Perang Dayak Desa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh 114.122.201.29 (bicara) ke revisi terakhir oleh LaninBot (TW)
Tag: Pembatalan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
 
(25 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
|date=[[1944]]-Juni [[1945]]{{sfn|Heidhues|2003|p=206}}{{br}}Sampai [[1948]]{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=27}}
|place=[[Sanggau]], [[Kalimantan Barat]]
|result=Kemenangan Suku [[Suku Dayak Desa]]
|casus belli=Sekalipun berhasil melawan Jepang, perang ini berlanjut melawan [[Kolonial Belanda|Belanda]]{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=27}}
|combatant1=[[Berkas:Merchant flag of Japan (1870).svg|15px]] [[Kekaisaran Jepang]]
Baris 17:
|casualties2=tidak diketahui
}}
'''Perang Dayak Desa''' adalah perang antara [[Suku Dayak Desa]] dan pasukan [[Kekaisaran Jepang]] pada masa [[pendudukan Jepang di Kalimantan Barat]]. Perang yang berlangsung tahun 1944 hingga 1945 di [[Kabupaten Sanggau|Sanggau, Kalimantan Barat]] ini dilatarbelakangi oleh perlakuan Jepang yang sewenang-wenang terhadap Suku Dayak Desa.
'''Perang Dayak Desa''' adalah sebuah perang kelanjutan dari Perang Majang Desa yang terjadi pada zaman Belanda dan pertengahan zaman Jepang, yakni pada [[1944]]-Juni [[1945]] yang dilatarbelakangi perlakuan Jepang yang sewenang-wenang terhadap [[Suku Dayak Desa]]. Pada awal [[pendudukan Jepang di Kalimantan Barat]], dua buah perusahaan masuk ke Kalimantan Barat, yakni Nomura di bidang pertambangan dan Sumitomo di bidang perkayuan. Karena ''romusha'' yang diterapkan oleh Jepang, banyak yang mati karena perusahaan perkayuan ini. Pada tanggal [[13 Mei]] [[1945]], anak perempuan Pang Linggan (seorang tokoh masyarakat Dayak Desa) dari pekerja paksa pemotong kayu di Labea Sikucing di daerah Mendawak, sekarang di [[Tayan Hilir, Landak|Tayan Hilir]], akan dikawini oleh seorang mandor Jepang yang bernama Osaki. Perkawinan ini dilarang oleh ayahnya, Pang Linggan. Sesudah kejadian ini, maka dilaporkanlah kejadian-kejadian ini kepada Pang Dadan, [[tumenggung]] kampung tersebut sambil menyiapkan strategi untuk bersiap-siap sambil bermufakat, akan menyerang Osaki, tetapi Osaki tewas tanpa perlawanan. Hal ini menyebabkan pertempuran pecah di perusahaan kayu, suku-suku [[Dayak]] dari [[Ketapang]], hingga [[Sekadau]] berkumpul berkenaan panggilan dari [[mangkok merah]]. Semenjak [[17 Juli]]-[[31 Agustus]] [[1945]], Meliau dikuasai oleh Jepang.
 
Pada awal pendudukan Jepang, dua buah perusahaan masuk ke Kalimantan Barat, yakni Nomura di bidang pertambangan dan Sumitomo di bidang perkayuan. Akibat [[romusa]] yang diterapkan oleh Jepang, banyak penduduk yang meninggal karena bekerja pada perusahaan perkayuan ini. Pada 13 Mei 1945, anak perempuan Pang Linggan (tokoh masyarakat Dayak Desa), hendak dikawini oleh seorang mandor Jepang yang bernama Osaki. Perkawinan ini tidak disetujui oleh Pang Linggan. Rakyat lalu menyiapkan strategi untuk menyerang Osaki, yang kemudian tewas tanpa perlawanan berarti. Hal ini menyebabkan pertempuran pecah di perusahaan kayu. Suku-suku [[Suku Dayak|Dayak]] dari [[Ketapang]] hingga [[Sekadau]] berkumpul melalui [[mangkuk merah]]. Wilayah [[Meliau, Sanggau|Meliau]] berhasil direbut oleh Suku Dayak pada Juni 1945, meskipun kembali dikuasai Jepang antara 17 Juli dan 31 Agustus 1945, hingga pasukan Jepang menyerah pada [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] dan meninggalkan wilayah tersebut.
 
