng-tapi-celeng|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref> Sebagai tanggapan dari senior partai, [[Immanuel Ebenezer]] beserta para anggota muda meluncurkan kampanye ''Barisan Celeng Berjuang'' pada tanggal 12 Oktober 2021, mengkritik Bambang Pacul dan DPP Partai.<ref>{{Cite web|last=detikcom|first=Tim|title=Saat Barisan Celeng Jadi Semangat Perlawanan Kader PDIP Dukung Ganjar|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5763511/saat-barisan-celeng-jadi-semangat-perlawanan-kader-pdip-dukung-ganjar|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sihombing|first=Rolando Fransiscus|title=Barisan Celeng Berjuang Dinilai Perlawanan Demokrasi Terpimpin PDIP|url=https://news.detik.com/berita/d-5764542/barisan-celeng-berjuang-dinilai-perlawanan-demokrasi-terpimpin-pdip|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref><ref>{{Cite web|last=Heksantoro|first=Rinto|title=Gegeran Celeng di Kandang Banteng|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5764568/gegeran-celeng-di-kandang-banteng|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref> ''Barisan Celeng Berjuang'' mengadopsi bendera dengan skema warna terbalik sebagai bentuk perlawanan.<ref>{{Cite web|last=Heksantoro|first=Rinto|title=Ada Logo Celeng Berjuang, Kader PDIP Dukung Ganjar Bicara Soal Perlawanan|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5763390/ada-logo-celeng-berjuang-kader-pdip-dukung-ganjar-bicara-soal-perlawanan|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref><ref>{{Cite web|last=detikcom|first=Tim|title=Barisan Celeng Dukung Ganjar Bikin Kian Panas Internal PDI Perjuangan|url=https://news.detik.com/berita/d-5764572/barisan-celeng-dukung-ganjar-bikin-kian-panas-internal-pdi-perjuangan|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-02}}</ref> Pada tanggal 15 Oktober 2021, DPP PDI-P memberikan sanksi kepada anggota dari kedua belah fraksi karena berupaya mengabaikan proses pengambilan keputusan pimpinan, menekankan bahwa hanya Megawati yang dapat menentukan calon presiden resmi dan mendesak diakhirinya persaingan tersebut.<ref>{{Cite web|title=Sama rata sanksi ke pendukung Ganjar-Puan yang lawan arahan Mega|url=https://news.detik.com/berita/d-5769307/sama-rata-sanksi-ke-pendukung-ganjar-puan-yang-lawan-arahan-mega|website=Detik}}</ref>
 
=== 2023-sekarang: Percalonan Ganjar Pranowo, Friksi Mega-Jokowi ===
Pada 21 April 2023, Ganjar resmi dicalonkan PDI-P sebagai calon presidennya.<ref>{{Cite news|date=2023-04-21|title=Ganjar Pranowo Is Indonesia Ruling Party’s Presidential Pick|url=https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-04-21/ganjar-pranowo-is-indonesia-ruling-party-s-presidential-pick|newspaper=Bloomberg.com|language=en|access-date=2024-03-02}}</ref> Namun, pada tanggal 22 Oktober, [[Gibran Rakabuming Raka]] – seorang kader aktif partai dan putra Jokowi – secara resmi dicalonkan oleh [[Koalisi Indonesia Maju (2024)|Koalisi Indonesia Maju]] sebagai calon wakil presiden untuk [[Prabowo Subianto]], setelah keputusan kontroversial [[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia|Mahkamah Konstitusi]] mengizinkannya untuk mencalonkan diri. Pada bulan November, Gibran dikeluarkan dari partai. Pada bulan-bulan berikutnya, beberapa anggota dan politisi PDI-P mulai menyerang Jokowi. Saat perayaan HUT partai yang digelar pada 10 Januari 2024, Megawati secara tidak langsung mengkritik para pemimpin yang “haus kekuasaan”. Para pengamat menilai pernyataannya ditujukan kepada Jokowi yang tidak diundang dalam acara tersebut. Ia menegaskan bahwa PDI-P menang dalam dua pemilu sebelumnya karena dukungan masyarakat, bukan karena pengaruh Jokowi.<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Megawati warns of ‘power hungry’ leaders - Politics|url=https://www.thejakartapost.com/indonesia/2024/01/11/megawati-warns-of-power-hungry-leaders.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2024-03-02}}</ref>
 
== Identitas Politik ==