Akun Twitter @SejarahRI terbentuk pada 14 Februari 2011, bertepatan dengan hari kasih sayang atau Valentine Day. Sebenarnya akun ini tercipta dengan nama awal @History_Indonesia, dengan jumlah followers dalam satu minggu sudah mencapai kurang lebih 2.000 followers. Sebuah capaian yang mengagumkan, apalagi pada waktu itu pengguna Twitter tak semembludak seperti saat ini.

Belakangan, berkat usulan dari para followers dan kami pertimbangkan juga memang terasa kurang tepat membuat akun sejarah Indonesia tapi memakai nama berbahasa Inggris, maka diubahlah @History_Indonesia menjadi @SejarahRI dengan tagline “Indonesia Punya Cerita”. Adapun filosofinya cukup unik, yaitu “Kembali ke Masa Depan”. Artinya, kembali ke masa lalu berarti memastikan masa depan. Sebab, masa depan yang cerah hanya bisa dibangun dengan pengetahuan akan masa lalu. Masa lalu adalah cerminan masa depan. Karenanya, belajar sejarah itu penting.

Adapun tujuan dibuat akun ini pada dasarnya sederhana, bahwa kita ingin membentuk media informasi dan komunikasi tentang sejarah Indonesia, khususnya bagi kalangan anak muda yang sering kali menjadi generasi yang berjarak dengan sejarah bangsa ini. Sehingga, diharapkan anak muda Indonesia bisa tahu jati diri bangsa ini, yang artinya itu jati diri mereka sendiri. Namun, pertanyaannya, bagaimana caranya? Padahal sejarah sudah diajarkan pada kita bahkan sejak SD, tapi masih saja ada jarak antara anak muda dan sejarah bangsa ini.

Ternyata problemnya, dan ini juga yg menjadi salah satu kesimpulan dalam penelitian bernilai 4 milyar yang dilakukan Don Tapscott dkk, yang diterbitkan dalam bentuk buku berjudul “Grown Up Digital” (2013), bahwa anak muda menghendaki mereka diberi tahu dan diajak pada sesuatu (baik itu politik, kerja sosial, dan termasuk juga belajar sejarah) dengan cara dan gaya mereka sendiri yang kini gadget minded. Itulah yang kemudian jadi tujuan @SejarahRI, yakni membagikan pengetahuan sejarah (khususnya yang tak mainstream dan jarang diketahui, padahal menarik dan penting) pada anak muda dengan gaya populer dan asyik, yang itu sesuai dengan ekspektasi dan dunia anak muda saat ini, yaitu dunia digital dan internet. Karenanya, kita berharap, semangat pengajaran semacam ini bisa diadaptasi oleh pemerintah dan civitas akademika di Indonesia. Kita berharap ada reformasi dalam pembelajaran sejarah pada anak murid. Karena dengan begitu, sejarah tak menjadi sesuatu yang membosankan. Dan itu sudah kami buktikan melalui @SejarahRI. Bahkan para followers terus meminta kami melakukan banyak hal lebih, misalnya, membuat buku, majalah, komunitas, dll. Dan kita mulai realisasikan itu perlahan dan satu persatu. Kita baru launching website kita ini (sejarahri.com) dan rencananya akan diikuti dengan penerbitan majalah digital SejarahRI dan juga pembuatan buku yang berisi semua info sejarah yang unik dan menarik yang sudah pernah kita bagikan di Twitter. Serta membuat semacam agen traveling sejarah, pertama di Jabodetabek dulu, yang setiap minggu mengkoordinasikan dan memfasilitasi teman-teman followers utk keliling Jabodetabek, melihat jejak-jejak sejarah dengan cara asyik, khususnya jejak sejarah yang tak mainstream dan belum banyak tereksplorasi.

Saya pikir, @SejarahRI ini sebuah kejutan,khususnya buat kita. Karena kita sebelumnya benar-benar tak pernah membayangkan bahwa akun sejarah akan di-follow 125 ribu followers yang sangat aktif berbagi info, berkomunikasi dan berdiskusi. Serta akun ini berada di urutan pertama jika kita mengetik kata kunci “Sejarah RI” di Google. Bahkan berada di atas Wikipedia maupun situs resmi Presiden RI dan DPR RI. Akun ini juga sering diminta oleh followers, baik melalui mention, DM atau bahkan sms, untuk membagikan info sejarah-sejarah tertentu yang itu penting bagi mereka untuk referensi tugas sekolah atau kuliah mereka. Selain itu, ada production house film dokumenter juga yang melibatkan kita dalam mengomentasi skenario film dokumenter sejarah dari mereka. Semua itu sama sekali tak pernah terduga, bagaimana akun ini bisa begitu bermanfaat bagi followers-nya dan begitu diperhitungkan oleh pecinta sejarah di Indonesia. Karenanya, kita sangat menyadari bahwa banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan melalui akun ini untuk sejarah Indonesia. Tapi, perlu saya ungkapkan bahwa ini akun pribadi yang dijalankan oleh seorang yang hobi dan menikmati sejarah. Bukan akun perusahaan atau lembaga. Sehingga, ada banyak keterbatasan, khususnya masalah pendanaan untuk pengembangan. Kemauan kita jauh berada di atas kemampuan kita. Karenanya, kita selalu terbuka untuk kerjasama, support dari lembaga atau instansi, atau bahkan iklan, yang nantinya itu kami gunakan utk pengembangan pengajaran sejarah di ranah online dan dengan kemasan digital.

Akhirnya, prestasi dan perubahan besar selalu lahir dari apa yang kita sukai dan cintai. So, dengan syarat bahwa itu positif, cari, terus cari, temukan, dan jalani apa yang menjadi passion kita. Pasti kita akan torehkan prestasi dan perubahan besar. Saya tak pernah membayangkan bahwa pengguna social media akan asyik dan mem-follow akun @SejarahRI. Seperti kata Steve Jobs, Thomas Alva Edison juga tak pernah melakukan riset pasar ketika kemudian menemukan lampu. Ia hanya menjalani apa yang disukainya. Dan saya rasa ini berlaku bagi segala bidang, bukan hanya bisnis. Jadi, pesan saya, “Kerjakanlah apa yang kita cintai. Jika keadaan membuat kita tak bisa memilih, maka cintailah apa yang kita harus kerjakan.”