Pattimura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angel Keleyan (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kankungrebus (bicara | kontrib)
(44 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Maluku|[[Suku Ambon|Ambon]]|[[Matulessy]]}}
{{Infobox military person
|name = Thomas Matulessy
|image = Pattimura 1961 Indonesia stamp.jpg
|caption = Gambar Kapitan Pattimura diabadikan dalam salah satu perangko
Baris 7 ⟶ 8:
|placeofburial_label =
|placeofburial =
|birth_place = {{flag|Hindia Belanda}} [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]], [[Pulau Saparua|Saparua]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]]
|death_place = {{flag|Hindia Belanda}} [[Victoria]], [[Kota Ambon|Ambon]], [[Kepulauan Maluku]], [[Hindia Belanda]]
|placeofburial_coordinates = <!-- {{coord|LAT|LONG|display=inline,title}} -->
|nickname = Kapitan Pattimura
|allegiance = {{negara|Britania Raya}} [[Invasi Maluku|Maluku Britania]]
|branch = [[Berkas:BritishArmyFlag2.svg|22px]] Angkatan Darat Kerajaan
|serviceyears =
Baris 28 ⟶ 29:
 
== Asal usul ==
Kapitan Pattimura lahir sebagai Thomas Matulessy pada 8 Juni 1783 di Saparua.<ref name="ajisaka9">{{harvnb|Ajisaka|Damayanti|2010|p=9}}</ref><ref name="poespo183">{{harvnb|Poesponegoro|Notosusanto|1992|p=183}}</ref> Leluhur keluarga Matulessy berasal dari [[Pulau Seram]]. Turun-temurun mereka berpindah Moyang Thomas Matulessy ke Titawaka (sekarang negeri [[Itawaka, Saparua Timur, Maluku Tengah|Itawaka]]). Di antara turunannya ada yang menetap di [[Itawaka, Saparua Timur, Maluku Tengah|Itawaka]], ada yang berpindah ke [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]], dan ada yang berpindah ke [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]]. Yang di Haria menurunkan ayah dari Yohannis dan Thomas. ayah dari Thomas Matulessy yang bernama Frans Matulessy lahir di Itawaka datang ke Negeri Haria belum menikah Ketika ayah dari Thomas Matulessy menetap di Negeri Haria Ayah dari Thomas Matulessy tersebut sudah tidak kembali lagi ke Itawaka dan menikah dengan Ibu dari Thomas yang bernama Fransina SilahoiSilahooi yang berasal dari Siri Sori Serani.<ref name="Dari Matulessia Menjadi Matulessy">{{Cite web|date=2017-05-15|title=Dari Matulessia Menjadi Matulessy|url=https://historia.id/politik/articles/dari-matulessia-menjadi-matulessy-D8eBo|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref> Orang tua dari Thomas Matulessy bernama Frans Matulessy dan Fransina Silahooi, dan dia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Yohannis Matulessy.<ref name="sudarmanto198">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=198}}</ref> “Keluarga Matulessy beragama Kristen Protestan. Nama Yohannis dan Thomas diambil dari [[Alkitab]],”.<ref name="historia.id">{{Cite web|date=2017-05-15|title=Dari Matulessia Menjadi Matulessy|url=https://historia.id/politik/articles/dari-matulessia-menjadi-matulessy-D8eBo|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
== Kehidupan Pribadi ==
Thomas tidak menikah. Sedangkan Yohannis menurunkan keluarga Matulessy yang berdiam di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]]. Zeth Matulessy, seorang pegawai pekerjaan umum [[Maluku|Provinsi Maluku]], menjadi ahli waris Thomas dan Yohannis, yang memegang surat pengangkatan Kapitan Pattimura sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]. Dia juga menyimpan pakaian, parang dan salawaku milik Pattimura.<ref>{{Cite web|date=2017-05-15|titlename="Dari Matulessia Menjadi Matulessy|url=https:"//historia.id/politik/articles/dari-matulessia-menjadi-matulessy-D8eBo|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref>
==== '''Thomas Matulessy bergabung dengan dinas Militer Inggris Tahun 1816''' ====
[[Berkas:1000 rupiah bill 2009.jpg |jmpl|Gambar 1000 rupiah Thomas Matulessy, Kapitan Pattimura Emisi 2000-2016.<ref>{{Cite web|last=Motorplus-Online.com|title=Ciri Uang Kertas Rp 1000 Kapitan Pattimura Yang Diburu Kolektor, Siap Dibayar Mahal Nih - Halaman 2 - Motorplus|url=https://www.motorplus-online.com/amp/253071124/ciri-uang-kertas-rp-1000-kapitan-pattimura-yang-diburu-kolektor-siap-dibayar-mahal-nih|website=www.motorplus-online.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
[[Berkas:Patung Pattimura.jpg |jmpl|Patung Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) di Kota Ambon pada tahun 2013.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2008-05-15|title=Patung Pattimura Seberat 4 Ton Diresmikan|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/05/15/08022810/~Regional~Maluku%20Papua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
Pada tahun 1810, [[kepulauan Maluku]] [[Invasi Maluku|diambil alih dari penjajahan Belanda oleh Inggris]].<ref name="sudarmanto199">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=199}}</ref> Dampak pemerintahan baru [[Inggris]] di Maluku dinilai baik oleh semua kalangan. Rakyat tidak merasa adanya tekanan dari penguasa lama yang kembali tersebut. Hal itu dirasakan juga oleh Thomas Matulessy dan teman-teman seperjuangannya di [[Kepulauan Lease|Lease]], Kepulauan [[Maluku Tengah]]. Sesekali ia memanfaatkan kelonggaran peraturan [[Inggris|pemerintah Inggris]] itu untuk bekayuh ke [[Kota Ambon|Ambon]], mencari informasi sebanyak-banyaknya dari pusat pemerintahan Inggris di Maluku. Ketika Inggris mengumumkan penarikan pemuda-pemuda Maluku untuk menjadi bagian dari kesatuan militer mereka, Matulessy dan teman-temannya segera mendaftar. Sedikitpun mereka tidak ragu menjadi bagian dari barisan bangsa asing tersebut.<ref name="ReferenceA">{{Cite web|date=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Alasan kuat yang membuat Thomas Matulessy memilih bergabung adalah tugas tentara rakyat itu yang dibentuk untuk menjaga wilayah kekuasaan Inggris dari pihak luar, atau secara tidak langsung juga turut menjaga rakyat Maluku. Selain itu tidak seperti Belanda yang mengirim tentara rakyat ke [[Batavia]], Inggris akan menempatkan mereka di [[Kota Ambon|Ambon.]] Ada syarat-syarat tertentu agar dapat lolos seleksi tentara rakyat. Dua di antaranya adalah tes kesehatan dan uji kemampuan fisik. Setelah seluruh proses selesai dilakukan pada tahun 1816 terpilihlah 500 orang, termasuk Thomas Matulessy, untuk bergabung dalam kesatuan Ambon. Mereka dibayar cukup tinggi dan bertempat tinggal di asrama militer di Ambon.<ref>{{Cite web|datename=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https:"ReferenceA"//historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Tidak lupa para perwiranya diberi seragam yang baik.“Latihan berperang, pendaratan di berbagai pantai berombak, berpasir putih, hingga berkarang adalah latihan-latihan yang sungguh dipersiapkan untuk menangkis dan menyerang musuh,”. Tentara Inggris cukup baik melatih para perwira baru ini. Berbagai macam pelatihan menggunakan senjata api dipelajari selama berada di sana. Oleh karena perang yang masih terus berkecamuk antara Inggris dan Prancis dibantu Belanda, pemerintahan di Maluku selalu dalam kondisi siaga. Setelah dirasa siap, Matulessy dan perwira lain disebar ke pulau-pulau di seluruh negeri.[[Negeri (Maluku)|Negeri]]<ref>{{Cite web|datename=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https:"ReferenceA"//historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Selama pelatihan, Matulessy menunjukkan keterampilan, kecakapan, dan kemampuan memimpin melebihi teman-temannya yang lain. Ia pun cepat mendapat promosi dan dipercaya menjadi pemimpin bagi angkatannya. Kurang lebih Matulessy berkarir di militer Inggris selama tujuh tahun. Pangkat terakhir yang diterimanya adalah sersan mayor.<ref>{{Cite web|date=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref> dari jabatan Sersan Mayor inilah Thomas Matulessy mengubah Marganya yang dari matulessy menjadi Matulessia dengan alasannya bahwa marga matulessy yang dipakai thomas tidak sesuai dengan jabatan Sersan Mayor yang dia gunakan.
Baris 45 ⟶ 46:
==Perang Pattimura tahun 1817==
====Kekuasaan Inggris diserahkan kepada pihak Belanda====
[[Berkas:PerjanjianInggris]] Traktatmenduduki Londonwilayah 1[[Hindia Belanda]] pada 1811.jpg|jmpl|Perjanjian TraktatNamun, Londonkekalahan I[[Inggris]] dalam perang melawan [[Prancis]] dan [[Belanda]] Perjanjianmenyebabkan [[Inggris-]] harus mengembalikan wilayah [[Hindia Belanda]] kepada Belanda melalui [[Konvensi London tentang Pencegahan Polusi Laut melalui Pembuangan Limbah dan Materi-Materi Lainnya|Konvensi London]] pada tahun 1814. Tetapi, realisasi baru terjadi pada tahun 1816. Bahkan di [[Maluku]] peralihan baru terjadi pada tahun 1817.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-0704-0605|title=TraktatPengembalian London:Hindia LatarBelanda Belakang,dari Isi, dan DampaknyaInggris Halaman all(1816)|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/0704/0605/111643379134026579/traktatpengembalian-londonhindia-latarbelanda-belakangdari-isiinggris-dan-dampaknya1816|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
[[Inggris]] menduduki wilayah [[Hindia Belanda]] pada 1811. Namun, kekalahan [[Inggris]] dalam perang melawan [[Prancis]] dan [[Belanda]] menyebabkan [[Inggris]] harus mengembalikan wilayah [[Hindia Belanda]] kepada Belanda melalui [[Konvensi London tentang Pencegahan Polusi Laut melalui Pembuangan Limbah dan Materi-Materi Lainnya|Konvensi London]] pada tahun 1814. Tapi, realisasi baru terjadi pada tahun 1816. Bahkan di [[Maluku]] peralihan baru terjadi pada tahun 1817.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-04-05|title=Pengembalian Hindia Belanda dari Inggris (1816)|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/05/134026579/pengembalian-hindia-belanda-dari-inggris-1816|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Kekuasaan atas [[Maluku]] dipindahkan dari Gubernur Inggris, W. B. Martin kepada Komisaris Pemerintah Belanda, Nicolaas Engelhard dan J. A. van Middelkoop di Benteng Victoria pada 24 Maret 1817. Keduanya tiba di Ambon pada Februari 1817.
Baris 59:
 
