Penyangkalan genosida Armenia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Baris 179:
Kieser, Göçek, dan Cheterian menyatakan bahwa penyangkalan tersebut menghalangi Turki dari penerapan demokrasi penuh yang meliputi [[pluralisme (filsafat politik)|pluralisme]] dan [[hak asasi manusia]], dan bahwa penyangkalan tersebut mendorong penindasan negara terhadap kelompok minoritas di Turki, khususnya Kurdi.<ref>{{harvnb|Kieser|2018|p=294}}; {{harvnb|Göçek|2015|p=463}}; {{harvnb|Cheterian|2015|pp=176, 312}}; {{harvnb|Avedian|2018|p=48}}.</ref> Akçam berkata bahwa penyangkalan genosida "merasionalisasikan penindasan agama dan etnis minoritas" dan menyudutkan penduduk menuju peristiwa-peristiwa [[kekerasan massa]] pada masa mendatang.{{sfn|Akçam|2012|pp=xxvi–xxvii}} Sampai negara Turki mengakui genosida, ia berpendapat, "selalu ada hal potensi bahwa mereka dapat melakukannya lagi".<ref>{{cite web |title=Genocide Denied |url=https://www.facinghistory.org/holocaust-and-human-behavior/chapter-11/genocide-denied |website=Facing History and Ourselves |access-date=26 December 2020}}</ref> [[Vicken Cheterian]] berkata bahwa penyangkalan genosida "mengotori [[budaya politik]] seluruh masyarakat, di tempat kekerasan dan ancaman menjadi bagian dari keputusan politik terkait hak dasar dan praktek demokrasi".{{sfn|Cheterian|2018b|p=899}} Ketika mengakui genosida Armenia pada April 2015, [[Paus Fransiskus]] menambahkan, "menyembunyikan atau menyangkali kejahatan seperti membiarkan luka terus berdarah tanpa pembalut".<ref>{{cite news |last1=Yardley |first1=Jim |last2=Arsu |first2=Sebnem |title=Pope Calls Killings of Armenians 'Genocide,' Provoking Turkish Anger |url=https://www.nytimes.com/2015/04/13/world/europe/pope-calls-killings-of-armenians-genocide-provoking-turkish-anger.html |access-date=15 December 2020 |work=The New York Times |date=12 April 2015 |language=en}}</ref>
 
Penyangkalan juga berdampak pada orang-orang Armenia, terutama orang-orang yang tinggal di Turki. Sejarawan Talin Suciyan menyatakan bahwa genosida Armenia dan penyangkalannya "berujung pada serangkaian kebijakan lain yang mendalangi proses tersebut dengan mencairkan harta benda mereka, membungkam dan menyudutkan para penyintas, dan menormalisasi segala bentuk kekerasan terhadap mereka".{{sfn|Suciyan|2015|p=16}} Menurut artikel dalam ''[[Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma]]'', "[p]enyangkalan menghalangi penyembuhan luka yang ditimbulkan oleh genosida, dan menempatkan serangan terhadap identitas kolektif dan kelanjutan budaya nasional dari orang-orang yang bermain korban".<ref>{{cite journal |last1=Mangassarian |first1=Selina L. |title=100 Years of Trauma: the Armenian Genocide and Intergenerational Cultural Trauma |journal=[[Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma]] |date=2016 |volume=25 |issue=4 |pages=371–381 |doi=10.1080/10926771.2015.1121191 }}</ref> Göçek berpendapat bahwa "kurangnya pengakuan secara harfiah menghalangi luka terbukayang dibuka oleh kekerasan masa lalu untuk sembuh".<ref name=Gocek>{{cite journal |last1=Göçek |first1=Fatma Müge|author-link=Fatma Müge Göçek|title=Open Wounds: Armenians, Turks and a Century of Genocide by Vicken Cheterian (review) |journal=[[Journal of the Ottoman and Turkish Studies Association]] |date=2016 |volume=3 |issue=1 |pages=210–212 |language=en |issn=2376-0702|doi=10.2979/jottturstuass.3.1.19}}</ref> Kegiatan kelompok militan Armenia pada 1970an dan 1980an, seperti [[Tentara Rahasia Armenia untuk Pembebasan Armenia]] dan [[Komando Keadilan Genosida Armenia]], sebagian disebabkan oleh kegagalan upaya damai untuk melancarkan pengakuan Turki terhadap genosida tersebut.{{sfn|Cheterian|2015|pp=127–128}}{{sfn|Avedian|2018|p=110}} Beberapa sejarawan, seperti [[Stefan Ihrig]], berpendapat bahwa kekebalan pada para pelaku genosida Armenia, serta pembungkaman atau pembenaran terhadap kengerian kejahatan, [[genosida Armenia dan Holokaus|memberanikan]] para pelaku Holokaus.{{sfn|Ihrig|2016|pp=353–354|ps=. "First, Hitler's [[Hitler's Armenian reference|alleged words at the Obersalzberg]]—about who "still talked" about the Armenians—might not come from a watertight source, but the statement still accurately sums up one of the major lessons the Armenian genocide must have held for the Nazis: it must have taught them that such incredible crimes could go unpunished under the cover of war, even if one lost that war. That one could "get away" with genocide must have been a great inspiration indeed... the lack of a robust response by Christian Germany must have seemed especially significant to Hitler—for if this was its reaction to the extermination of Christian people, who would speak out against killing Jews?"}}{{sfn|Ben Aharon|2019|p=343}}
 
