Pemberontakan Trunajaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Baris 71:
== Pasukan-pasukan terlibat ==
[[Berkas:Arung Palakka - The conquest of Macassar.png|jmpl|Pasukan [[Bugis]] di bawah Pangeran [[Arung Palakka]] (foto) termasuk di antara mereka yang bersekutu dengan VOC untuk memadamkan pemberontakan tersebut.]]
Karena tidak memiliki tentara tetap, sebagian besar pasukan Mataram ditarik dari tentara yang dibangun oleh para vasal raja, yang juga menyediakan senjata dan perbekalan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=183}}{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Mayoritas prajurit tersebut adalah para petani yang diwajibkan oleh penguasa setempat ([[Bahasa Jawa|Jawa]]: ''sikep dalem'').{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Selain itu, tentara tersebut termasuk sejumlah kecil prajurit profesional yang ditarik dari para penjaga istana.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=183}} Tentara ini menggunakan [[meriam]], senjata api kecil termasuk [[kancing batu-api|senapan sundut]] ([[Bahasa Jawa|Jawa]]: ''senapan'', dari [[bahasa Belanda|Belanda]] ''snaphaens'') dan [[karabin]], [[kavaleri]], dan [[benteng]].{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Sejarawan [[M. C. Ricklefs]] mengatakan pengalihan teknologi militer Eropa kepada orang Jawa "cukup mendesak", dengan bubuk mesiu dan senjata buatan Jawa setidaknya pada 1620.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Orang-orang Eropa dipekerjakan untuk melatih pasukan tentara Jawa dalam penanganan senjata, keterampilan kepemimpinan militer, dan teknik konstruksi,{{sfn|Taylor|2012|p=49}} namun, terlepas dari pelatihan ini, para petani wajib militer dari tentara Jawa seringkalisering kali kurang disiplin dan melarikan diri selama pertempuran.{{sfn|Houben|Kolff|1988|pp=183–184}}{{sfn|Taylor|2012|pp=49–50}} Pasukan Mataram berjumlah "jauh lebih besar" daripada pemberontak berjumlah 9.000 di Gegodog pada September 1676,{{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}} jatuh menjadi hanya "rombongan kecil" setelah [[Jatuhnya Plered|jatuhnya ibu kota]] pada Juni 1677,{{sfn|Pigeaud|1976|p=74}} dan meningkat menjadi lebih dari 13.000 saat bergerak menuju ibu kota Trunajaya di Kediri pada akhir 1678.{{sfn|Ricklefs|1993|p=50}}
 
VOC memiliki tentara profesionalnya sendiri.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Setiap prajurit VOC memiliki pedang, senjata ringan, peluru, membawa kantong dan sabuk, bom asap, dan granat.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Mayoritas prajurit tetap VOC adalah orang Indonesia, dengan sejumlah kecil prajurit dan marinir orang Eropa, semuanya berada di bawah komando perwira Eropa.{{sfn|Pigeaud|1976|p=79}} Sementara dalam pengertian teknologi, pasukan VOC tidak lebih unggul dari rekan-rekan pribumi mereka,{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} mereka umumnya memiliki pelatihan, disiplin, dan peralatan yang lebih baik daripada tentara pribumi Indonesia.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Pasukan VOC juga berbeda dalam hal logistik: pasukannya bergerak selangkah demi selangkah diikuti oleh karavan panjang gerobak yang membawa perbekalan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Ini memberi mereka keuntungan atas pasukan Jawa, yang sering bertahan hidup dengan mengumpulkan atau mencuri makanan saat bepergian melalui pedesaan dan sering menghadapi kekurangan pasokan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Pasukan VOC berjumlah 1.500 pada 1676,{{sfn|Ricklefs|2008|p=92}} namun kemudian ditambah oleh sekutu Bugis di bawah kepimpinan [[Arung Palakka]]. Rombongan pertama dari 1.500 orang Bugis tiba di Jawa pada akhir 1678,{{sfn|Andaya|1981|p=218}} dan per tahun 1679 terdapat 6.000 prajurit Bugis di Jawa.{{sfn|Andaya|1981|p=221}}