====Seluruh Kapitan Maluku berkumpul di Gunung Saniri====
Awal mula Thomas Matulessy menjadi Kapitan Pattimura bermula dari Thomas pergi ke sekitaran [[Pulau Molana]] untuk memancing ikan kemudian ada orang tua yang sambil memegang burung meneriaki Thomas ''"Hey Thomas pulang ose menjadi Kapitan".'' Jawab Thomas ''" Sio Beta pung Kaki kerabu, mau jadi Kapitan?"''. orang tua itupun menjawab dengan tegas ''"Tidak, pulang jadi kapitan!"''. Seketika Raja Molana yang bernama Raja Pattiwarang dan Istrinya Nyai Kimla sudah menyiapkan Thomas Matulessy Baju Kapitan Thomas mengukur baju tersebut pas dan thomas pun kembali menggayung perahu dari [[Pulau Molana]] ke [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Negeri Haria]].<ref>{{Citation|title=SEJARAH KAPITAN PATIMURA|url=https://www.youtube.com/watch?v=FITcQFikMgw|accessdate=2023-01-25|language=id-ID}}</ref>
[[Berkas:Gunung Saniri.jpg|jmpl|Gunung Saniri awal dari perang rakyat Maluku melawan Belanda tahun 1817. Dalam sejarahnya, di Gunung Saniri berkumpul para Latupati atau Raja-Raja dan tokoh masyarakat Pulau Saparua.<ref>{{Cite web|title=Acara Obor Pattimura > Upacara Adat {{!}} Beautiful Indonesia UMM|url=http://beautiful-indonesia.umm.ac.id/id/foto/jelajah-daerah/maluku/acara-obor-pattimura.html#:~:text=Gunung%20Saniri%20adalah%20salah%20satu,dan%20tokoh%20masyarakat%20Pulau%20Saparua.|website=beautiful-indonesia.umm.ac.id|access-date=2023-01-26}}</ref>]]
Awal mula Thomas Matulessy menjadi Kapitan Pattimura bermula dari Thomas pergi ke sekitaran [[Pulau Molana]] untuk memancing ikan kemudian ada orang tua yang sambil memegang burung meneriaki Thomas ''"Hey Thomas pulang ose menjadi Kapitan".'' Jawab Thomas ''" Sio Beta pung Kaki kerabu, mau jadi Kapitan?"''. orang tua itupun menjawab dengan tegas ''"Tidak pulang jadi kapitan!"''. Seketika Raja Molana yang bernama Raja Pattiwarang dan Istrinya Nyai Kimla sudah menyiapkan Thomas Matulessy Baju Kapitan Thomas mengukur baju tersebut pas dan dia kembali menggayung perahu dari [[Pulau Molana]] ke [[Haria, Saparua, Maluku Tengah |Negeri Haria]].<ref>{{Citation|title=SEJARAH KAPITAN PATIMURA|url=https://www.youtube.com/watch?v=FITcQFikMgw|accessdate=2023-01-25|language=id-ID}}</ref>
 
Kedatangan kembali [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] pada tahun 25 Maret 1817 mendapat tantanganpertentangan keras dari rakyat
menolak tegas kedatangan Belanda Hal ini disebabkan karena kondisi [[politik]], [[ekonomi]], dan [[hubungan]] kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Hal ini yang membuat semua Negeri di [[Maluku]] marah, sehingga adamuncul istilah di kalangan masyarakat maluku, suatu peribahasa yang digunakan yaitu (''pantung'') dipada waktusaat itu, sesuai cerita orangtuaorang tua di maluku.
 