===Hubungan internasional===
{{See also|Hubungan Armenia dengan Turki|Hubungan Armenia dengan Azerbaijan}}
[[File:Monument to Humanity by Mehmet Aksoy in Kars, Turkey (cropped).jpg|thumb|upright |''[[Monumen Kemanusiaan]]'' buatan [[Mehmet Aksoy (pemahat)|Mehmet Aksoy]] di [[Kars, Turki]]. Ditujukan untuk mengenang seluruh korban perang, karya tersebut didirikan tanpa pelibatan dari komunitas Armenia.<ref>{{cite journal |last1=Özbek |first1=Egemen |title=The Destruction of the Monument to Humanity: Historical Conflict and Monumentalization |journal=International Public History |date=2018 |volume=1 |issue=2 |doi=10.1515/iph-2018-0011 }}</ref>]]
Turki menutup perbatasannya dengan Armenia pada 1993, menyusul [[Perang Nagorno-Karabakh Pertama]] antara Armenia dan Azerbaijan, yangnegara memakaiyang bahasaberbahasa Turkic. Penutupan perbatasan tersebut mencederai ekonomi Armenia dan Turki timur.{{sfn|Göçek|2015|p=2}}<ref>{{cite journal |last1=Cheterian |first1=Vicken |title=The Last Closed Border of the Cold War: Turkey–Armenia |journal=[[Journal of Borderlands Studies]] |date=2017 |volume=32 |issue=1 |pages=71–90 [76] |doi=10.1080/08865655.2016.1226927}}</ref> Meskipun Armenia berniat untuk menormnalisasimelakukan normalisasi hubungan tanpa pra-kondisiprasyarat, Turki menuntut agar pihak Armenia meninggalkan segala dukungan untuk upaya pengakuan [[diaspora Armenia]].{{sfn|Cheterian|2018b|p=892|ps=. "The ANM was ready to put aside the past in order to build normal relations with neighboring Turkey. Turkey, however, was not ready to forget the 1915 genocide and its consequences: the continuous Armenian diaspora struggle for recognition and reparation. It insisted that Yerevan must surrender politically on this issue, by withholding any diplomatic support for the 'recognition campaigns' abroad before normal diplomatic relations could be established or the border opened."}} Terdapat dua upaya besar dalam rekonsiliasi Turki-Armenia—[[Komisi Rekonsiliasi Armenia Turki]] (2000–2004) dan [[Protokol Zurich]] (2009)—keduanya sama-sama gagal karena kontroversi atas genosida ArmenianArmenia. Dalam kedua kasus, para penengahmediator melakukan halyang terbaik merekauntuk terhadapmengesampingkan sengketaperselisihan sejarah satu sama lainhistoris, yangtetapi nampakitu tidakterbukti mungkinmustahil.{{sfn|Avedian|2018|p=211}} Kelompok-kelompok diaspora Armenia menentang inisiatif dan khususnya komisi sejarah untuk menyelidiki yang mereka anggap fakta-fakta yang dihimpunsudah terbukti.{{sfn|de Waal|2015|pp=212, 229–230}} Bloxham berpendapat bahwa sejakkarena "penyangkalan seringkaliselalu disertai oleh retorika pengkhianatan, agresi, kriminalitas dan ambisi wilayah Armenia, ini benar-benarsebenarnya menyatakan hal terkini soalmenunjukkan ancaman laten'balas terhadap 'balasandendam' Turki yang laten."{{sfn|Bloxham|2005|p=234}}
 
