Partai Keadilan Sejahtera: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan bagian [ * ]
Tag: menghilangkan bagian [ * ]
Baris 115:
=== Partai Keadilan Sejahtera ===
Dengan bergantinya PK menjadi PKS, partai ini kembali bertanding di [[pemilihan umum legislatif Indonesia 2004]]. PKS meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34% dari total perolehan suara nasional. PKS berhak mendudukkan 45 wakilnya di DPR dan menduduki peringkat keenam partai dengan suara terbanyak, setelah [[Partai Demokrat]].<ref>{{Cite book | last = Sissener | first = Tone | title = The Republic of Indonesia: General and Presidential Elections, April – September 2004 | url = http://www.humanrights.uio.no/forskning/publikasjoner/nordem-rapport/2004/12.pdf | format = PDF | publisher = Norwegian Centre for Human Rights | year = 2004 | isbn = 978-82-90851-80-9 | ref = harv | accessdate = 9 June 2009 | postscript = .}}</ref> Presiden partai, Hidayat Nur Wahid, terpilih sebagai ketua [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] dengan 326 suara, mengalahkan [[Sutjipto]] dari [[PDIP]] dengan 324 suara.<ref>{{Cite book | last1 = Ananta | first1 = Aris | last2 = Arifin | first2 = Evi Nurvidya | last3 = Suryadinata | first3 = Leo | lastauthoramp = yes | title = Emerging Democracy in Indonesia | place = Singapore | publisher = Institute of Southeast Asian Studies | year = 2005 | isbn = 978-981-230-322-6 | ref = harv | postscript = .}}</ref> Hidayat menyerahkan jabatan presiden kepada [[Tifatul Sembiring]], juga seorang mantan aktivis kampus dan pendiri PKS.<ref name="Yon"></ref>
 
== Sistem kaderisasi ==
PKS menggunakan modus operandi Jamaah Tarbiyah untuk memperbesar peluang mendapatkan kader baru.<ref name="Damanik"></ref> PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader. Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (''al-da'wah al-fardhiyyah''), atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung.<ref name="Muhtadi"></ref> Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti ''usrah'' (keluarga), ''halaqah'' (kelompok studi), ''liqa'' (pertemuan mingguan), ''rihlah'' (rekreasi), ''mukhayyam'' (perkemahan), ''daurah'' (pelatihan intelektual) dan ''nadwah'' (seminar).<ref name="Muhtadi"></ref> Sistem yang digunakan PKS ini mirip dengan sistem rekrutmen gerakan Islamis di Mesir.<ref>Wickham, Carrie Rosefsky. 2002. ''Mobilizing Islam: Religion, Activism and Political Change in Egypt''. New York: [[Columbia University]] Press. ISBN 0-231-12573-9.</ref> Yang kedua adalah pola rekrutmen institusional (''al-da'wah al'amma''). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat memanfaatkan institusi-institusi ini untuk meraup kader potensial.<ref name="Muhtadi"></ref>
 
PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang disebut ''marhalah''. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (''ta'lim''), pelatihan keorganisasian (''tandzim''), pembinaan karakter (''taqwin'') dan evaluasi (''taqwim'').<ref name="Damanik">Damanik, Ali Said. ''[http://books.google.co.id/books/about/Fenomena_Partai_Keadilan.html?id=UECOAAAAMAAJ&redir_esc=y Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia]''. Jakarta: [[Teraju]].</ref>
 
Dalam sumpahnya sebagai anggota PKS, kader harus mengucapkan ''baiat'' secara lengkap dengan membaca dua [[kalimat syahadat]]. Dengan demikian, sistem sumpah ini tidak memungkinkan non-Muslim menjadi kader PKS.<ref name="Muhtadi"></ref> Namun sesuai hasil Munas 2010 di Jakarta, PKS membedakan antara kader dan anggota. Kader adalah anggota yang terikat oleh sistem kaderisasi, sehingga sudah pasti seorang Muslim. Sementara anggota adalah siapa saja yang terikat kepada organisasi dan bersifat lebih umum dan terbuka.
 
== Internasional ==