Pantung itu begini: ''"cengkeh cupa-cupa, beras gantang-gantang, orang laeng yang susah, orang laeng tarima gampang."''
 
Itu merupakan sikap protes masyarakat atas monopoli buah [[Cengkih|cengkeh]] & [[Pala]] yang sedang dilakukan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|kompeni]], waktu itu. Pantung itu lahir dari keadaan bahwa karena hasil [[Cengkih|cengkeh]] melimpah dan kompeni datang ke negeri-negeri membuat hal-hal untuk "kasih sanang masyarakat" lalu mereka mengambil semua hasil (cengkeh, red) dengan cuma-cuma atau dengan harga sangat murah.
Hal ini menggelisahkan hati semua penduduk sehingga memicu aksi perlawanan yang diinisiasi melalui pertemuan di gunung Saniri.
 
"Pattikakan atau Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata Amalatu (Siri-Sori Islam) pegang peranan mengatur strategi. Keadaan yang semakin panas, membuat Pattikakan bergegas mengumpumpulkan para Kapitan Patasiwa Patalima di Gunung Saniri. Lewat surat kepada para kapitan, ia memberi seruan untuk berkumpul. Surat itu ditandai dengan bulu ayam warna putih dan hitam, yang artinya surat harus disebar baik siang ataupun malam bagi siapapun yang menerimanya.
 
Semenjak saat itu para Kapitano/ Malesio yang berjumlah 99, mengirim pasukan kabaresinya masing - masing di mulai dari Negeri - negeri yang ada di pulau [[Saparua]], [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusa laut]], [[banda]], Amarima nusa hatuhaha, [[Haruku]], [[Leitimur]], [[Leihitu]], [[ambon]], [[pulau seram]] dan sekitarnya. Sedangkan untuk wilayah Seram dan sekitarnya yang di beri mandat sebagai Koordinasi Pasukan saat itu adalah " salah satu " Moyang dari negri latu dan Hualoi yaitu Kapitan Ahmad lussy menuju ke Nusa ina [[Pulau Saparua]].<ref>{{Cite web|last=onlySavior|title=perlawanan terhadap belanda dimulai dengan penyerbuan benteng belanda duurtsde pada tanggal 15 mei 1817, perlawanan ini di pimpin thomas matulesi. dalam penyerbuan ini benteng duurtstede dapat di rebut rakyat, bahkan residen belanda. van den berg ikut tewas dalam pertempuran ini.|url=https://nesia.ir/post/perlawanan-terhadap-belanda-dimulai-deng.p713|website=nesia|language=Indonesian|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Di Pulau Saparua inilah 99 kapitano/malesio berkumpul di negeri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]] tepatnya adalah di ''Gunung Saniri'' yang berbatasan dengan negri [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri - Sori Islam]] / [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sarane]] ". untuk "''Bermusyawara''" bersama2 dalam mengatur strategi penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng durstede]].
Satu - satunya Pemberontak dari Muslim yang membawa Pasukan untuk menyerang bangsa Penjajah Belanda dari arah zasirah tenggara Honimua " Siri - Sori Islam " hanyalah " Sayyid Perintah (Tuan Pemimpin) atau memiliki nama asli adalah " ''Sarasa Sanaky Tepasiwa'' " dan telah dikisahkan Bahwa sang Pahlawan Legendaris ini, semasa hidupnya selalu menjadi Target untuk di cari oleh pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara|Vereenigde Oostindische Compagnie]] namun sampai akhir hayatnya [[Belanda]] tidak pernah menemukannya, Sayyid Perintah selama hidupnya selalu berpindah tempat dan bersembunyi di wilayah Benteng Ampatal Saillo, kemudian ke [[Hatumete, Tehoru, Maluku Tengah|Hatumete]] dan ke puncak Elhau untuk mengatur strategis dalam penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng Durstede]] bersama Thomas Matulessy.
==== Thomas Matulessy dilantik menjadi Kapitan Pattimura ====
Semua Kapitano/malesio Kabaressy, berkumpul di gunung Saniri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|negeri Tuhaha]] karena wilayah tuhaha dan wilayah [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|siri - sori islam]] merupakan wilayah yang luas dan sangat strategis dalam memantau secara langsung dari ketinggian pergerakan kaum penjajah [[Bangsa Belanda]] yang ada di [[Benteng Duurstede|benteng Durstede]] dan sekitarnya.
[[Berkas:Perang Pattimura.jpg|jmpl|Thomas Matulessy dilantik menjadi pemimpin dalam perang Pattimura 14 Mei 1817 <ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
Semua Kapitano/malesio Kabaressy, berkumpul di gunung Saniri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|negeri Tuhaha]] karena wilayah tuhaha dan wilayah [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|siri - sori islam]] merupakan wilayah yang luas dan sangat strategis dalam memantau secara langsung dari ketinggian pergerakan kaum penjajah [[Bangsa Belanda]] yang ada di [[Benteng Duurstede|benteng Durstede]] dan sekitarnya.
 
Kemudian di wilayah gunung saniri ini juga susah untuk [[Belanda]] melakukan patroli kearah gunung, karena penuh dengan resiko, hampir semua pos pejuang tersebar di hutan - hutan Tuhaha, siri sori islam/sarane, itawaka, [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]] dan [[Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ouw]]. sehingga belanda harus berfikir Seribu kali, dalam melakukan Patroli/pengawasan saat itu. Kapitan Said Perintah dari Louhata merupakan otak dari penyerangan itu. Dia merupakan satu diantara penggagas untuk mengumpulkan para kapitan menyerang [[Benteng Duurstede|benteng Derustede]] yang dijaga ketat ratusan tentara kompeni saat itu. Sebelum penyerangan itu dilakukan, Sayyid Perintah menjalankan sebuah ritual ibarat “Saimbara” guna mencari siapa kapitan yang bakal memimpin pasukan melakukan infasi ke pertahan Belanda. “Saimbara” itu dilakukan dengan menanam sebuah [[tombak]] yang ujungnya terhunus mengarah keatas. Para kapitan yang berkumpul diminta untuk bisa berdiri di atas tombak. Siapa yang mampu menaklukkan permintaan itu akan ditunjuk menjadi pemimpin pasukan.
 
Satu per satu kapitan yang berkumpul kemudian mencoba menunjukan kebolehan
Saimbara pun berlangsung. Tapi belum ada yang mampu memenuhi permintaan itu. Hingga salah satu kapitan dari Leawaka [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] mampu melakukannya Kapitan itu adalah [[Thomas Matulessy]]. Kapitan itu naik ke ujung tombak. Saat berdiri di ujung tombak yang terhunus, kaki sang kapitan berdarah karena tertikam ujung tombak. Darah segar pun mengalir, setelah itu sang kapitan turun dari tombak, disambut kapitan Said Perintah dan pada tahun 14 Mei 1817 [[Thomas Matulessy]] dipilih sebagai pemimpin pasukan perang pattimura.
 
