Penuaan Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Tag: Dikembalikan
prior to link spam
Tag: Pengembalian manual
Baris 11:
 
=== Proyeksi ===
[[Kementerian Kesehatan Jepang]] memperkirakan jumlah penduduk nasional akan turun 25% dari 127,8 juta pada tahun 2005, menjadi 95,2 juta pada tahun 2050.<ref name="b"/> Penduduk lanjut usia Jepang, yang berusia 65 tahun atau lebih, terdiri dari 20% dari populasi nasional pada bulan Juni 2006,<ref name=d>{{cite web|author=|year=|url=http://goldsea.com/Asiagate/607/17europe.html|title=Europe's Aging Population Faces Social Problems Similar to Japan's|publisher=Goldsea Asian American Daily|accessdate=2007-12-15|archive-date=2007-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927210757/http://goldsea.com/Asiagate/607/17europe.html|dead-url=yes}}</ref> persentase diperkirakan akan meningkat menjadi 38% pada tahun 2055.<ref>{{cite web | url = http://www.ifs.du.edu/ifs/frm_GraphicalDisplay.aspx?ListNames=%22Population+65+or+More+as+Percent+of+Total%22&HistFor=False&GrpOp=0&Dim1=81&File=0 |title=Population of Japan, Aged 65 and older| author=International Futures | accessdate = 2012-12-05}}</ref>
 
== Penyebab ==
Baris 43:
Jepang terus mengalami penurunan tingkat kelahiran saat memasuki abad ke-21. Ke depan, laporan statistik pemerintah pada tahun 2030 akan ada sekitar jumlah yang sama dari populasi usia kerja seperti pada tahun 1950.<ref>Ministry of Internal Affairs and Communications, “Trends in Population”</ref> Jepang akan mengalami penurunan pada kelompok usia anak-anak dan usia kerja, dan peningkatan tajam pada kelompok berusia lebih dari 65 tahun.
 
Penurunan dalam kelompok usia kerja dapat menyebabkan ekonomi menyusut jika produktivitas tidak meningkat lebih cepat daripada tingkat penurunan tenaga kerja. Dalam beberapa tahun ke depan, kelompok pertama "baby boomer" akan mencapai usia pensiun dan peneliti percaya ini akan menyebabkan peningkatan utang, defisit, dan deflasi Jepang.<ref>“Into the Unknown.” The Economist, Polisi Slot Agen Slot Terpercaya [httpshttp://gacor-polisislotproquest.umi.com.ezproxy.umuc.edu/pqdweb?did=2195236471&sid=1&Fmt=3&clientId=8724&RQT=309&VName=PQD{{Pranala Polisimati|date=April 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes Slot]}}, accessed May 22, 2011.</ref> Jepang akan perlu meningkatkan baik jumlah tenaga kerja dan produktivitas industri untuk menunjang penuaan populasi.
 
Jepang menangani masalah-masalah demografi dengan mengembangkan kebijakan untuk menjaga lebih dari penduduknya terlibat dalam angkatan kerja. Pemerintah telah memperkenalkan insentif, seperti perawatan anak gratis, peningkatan tunjangan anak dan 6 bulan cuti melahirkan. Hasil dari insentif ini belum seperti yang diharapkan, terutama karena kurangnya jelas perhatian oleh masyarakat Jepang. Dalam jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh surat kabar terkemuka, Japan Today, 59% responden tidak berpikir populasi yang menua akan memiliki dampak negatif, dan 36% percaya akan memiliki dampak positif pada pemecahan kelebihan penduduk. Pemerintah telah mengidentifikasi kesenjangan antara proyeksi demografis dan aspirasi warganya. Misalnya, penelitian telah menemukan bahwa pasangan yang sudah menikah ingin memiliki lebih dari dua anak, tetapi tingkat kesuburan saat ini hanya 1,75.<ref name="mhlw.go.jp">Ministry of Health, Labour and Welfare, “Introduction to the Revised Child Care and Family Care Leave Law,” http://www.mhlw.go.jp/english/index.html, accessed May 22, 2011.</ref>