== Latar belakang ==
=== Suku Dayak Desa ===
{{main|Suku Dayak Desa}}
Suku Dayak Desa adalah suku Dayak yang hidup di [[Kabupaten Sanggau]], [[Kalimantan Barat]]., Hidupterutama di Kecamatan Toba dan Meliau. Dari sini, adaAda sekitar 50 kampung yang hidup di sini hingga saatzaman inimodern. Jumlah mereka adatercatat 11.273 jiwa dan [[Pang Suma]], adalah termasuk tokoh dari Dayak ini.{{sfn|Dayak Desa, Kebudayaan Dayak}}
 
=== Situasi Kalimantan Barat ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ontvangst bij de sultan van Pontianak West-Borneo TMnr 10001596.jpg|jmpl|ka|250px|Sultan Syarif Muhammad Alkadrie dan undangan (sekitar tahun 1930). Sultan Syarif pada akhirnya dibunuh juga oleh Jepang pada tahun [[1943]].]]
{{main|pendudukan Jepang di Kalimantan Barat}}
Pada masa [[Kolonial Belanda]], ada sebuah perang yang bernama Perang Majang Desa. Perang ini dipimpin oleh [[Pang Suma]], dan dalam catatan penulis Belanda, diketahui benteng [[Belanda]] yang letaknya di [[Kabupaten Sintang|Sintang]] dan [[Kabupaten Sanggau|Sanggau]] selalu mendapat serangan tanpa henti dari Orang Dayak, sehingga Belanda terpaksa merekameninggalkan tinggalkanbenteng tersebut dan bertahan di Pontianak.{{sfn|Surya Kelana, Filosofi Perang Dayak}}{{Butuh sumber yang lebih baik}}
 
Selanjutnya, padaPada awal [[pendudukan Jepang di Kalimantan Barat]], dua buah perusahaan masuk ke Kalimantan Barat, yakni Nomura di bidang pertambangan dan Sumitomo di bidang perkayuan.{{sfn|Usman & Din|2009|p=83}} KarenaAkibat ''romusha''[[romusa]] yang diterapkan oleh Jepang, banyak penduduk yang matimeninggal karena bekerja paksa pada perusahaan perkayuan ini. Jepang mempekerjakan orang-orang secara paksa orang untuk menebang [[pohon]] dan me[[rakit]]kanmerakit kayu, danlalu dihilirkan entah kemanake mana.{{sfn|Usman & Din|2009|p=83}} Begitu juga dipada bidang per[[tambang]]an,pertambangan. Sekitar 10.000 orang bekerja di lokasi pertambangan itu adadan sekitar 1070.000 orang danlagi di daerah sekitarnya, yaitu wilayah Batu Tungau, ada sekitar 70.000 orang yang bekerja disana, terbanyak adalah Orang Dayak.{{sfn|Usman & Din|2009|p=83}}
 
[[Berkas:SultanPontianak.jpg|jmpl|kiri|200px|Sultan Pontianak, Syarif Muhammad Alkadrie (kanan, duduk) bersama Residen [[K.A. James]] (kemungkinan di kiri). Difoto oleh fotografernya [[O. Horst]], Offiser Adiministratif, Kontroler, dan Asisten Residen (foto diambil tahun [[1920]])]]
Selain itu pula, tepatnya berkenaan denganAkibat [[Peristiwa Mandor]], pada tanggal [[23 April]] [[1943]] banyak [[panembahan]] dan [[sultan]]-sultan di Kalimantan Barat banyak yang ditangkap. Adapun, [[Sultan Pontianak]] dan [[Panembahan Mempawah]] saja yangsempat dilepaskan, tetapi sesudahnya mereka ditangkap dan tak pernah kembali lagi. IniHal ini membuat warga Dayak benci padamembenci Jepang.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=27}} Sultan Pontianak matimeninggal dalam penjara; sedangkan anaknya, Pangeran Agung dan Pangeran Adipati, dipenggal kepalanya.{{sfn|Heidhues|2003|p=207}}
 