==== Rapat umum Negeri Haria ====
Pada 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Thomas Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.
 
"Yang memimpin rapat adalah Kapitan Aipassa. Namun ia tidak mau namanya disebut, sebab dalam kebiasaan waktu itu, bila nama seseorang dikenal, para lawan bisa menyusahkan bangsanya (soa/marga, red)".
 
Kapitan Aipassa dipercayakan memimpin rapat itu sebab lokasi itu adalah milik negeri Beinusa. Melalui rapat itu ditetapkan beberapa keputusan, antara lain: (a) semua kapitang besar harus memimpin rakyatnya untuk "angka parang lawang kompeni". (b) di mana ada kompeni di kerajaan-kerajaan kita, semua raja dan kapitang harus mengusir mereka, dan jangan bergaul dengan mereka, karena sudah "biking susah rakyat'. (c) ditunjuk Thomas Matulessy, sebagai Panglima Perang dan benteng Duurstede "musti dapa serang kamuka".
 
dan pada tahun 14 Mei 1817 [[Thomas Matulessy]] dipilih sebagai pemimpin pasukan perang pattimura.
<ref>{{Cite journal|last=Madrohim dan Midhio, I. W.|date=2021|title=Study on the Implementation of the Total War Strategy in War Against the Dutch Occupation: Pattimura War Case Study|url=https://www.asianinstituteofresearch.org/_files/ugd/ed8b62_32f33cf583bf4e6e987c7da53a1cd880.pdf|journal=Journal of Social and Political Sciences|publisher=The Asian Institute of Research|volume=4|issue=2|pages=209|doi=10.31014/aior.1991.04.02.289|issn=2615-3718}}</ref>
 
==== Thomas Matulessy memimpin Rakyat Maluku melawan Belanda ====
Desas desus rencana perlawanan sebenarnya sudah sampai ke Residen di [[Pulau Saparua|Saparua]] dan bahkan pemerintah [[Belanda]] di [[Kota Ambon|Ambon]] juga sudah mendapat informasi, tetapi diacuhkan karena dianggap sebagai rumor.<ref>{{Cite web|date=2021-09-06|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura?|url=https://www.sinarharapan.net/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura/|website=sinarharapan.net|language=en-US|access-date=2023-01-25}}</ref>
[[Berkas:Perang Pattimura 1.jpg|jmpl|Penyerangan Benteng Duurstede Rakyat Maluku dibawah pimpinan Thomas Matulessy<ref>{{Cite web|last=Team|first=Ruangguru Tech|title=Perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin oleh Thomas...|url=https://roboguru.ruangguru.com/forum/perlawanan-rakyat-maluku-yang-dipimpin-oleh-thomas-mattulesy-diawali-dengan-_FRM-H0BVQAY4|website=roboguru.ruangguru.com|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
Ketika informasi ini sampai di Ambon, perlawanan rakyat yang dipimpin Thomas Matulessy tertanggal 15 Mei 1817 telah berhasil merebut Benteng Duurstede yang menewaskan Residen van den Berg dan keluarganya bersama seluruh penghuni benteng.
 
Ketika informasi ini sampai di [[Kota Ambon|Ambon]], perlawanan rakyat yang dipimpin Thomas Matulessy tertanggal 15 Mei - 16 Mei 1817 telah berhasil merebut [[Benteng Duurstede]] dan membantai Residen Johannes Rudolph van den Berg (yang baru tiba dua bulan sebelumnya), istrinya, tiga anaknya, dan pengasuh mereka. Satu-satunya orang Belanda yang selamat adalah putra Van den Berg yang berusia lima tahun, Jean Lubbert.
Residen van den Berg, sempat meminta bantuan, tapi catatannya tidak sempat terkirim dan catatan ini ditemukan belakangan yang menyatakan,
 
Residen van den Berg, sempat meminta bantuan, tapi catatannya tidak sempat terkirim dan catatan ini ditemukan belakangan yang menyatakan,
''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen , alles is in oproer” Van den Berg.''
 
''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen , alles is in oproer” Van den Berg.''
 
Kurang lebih berarti, ''"Sersan segera datang dengan 12 orang bersenjata tajam, untuk menyelamatkan saya, semuanya dalam kekacauan".''<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-10-04|title=Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/04/190000779/latar-belakang-terjadinya-perlawanan-pattimura-di-saparua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan pemerintah Belanda di [[Kota Ambon|Ambon]] ketika Gubernur van Middelkoop pada 17 Mei 1817 memperoleh sepucuk surat yang dikirim isteri Residen van den Berg, Johanna Christina Umbgrove tertanggal 13 Mei 1817, yang menginfokan, kalau suaminya telah ditangkap penduduk di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] atau [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]]. Dia melarikan diri ke benteng dan meminta bantuan segera dikirim dari Ambon.
Desas desus rencana perlawanan sebenarnya sudah sampai ke Residen di [[Pulau Saparua|Saparua]] dan bahkan pemerintah [[Belanda]] di [[Kota Ambon|Ambon]] juga sudah mendapat informasi, tetapi diacuhkan karena dianggap sebagai rumor.<ref>{{Cite web|date=2021-09-06|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura?|url=https://www.sinarharapan.net/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura/|website=sinarharapan.net|language=en-US|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan pemerintah Belanda di Ambon ketika Gubernur van Middelkoop pada 17 Mei 1817 memperoleh sepucuk surat yang dikirim isteri Residen van den Berg, Johanna Christina Umbgrove tertanggal 13 Mei 1817, yang menginfokan, kalau suaminya telah ditangkap penduduk di Haria atau Porto. Dia melarikan diri ke benteng dan meminta bantuan segera dikirim dari Ambon.
 
Persoalan bermula, ketika Residen van den Berg mengirim seorang penjaganya ke Negeri [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]] untuk menangani Arumbai (kapal tradisional Maluku) yang penuh muatan palisade (pagar kayu). Tapi, penjaga itu ditangkap dan dianiaya. Seketika itu, para pejuang Maluku menuju [[Benteng Duurstede]] di [[Pulau Saparua]].<ref>{{Cite web|date=2021-09-01|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (2)|url=https://titastory.id/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-2/|website=TitaStory|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Penyerangan [[Benteng Duurstede]] ini menyebabkan, Gubernur Maluku mengirimkan ekspedisi ke [[Pulau Saparua|Saparua]] pada 1720 Mei 1817 untuk meredam perlawanan rakyat, dengan kekuatan cukup besar, yakni 112 pelaut dan marinir dari kapal Evertsen dan Nassau dan 188 prajurit garnisun di bawah komando Mayor Pioner Beetjes.