Sejak permulaan [[konflik Nagorno-Karabakh]], Azerbaijan mengadopsi penyangkalan genosida Turki dan bekerjaberupaya untuk mempromosikannya di mancanegara.{{sfn|Ben Aharon|2019|pp=346–347|ps=. "Importantly, the territorial conflict between the Azeris and the Armenians over control of Nagorno-Karabakh, triggered by the collapse of the Soviet Union, turned Azerbaijan into a stakeholder in the discourse on the Armenian genocide, and it led an extensive international campaign against recognition."}}{{sfn|Cheterian|2018b|p=886|ps=. "...&nbsp;it is not possible to understand the ongoing conflict between Armenia and Azerbaijan without integrating the discourse of genocide denial produced in Turkey and adopted by Azerbaijan'.}} Genosida Armenia juga banyak disangkal oleh masyarakat sipil Azerbaijan.<ref name=Sanjian/> Kebanyakan orang Armenia memandang hubungan antara genosida tersebut dan kekerasan anti-Armenia berikutnya seperti [[pogrom Sumgait]] tahun 1988, meskipun hubungan antara konflik Karabakh dan genosida Armenia lebih banyak dibuat oleh para elit Azerbaijan.{{sfn|Cheterian|2018b|p=887}} Para nasionalis Azerbaijan menuduh orang-orang Armenia memicu pogrom Sumgait dan pogrom anti-Armenia lainnya, mirip dengan tuduhan Turki terhadap genosida Armenia.{{sfn|Cheterian|2018b|pp=893–894}}
 
Propaganda negara Azerbaijan mengklaim bahwa orang-orang Armenia mendalangi genosida terhadap orang-[[orang Azerbaijan|orang Azeri]] sepanjangselama lebih dari dua abad. Genosida tersebut meliputi [[Traktat Gulistan]] (1813), [[Traktat Turkmenchay]] (1828), [[Komune Baku]], [[Januari Hitam|pengerahan pasukan Soviet ke Baku]] pada Januari 1990 (menyusul [[pogrom Baku|pembantaian orang-orang Armenia di Baku]]), dan khususnya [[pembantaian Khojali]] tahun 1992. Menurut propaganda tersebut, orang-orang Armenia melakukan "genosida yang sebenarnya" dan dituduh membantai atau mendeportasi sebanyak 2 juta orang Azeri sepanjang masa itu.<ref name=Sanjian>{{cite news |last1=Sanjian |first1=Ara |title=Armenia and Genocide: the Growing Engagement of Azerbaijan |url=http://armenianweekly.com/wp-content/uploads/2009/02/AW_Apr08.pdf#page=27 |work=The Armenian Weekly |date=24 April 2008 |pages=28–33}}</ref>{{sfn|Cheterian|2018b|pp=895–896}}{{sfn|Finkel|2010|pp=57–58}} Setelah itu, Azerbaijan, Turki dan [[diaspora Turki]] melobi pengakuan pembantaian Khojali sebagai genosida untuk merendahkan genosida Armenia.{{sfn|Finkel|2010|pp=59–60}} Azerbaijan memandang negara manapun yang mengakui genosida Armenia sebagai musuh dan bahkan mengancam sanksi.{{sfn|Cheterian|2018b|pp=898–899|ps=. "...the Azerbaijani elites' belief that the Armenian aggression of the 1980s and 1990s is a continuation of '1915'. As Armenians could not fight a stronger Turkey, they instead attacked the more vulnerable Azerbaijan. From the perspective of the Azerbaijani elite, countries that recognise the genocide of the Armenians are enemies of Azerbaijan."}} Cheterian berpendapat bahwa "warisan sekjarahsejarah tidak terselesaikan dari genosida tahun 1915" membantu menyebabkan konflik Karabakh dan menghalangi penyelesaiannya, sementara "kejahatan mutlakultimat itu sendiri terus terjadi sebagai model dan sebagai ancaman, serta sumber kekhawatiran yang ada".{{sfn|Cheterian|2018b|p=887}}
 
==Referensi==