Pada 2820 Mei, pasukan Beetjes mendarat di Saparua. Mengetahui hal tersebut, dengan segera Thomas Matulessy mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar 1.000 orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] sampai ke teluk [[Pulau Saparua|Saparua]]. Pattimura bersama pasukannya, Dan pada saat ekspedisi hampir mendekati Pulau [[Pulau Saparua|Saparua]] pejuang Thomas Matulessy sudah menunggu di tepi pantai. Ekspedisi Beetjes yang membawa sekitar 300 prajurit ini gagal total.
Ada 159 orang yang tewas dari pihak Belanda, termasuk Mayor Beetjes. Pasukan yang selamat kembali ke Ambon dan sempat berlabuh di Negeri Suli dan Pulau Haruku.
Peristiwa kemenangan pasukan Thomas Matulessy ini telah mengobarkan semangat perlawanan rakyat untuk melawan Belanda di hampir semua kepulauan rempah.<ref>{{Cite web|last=Redaksi|first=Tim|date=2021-09-02|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (2)|url=https://bergelora.com/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-2/|website=BERGELORA.COM|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Perlawanan rakyat Maluku berikutnya meluas hingga ke Ambon dan ke pulau-pulau sekitarnya,yang berlangsung hingga beberapa bulan lamanya dan dikuasai oleh rakyat yang dipimpin olehKapitan Pattimura, Anthone Rhebok, [[Paulus Tiahahu]], [[Martha Christina Tiahahu]], Philips Latumahina, Said Perintah, dan Thomas Pattiwael.
 
==== Proklamasi Negeri Haria ====
[[Berkas:Baileo Haria.jpg|jmpl|Rumah Adat Baileo Negeri Haria, Saparua, Maluku Tengah. Tempat dimana dibacakannya Proklamasi Haria 28 Mei 1817<ref name="tutuwawang.blogspot.com">{{Cite web|date=Minggu, 05 Oktober 2014|title=beta Masilli: Pahlawan Asal Maluku selain Pattimura & Martha Ch. Tiahahu|url=https://tutuwawang.blogspot.com/2014/10/pahlawan-asal-maluku-selain-pattimura.html|website=beta Masilli|access-date=2023-01-27}}</ref>]]Pada 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut. Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2022-11-01|title=Kisah Perjuangan Kapitan Pattimura dan Hal Positif yang Bisa Dicontoh|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/534199/kisah-perjuangan-kapitan-pattimura-dan-hal-positif-yang-bisa-dicontoh|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-01-28}}</ref>
Pada 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Thomas Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.
 
pada tanggal 20 Mei 1817 Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapaly, [[Melchior Kesaulya]] dan Sarassa Sanaki, [[Martha Christina Tiahahu]], dan [[Paulus Tiahahu]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
"Waktu perang itu mau dimulai, yang memimpin rapat adalah Kapitan Aipassa. Namun ia tidak mau namanya disebut, sebab dalam kebiasaan waktu itu, bila nama seseorang dikenal, para lawan bisa menyusahkan bangsanya (soa/marga, red)".
 
Barulah 28 Mei 1817 “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano” dibacakan tetapi sebelum dibacakan [[Melchior Kesaulya|Melchior]]-lah yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” dibawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron. Serta Proklamasi Haria disusun oleh Thomas Matulessy.<ref name="tutuwawang.blogspot.com"/><ref>{{Cite web|title=GUNUNG SANIRI: Renungan Jelang... - Elifas Tomix Maspaitella|url=https://www.facebook.com/1420158039/posts/gunung-sanirirenungan-jelang-200-tahun-pattimura-3gunung-saniri-bisa-dikatakan-s/10215117569078843/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
Kapitan Aipassa dipercayakan memimpin rapat itu sebab lokasi itu adalah milik negeri Beinusa. Melalui rapat itu ditetapkan beberapa keputusan, antara lain: (a) semua kapitang besar harus memimpin rakyatnya untuk "angka parang lawang kompeni". (b) di mana ada kompeni di kerajaan-kerajaan kita, semua raja dan kapitang harus mengusir mereka, dan jangan bergaul dengan mereka, karena sudah "biking susah rakyat'. (c) ditunjuk Thomas Matulessy, sebagai Panglima Perang dan benteng Duurstede "musti dapa serang kamuka".
 
1 Juni 1817 serangan berturut-turut yang dilancarkan oleh rakyat tidak berhasil karena serdadu Belanda di Benteng Zeelandia semakin kuat dengan datangnya bantuan militer ke Ambon.
Setelah Rapat selesai,Setelah Thomas Matulessy dilantik dan berhasil menduduki Benteng Duurstede 15 Mei 1817,
Bala bantuan serdadu Belanda terus berdatangan lengkap dengan peralatan perang, kemudian melakukan penyerangan ke Benteng Duurstede yang dikuasai pasukan Pattimura. Karena terus dihujani peluru dan meriam, Benteng Duurstede akhirnya ditinggalkan rakyat dan kembali dikuasai Belanda. Dengan kedudukan Belanda yang semakin kuat.<ref>{{Cite web|title=Vredeburg.id|url=https://vredeburg.id/id/post/perjuangan-paripurna-kapitan-pattimura|website=vredeburg.id|access-date=2023-01-28}}</ref>
 
Pada 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut. Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2022-11-01|title=Kisah Perjuangan Kapitan Pattimura dan Hal Positif yang Bisa Dicontoh|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/534199/kisah-perjuangan-kapitan-pattimura-dan-hal-positif-yang-bisa-dicontoh|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-01-28}}</ref>
 
pada tanggal 20 Mei 1817 Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, [[Melchior Kesaulya]] dan Sarassa Sanaki, [[Martha Christina Tiahahu]], dan [[Paulus Tiahahu]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Barulah 28 Mei 1817 “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano” dibacakan tetapi sebelum dibacakan [[Melchior Kesaulya|Melchior]]-lah yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” dibawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron. Serta Proklamasi Haria disusun oleh Thomas Matulessy.<ref>{{Cite web|title=GUNUNG SANIRI: Renungan Jelang... - Elifas Tomix Maspaitella|url=https://www.facebook.com/1420158039/posts/gunung-sanirirenungan-jelang-200-tahun-pattimura-3gunung-saniri-bisa-dikatakan-s/10215117569078843/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref><ref>{{Cite web|date=Minggu, 05 Oktober 2014|title=beta Masilli: Pahlawan Asal Maluku selain Pattimura & Martha Ch. Tiahahu|url=https://tutuwawang.blogspot.com/2014/10/pahlawan-asal-maluku-selain-pattimura.html|website=beta Masilli|access-date=2023-01-27}}</ref>
 
====Gunung Frikadel====
[[Berkas:Gunung Frikadel.jpg|jmpl|Bukti Peta Gunung Frikadel tempat rahasia di mana Thomas Matulessy dan pasukannya membantai tentara Belanda.<ref>{{Cite web|date=2017-04-10|title=Alexander Jacob Patty (2), "Hiduplah Gunung Saniri"|url=https://www.tribun-maluku.com/alexander-jacob-patty-2-hiduplah-gunung-saniri/04/10/|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>]]
Dalam salah satu tulisan dari A.Y. Patty pada Harian Mena Moeria (1924) yang berjudul "Hiduplah Gunung Frikadel" (Bld. Frikandel sama dengan perkedel). Ini dianggap sebagai penghinaan kepada [[Hindia Belanda]], karena itu merupakan tempat rahasia di mana Thomas Matulessy dan pasukannya membantai tentara Belanda.
 
lokasi itu berada di bawah gunung Saniri, tepatnya di bagian belakang lokasi Kuburan Cina saat ini. Istilah Pirkadel, begitulah dikatakan dalam dialeg Tuhahanya, artinya perkedel. Jadi kita bisa membayangkan bagaimana peristiwa peperangan itu sendiri, dan mengapa tulisan A.Y. Patty menimbulkan kemarahan Belanda saat itu.<ref>{{Cite web|date=2017-04-10|title=Alexander Jacob Patty (2), "Hiduplah Gunung Saniri"|url=https://www.tribun-maluku.com/alexander-jacob-patty-2-hiduplah-gunung-saniri/04/10/|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
 
Goenong Frekadel, 1898 Gunung/bukit Frekadel (vorkadel, porkadel) ini pertama kali ditulis dalam arsip Belanda pada tanggal 9 September 1815. Nama bukit ini disebut dalam sebuah laporan milik Letnan 2 Laut Jan Janszoon Boelen yang bertugas di kapal perang (fregat) Maria Reijsbergen.
Jurnal ini berisi catatan harian dari tanggal 9 September 1815 – 10 Agustus 1819.
 
Nama gunung/bukit ini muncul lagi pada arsip tanggal 16 Maret 1829, berupa proses verbal atau interogasi terhadap para pelaku pemberontakan Saparua tahun 1829 yang dibuat oleh Asisten Residen Saparoea – Haruku, Johanes van der Ebb. Menurut isi laporan itu, gunung ini dijadikan tempat pertemuan merancang pemberontakan., Johannes van der Ebb menulis namanya Goenong Frekadel.
 
Nama gunung/bukit ini muncul lagi pada arsip tanggal 25 September 1829, yang garis besarnya tentang proses verbal para pelaku pemberontakan.
Prof. Karl Martin, seorang ahli geologi mendeskripsikan gunung/bukit Frekadel sbg berikut : Pada bagian “tengah” negeri Saparua, di sebelah timur gunung/bukit Rila, terdapat sebuah gunung/bukit yang bernama Frekadel, tingginya lebih kurang 130 Meter. Di sebelah barat daya dari bukit ini, terdapat gunung/bukit Kayu Putih Besar (Kajuputi besar), tingginya lebih kurang 180 Meter. “Kaki” gunung/bukit ini akan berakhir pada lokasi Benteng Duurstede dan Tanjung Torano yang berlokasi di dekat pantai.
 
Bukit/gunung Kayu Putih Besar inilah yang sekarang dikenal sebagai Gunung Saniri.<ref>{{Cite web|title=Saparua Kota - Goenong Frekadel, 1898 Gunung/bukit...|url=https://www.facebook.com/321622138012029/posts/goenong-frekadel-1898gunungbukit-frekadel-vorkadel-porkadel-ini-pertama-kali-dit/1083188341855401/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
 
== Pengkhianatan & penangkapan Pattimura ==
Baris 145 ⟶ 132:
 
Namun begitulah takdir, perjuangan Pattimura harus berakhir oleh pengkhianatan rakyatnya sendiri, [[Lilibooi, Leihitu Barat, Maluku Tengah|raja dari negeri Lilibooi]], Pati Akoon, dan Tuwanakotta di [[Ambon]], Maluku, yang selama ini mati-matian dibelanya. Semua berawal dari [[Belanda]] yang mengetahui bahwa Negeri Lilibooi, menjalin hubungan Pela dengan Haria oleh karena itu Pemerintah Belanda berusaha mencari tau informasi tempat persembunyian Thomas Matulessy melalui Raja Lilibooi Tersebut.
 
Malam 11 November 1817, Pattimura dan pasukannya sedang berdiam di sebuah rumah di hutan booi. Tidak ada perbincangan apapun, mereka hanya diam termenung. Tiba-tiba terdengar keramaian di luar dan pintu terbuka oleh tendangan seseorang. Beberapa tentara merangsek masuk, mengarahkan senjata ke semua orang.
Seorang opsir berteriak memberi perintah untuk menyerah, sambil mengarahkan senjatanya ke dada Pattimura.
 
Kemudian masuk dan berteriak raja Lilibooi: ''“Thomas, menyerahlah engkau. Tidak ada gunanya melawan. Rumah ini sudah dikepung empat puluh serdadu yang siap menembak mati kalian.”''
 
''“Terkutuklah engkau, pengkhianat!”'' geram Pattimura, seraya digiring keluar dari Negeri Booi, sebelum diberangkatkan ke Ambon.<ref name="ReferenceB">{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati - Historia|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=historia.id|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref>
 
Tidak disebutkan apakah raja Lilibooi mendapat imbalan atas pengkhianatannya itu. Namun I.O. Nanulaitta dalam Kapitan Pattimura menyebut alasan raja Lilibooi menjual informasi kepada Belanda karena dendam setelah Pattimura menurunkan posisinya sebagai pemimpin rakyat.
Baris 157 ⟶ 144:
Kabar penangkapan Pattimura tersiar ke seluruh pelosok negeri dengan sangat cepat. Para pemimpin perang lain pun segera menjadi target perburuan. Sebagian memilih meletakkan senjata, namun sebagian lain memutuskan tetap berperang. Mereka tidak ingin nasibnya berakhir di tiang gantung, dan terus melanjutkan perjuangan Pattimura.Setiba di Ambon, Pattimura dan sejumlah pejuang yang tertangkap dikurung di benteng Victoria. Selama di dalam penjara, mereka diinterogasi oleh tentara. Namun Pattimura menutup rapat-rapat mulutnya sehingga tidak banyak informasi yang didapat Belanda.
 
Memasuki bulan Desember, para tahanan dihadapkan di depan Ambonsche Raad van Justitie (Dewan Pengadilan Ambon). Setelah melalui beberapa sidang, vonis pun dijatuhkan. Kapitan Pattimura, Anthone Rhebok, Said Perintah, dan Philip Latumahina mendapat hukuman paling berat sebagai pemimpin perang, yakni hukum gantung. Sementara tahanan lainnya diasingkan ke [[Jawa]]. Pattimura dan tiga orang lainnya mengisi hari-hari terakhir menjelang ekseskusi dengan renungan. “Suatu malam penuh ketegangan dan perjuangan batin. Pikiran keempat pemimpin itu melayang-layang ke sanak saudara. Kebebasan yang mereka ingini menyebabkan korban besar yang harus mereka berikan. Tetapi sekarang kembali mereka akan ditindas oleh kaum penjajah,”<ref>{{Cite web|datename=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati - Historia|url=https:"ReferenceB"//historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=historia.id|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref>
 
== Pattimura dihukum gantung==
Baris 165 ⟶ 152:
Di lapangan depan [[Benteng Victoria]], di [[Hunitetu, Inamosol, Seram Bagian Barat|pesisir Hunitetu]] kota [[Kota Ambon|Ambon]]. tiang gantung telah disiapkan. Para algojo pun telah berdiri di sampingnya, menunggu korbannya tiba. Sejumlah besar tentara dipersiapkan, baik di sekitar lapangan eksekusi maupun pantai untuk menghalau segala bentrokan yang mungkin terjadi. Rakyat Maluku pun telah berkumpul, berusaha melihat para pemimpin mereka untuk terakhir kalinya.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Sekitar pukul tujuh, Pattimura dan para terhukum lainnya tiba dengan tangan terikat, dan penjagaan yang amat ketat. Setelah mereka ditempatkan di depan tiang gantungan, Belanda masih menawarkan kerja sama sekali lagi kepada Thomas Matulessy
namun dijawab dengan suara lantang didepan perwira-perwira yang sedang menunggu eksekusi mereka
 
''" Beta akan mati tetapi akan bangkit Pattimura-Pattimura Muda yang akan meneruskan Beta punya perjuangan"''<ref>{{Cite web|date=2016-05-16|title=Semangat Pattimura Dalam Dinamika Pembangunan Maluku|url=https://www.tribun-maluku.com/semangat-pattimura-dalam-dinamika-pembangunan-maluku/05/16/|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia ''"Pattimura - Pattimura tua boleh dihancur-kan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit"''
 
Seorang petugas pengadilan membacakan putusan dewan hakim di depan seluruh orang yang hadir:
 
''“… mereka akan dihukum gantung sampai mati, dilaksanakan oleh para algojo. Kemudian mayat mereka akan dibawa keluar dan digantung agar daging mereka menjadi mangsa udara dan burung-burung, dan digantung agar tulang belulang mereka menjadi debu sehingga dengan demikian menjadi suatu pelajaran yang menakutkan bagi turun-temurun. Bahwa Thomas Matulessy untuk selama-lamanya akan digantung di dalam sebuah kurungan besi dan sekalipun telah menjadi debu, akan menimbulkan ketakutan karena perbuatannya,”''<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Philips Latumahina menjadi yang pertama menaiki tiang gantung. Tali dipasangkan dan genderang dibunyikan. Namun sesaat kemudian ia terjatuh. Tali maut itu ternyata tidak mampu menahan beban Latumahina yang memang berbadan besar. Dengan susah payah, algojo menyeretnya kembali ke depan tiang gantungan. Malang nasibnya, ia harus merasakan tali gantungan untuk kedua kalinya. Beberapa detik kemudian nyawanya pun melayang.<ref>{{Cite web|title=Pahlawan Nasional Maluku|url=http://balagu.50webs.com/pahlawan/phmaluku/philipslatumahina.html|website=balagu.50webs.com|access-date=2023-01-25}}</ref>
Baris 182 ⟶ 169:
Selanjutnya dilanjutkan oleh terpidana hukuman mati yang ke empat [[Melchior Kesaulya]] empat orang pejuang telah berpulang, kini tibalah giliran sang panglima tertinggi Maluku berhadapan dengan tiang gantungan. Dari atas tempat eksekusi ia bisa melihat puluhan musuh yang sangat ingin ia hancurkan sedang menontonya. Sementara di kejauhan ia menatap Rakyat Maluku yang hendak ia bebaskan, meski gagal.
 
Thomas Matulessy naik ke atas dengan langkap mantap. Saat algojo memasangkan tali di lehernya, sambil mengarahkan pandangannya ke arah hakim-hakim Belanda, Dengan suara tenang dan keras Thomas Matulessy mengucapkan kata-kata perpisahannya: “Slammat Tinggal Toewan-toewan!” Ini merupakan kata terakhir Thomas Matulessy.<ref>{{Cite web|datename=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati - Historia|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=historia.id|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}<"ReferenceB"/ref>
 
==== Pahlawan dari staf inti Thomas Matulessy yang di hukum gantung ====
Baris 208 ⟶ 195:
 
==Matulessia menjadi Matulessy==
Berdasarkan keterangan beberapa orang yang bermaga Matulessy, setelah perang Pattimura, Belanda tidak menerima raja, patih, murid, pegawai, serdadu atau agen polisi, yang bermarga Matulessia. Matulessia merupakan perubahan dari Matatulalessi (mata: mati, tula: dengan, lessi: lebih). "Fam itu harus diganti, lalu ada keluarga yang berganti fam menjadi Matulessy atau Matualessy,"
 
Namun, ada yang tetap memakai Matulessia. Di Hulaliu, keluarga itu mengganti namanya menjadi Lesiputih artinya putih lebih yang mengandung makna orang putih yang menang. Pada 1920, atas rekes (surat permohonan) dari keluarga tersebut, Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum, memutuskan mengizinkan keluarga Lesiputih memakai nama Matulessy lagi.<ref>{{Cite web|datename=2017-05-15|title=Dari Matulessia Menjadi Matulessy|url=https://"historia.id"/politik/articles/dari-matulessia-menjadi-matulessy-D8eBo|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
== Gelar pahlawan nasional==
Baris 217 ⟶ 204:
 
==Penghargaan Pattimura==
Nama Pattimura kini diabadikan sebagai nama [[Universitas Pattimura]], [[Kodam XVI/Pattimura]] dan [[Bandar Udara Internasional Pattimura]] di [[Kota Ambon|Ambon]].<ref>{{Cite web|title=Ada Peristiwa Apa pada Tanggal 16 Desember?|url=https://kumparan.com/kabar-harian/ada-peristiwa-apa-pada-tanggal-16-desember-1zREP5Y2JLC|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-01-29}}</ref>
Dan juga [[Kapal Perang]] [[Indonesia]] [[KRI Kapitan Patimura (371)]]<ref>{{Cite web|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2020-06-24|title=KRI Kapitan Pattimura 371, Kapal Jenis Korvet Pertama Indonesia|url=https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1224143-kri-kapitan-pattimura-371-kapal-jenis-korvet-pertama-indonesia|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref> beserta di Gambar Mata Uang Republik Indonesia [[Rp1.000]] Thomas Matulessy<ref>{{Cite web|last=Chaeroni|first=Fitri|title=Pahlawan di Lembaran Uang: Kisah Pattimura|url=https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20161103130049-445-169973/pahlawan-di-lembaran-uang-kisah-pattimura|website=student|language=id-ID|access-date=2023-01-29}}</ref>, Kapitan Pattimura Emisi 2000-2016. dan jalan, serta patung; ada juga jalan-jalan yang dinamai menurut namanya di seluruh [[indonesia]]. Di [[Wierden]], [[Belanda]], sebuah jalan di [[lingkungan]] [[Maluku]] dinamai Pattimura.<ref>{{Cite web|title=10 Orang Indonesia yang Namanya Diabadikan sebagai ‘Nama Jalan’ di Luar Negeri. Ada Presiden, Ada Pula Rakyat Biasa|url=https://floresku.com/read/10-orang-indonesia-yang-namanya-diabadikan-sebagai-nama-jalan-di-luar-negeri-ada-presiden-ada-pula-rakyat-biasa|website=floresku.com|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref>
 
==Gunung Frikadel==
[[Berkas:Gunung Frikadel.jpg|jmpl|Bukti Peta Gunung Frikadel tempat rahasia di mana Thomas Matulessy dan pasukannya membantai tentara Belanda.<ref name="tribun-maluku.com">{{Cite web|date=2017-04-10|title=Alexander Jacob Patty (2), "Hiduplah Gunung Saniri"|url=https://www.tribun-maluku.com/alexander-jacob-patty-2-hiduplah-gunung-saniri/04/10/|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>]]
Dalam salah satu tulisan dari A.Y. Patty pada Harian Mena Moeria (1924) yang berjudul "Hiduplah Gunung Frikadel" (Bld. Frikandel sama dengan perkedel). Ini dianggap sebagai penghinaan kepada [[Hindia Belanda]], karena itu merupakan tempat rahasia di mana Thomas Matulessy dan pasukannya membantai tentara Belanda.
 
lokasi itu berada di bawah gunung Saniri, tepatnya di bagian belakang lokasi Kuburan Cina saat ini. Istilah Pirkadel, begitulah dikatakan dalam dialeg Tuhahanya, artinya perkedel. Jadi kita bisa membayangkan bagaimana peristiwa peperangan itu sendiri, dan mengapa tulisan A.Y. Patty menimbulkan kemarahan Belanda saat itu.<ref name="tribun-maluku.com"/>
 
Goenong Frekadel, 1898 Gunung/bukit Frekadel (vorkadel, porkadel) ini pertama kali ditulis dalam arsip Belanda pada tanggal 9 September 1815. Nama bukit ini disebut dalam sebuah laporan milik Letnan 2 Laut Jan Janszoon Boelen yang bertugas di kapal perang (fregat) Maria Reijsbergen.
Jurnal ini berisi catatan harian dari tanggal 9 September 1815 – 10 Agustus 1819.
 
Nama gunung/bukit ini muncul lagi pada arsip tanggal 16 Maret 1829, berupa proses verbal atau interogasi terhadap para pelaku pemberontakan Saparua tahun 1829 yang dibuat oleh Asisten Residen Saparoea – Haruku, Johanes van der Ebb. Menurut isi laporan itu, gunung ini dijadikan tempat pertemuan merancang pemberontakan., Johannes van der Ebb menulis namanya Goenong Frekadel.
 
Nama gunung/bukit ini muncul lagi pada arsip tanggal 25 September 1829, yang garis besarnya tentang proses verbal para pelaku pemberontakan.
Prof. Karl Martin, seorang ahli geologi mendeskripsikan gunung/bukit Frekadel sbg berikut : Pada bagian “tengah” negeri [[Pulau Saparua|Saparua]], di sebelah timur gunung/bukit Rila, terdapat sebuah gunung/bukit yang bernama Frekadel, tingginya lebih kurang 130 Meter. Di sebelah barat daya dari bukit ini, terdapat gunung/bukit Kayu Putih Besar (Kajuputi besar), tingginya lebih kurang 180 Meter. “Kaki” gunung/bukit ini akan berakhir pada lokasi Benteng Duurstede dan Tanjung Torano yang berlokasi di dekat pantai.
 
Bukit/gunung Kayu Putih Besar inilah yang sekarang dikenal sebagai Gunung Saniri.<ref>{{Cite web|title=Saparua Kota - Goenong Frekadel, 1898 Gunung/bukit...|url=https://www.facebook.com/321622138012029/posts/goenong-frekadel-1898gunungbukit-frekadel-vorkadel-porkadel-ini-pertama-kali-dit/1083188341855401/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
 
== Kontroversi ==
Baris 227 ⟶ 230:
== Referensi ==
{{reflist|2}}
==Daftar pustaka==
*{{cite web
|url = https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak
|title = Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak
|last = Setyaningrum
|first = Puspasari
|date = 20 Juli 2022
|website = Kompas.com
|publisher = PT. Kompas Cyber Media
|access-date = 03 Februari 2024
|ref = {{sfnref|Setyaningrum|20 Juli 2022}}
}}
*{{cite web
|url = https://nasional.kompas.com/read/2008/05/15/08022810/~Regional~Maluku%20Papua
|title = Patung Pattimura Seberat 4 Ton Diresmikan
|last =
|first =
|date = 15 Mei 2008
|website = Kompas.com
|publisher = PT. Kompas Cyber Media
|access-date = 03 Februari 2024
|ref = {{sfnref||15 Mei 2008}}
}}
*{{cite web
|url = https://bergelora.com/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-2/
|title = Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (2)
|last =
|first =
|date = 02 September 2021
|website = Bergelora.com
|publisher =
|access-date = 03 Februari 2024
|ref = {{sfnref||02 September 2021}}
}}
*{{cite web
|url = https://kumparan.com/kumparannews/kisah-heroik-kapitan-pattimura-melawan-belanda-digantung-dan-makam-misterius-1yP8GVY5e7s
|title = Kisah Heroik Kapitan Pattimura: Melawan Belanda Digantung, dan Makam Misterius
|last =
|first =
|date = 05 Juli 2022
|website = Kumparan News
|publisher = PT. Dynamo Media Network
|access-date = 03 Februari 2024
|ref = {{sfnref||05 Juli 2022}}
}}
 
== Pranala luar ==
* [http://maluku.startpagina.nl/ The MATULESSY Web Site]
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=cUoGJSs9yOUC |title=A History of Christianity in Indonesia |first1=Jan |last1=Aritonang |first2=Karel |last2=Steenbrink |volume=35 |series= Studies in Christian mission |publisher=Brill |year=2008 |location=Leiden |isbn=978-1-109-18566-9 }}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=rVQoHVbUNvIC |title=Standard Catalog of World Paper Money. Volume 3, Modern Issues 1961-Date |last=Cuhaj |first=George |year=2004 |publisher=Krause Publications |location=Iola |isbn=978-0-87349-800-5 }}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=rVQoHVbUNvIC |title=Mengenal Pahlawan Indonesia |trans-title=Knowing Indonesian Heroes |language=id |first=Arya |last=Ajisaka |first2=Dewi |last2=Damayanti |publisher=Kawan Pustaka |year=2010 |location=Jakarta |edition=Revised |isbn=978-979-757-430-7 }}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=sez9aXBgIJoC |title=Separatism and State Cohesion in Eastern Indonesia |last=Lundry |first=Chris |publisher=Arizona State University |year=2009 |location=Ann Arbor |isbn=978-1-109-18566-9 }}{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=N5jc0h1BktwC |title=Sejarah Nasional Indonesia: Nusantara di Abad ke-18 dan ke-19 |trans-title=Indonesia's National History: Nusantara in 18th and 19th Century |language=id |first1=Marwati Djoened |last1=Poesponegoro |first2=Nugroho |last2=Notosusanto |author-link2=Nugroho Notosusanto |publisher=Balai Pustaka |year=1992 |location=Jakarta |volume=4 |isbn=978-979-407-410-7 }}{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C |title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia |trans-title=Footsteps of Heroes: Uniters of the Indonesian People |language=id |first=J. B. |last=Sudarmanto |publisher=Gramedia Widiasarana Indonesia |year=2007 |location=Jakarta |isbn=978-979-759-716-0 }}
 
{{Pahlawan Indonesia|state=collapsed}}
{{lifetime|1783|1817|Pattimura, Kapitan}}
 
[[Kategori:Tokoh dari Saparua]]
[[Kategori:Tokoh Maluku]]