Pada tanggal [[13 Mei]] [[1945]], anak perempuan Pang Linggan (seorang tokoh masyarakat Dayak Desa), yang mauhendak dikawini oleh seorangOsaki, mandororang Jepang yang bernamamenjadi Osaki{{sfn|Usman & Din|2009|p=86}}mandor dari pekerja paksa pemotong kayu di Labea Sikucing di daerah Mendawak, sekarang di [[Tayan Hilir, Landak|Tayan Hilir]].{{sfn|Usman & Din|2009|p=86}} Perkawinan ini dilarangtidak olehdisetujui ayahnya,oleh Pang Linggan.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=28}} Pada saat itu, merekaorang-orang sedang menjalani [[romusha|kerja paksa]], mengerjakan kayu di Labea Sikucing. Osaki marah dan mengancam kanakan memancung kepala Pang Linggan.{{sfn|Usman & Din|2009|p=86}} Sehingga, daripadaDaripada dibunuh duluan oleh pihak Jepang, para pekerja berpendapat lebih baik membunuh duluan.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=28}} Rakyat yang tak tahan oleh diinjak-injak dan ditindas Jepang, maka mereka bangkit melawan Jepang dengan pimpinan [[Pang Suma]] dan [[Pang Linggan]].{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=28}}
 
Menurut catatan Syafaruddin Usman dan Isnawita Din, dua orang sejarawan Kalimantan Barat, mereka menuturkan Perang Dayak Desa berawal dari [[Peristiwa Suak Garong]]. Kejadian ini bermula dari pekerja-pekerja perusahaan [[kayu]] SSKK (Sumitomo Shokusan Kabushiki Kaisan) dan KKK yang tidak mendapat upah yang layak.{{sfn|Usman & Din|2009|p=84}} Adapun padaPada masa itu, sebagian Orang Dayak yang beruntung mendapat jabatan mandor atau pengawas. Lebih dari itu,Para mandor ini diperalat dan disuruhdiperintahkan untuk menjadi matamemata-matamatai [[buruh]]-buruh kasar.{{sfn|Usman & Din|2009|pp=84-85}}
 
Buruh-buruh kasar itu dilarang pulang untuk bertemu anak-istri. Sehingga padaPada suatu hari, beberapa orang pekerja pulang ke rumah masing-masing karena tak mampu bekerja dikarenakanakibat kelaparan. Mandornya pada saat itu adalah Orang Jepang, namanyabernama Yamamoto. Ia digelari ''Tuan Pentong'' oleh warga sekitar.{{sfn|Usman & Din|2009|p=85}} Yamamoto tahu,mengetahui hal ini sehingga ia mendatangi kampung itu dan memukuli siapa saja yang ia temui. Namun,Yamamoto yang ada di kampung itu adalahbertemu Pang Rontoi, seorang tua dari kampung itu. Ia pukulimemukuli Pang Rontoi, namun beruntungtetapi Pang Rontoi membalasnya.{{sfn|Usman & Din|2009|p=85}}
 
== Kejadian awal ==
Sesudah kejadian ini, maka dilaporkanlah kejadian-kejadian ini kepada Pang Dadan, [[tumenggung]] kampung tersebut sambil menyiapkan strategi untuk bersiap-siap sambil bermufakat, akan menyerang Osaki.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=28}}{{sfn|Usman & Din|2009|p=85}} Esok harinya, Pang Linggan, Pang Suma, dan sekelompok tokoh masyarakat lainnya menemui Osaki. Secara tiba-tiba, Osaki menyerang mereka. Ia berkelahi dengan Pang Suma dan Pang Linggan, tetapi Osaki meninggal tanpa perlawanan.{{sfn|Usman & Din|2009|p=86}} Sesudahnya, warga desa segera membuat pesta adat [[notong]].{{sfn|Usman & Din|2009|p=87}}
 
Pihak Jepang kaget. Mereka mengira bahwa rakyat pedalaman yang tidak tahu [[teknik]] dan [[teknologi]] persenjataan modern dapat mengalahkan tentara Jepang yang memakai teknik dan perlengkapan modern.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=29}}
 
== Perlawanan rakyat Dayak ==
=== Pra-kemerdekaanPrakemerdekaan ===
SesudahBeberapa kejadian ini, maka dilaporkanlah kejadian-kejadian inidilaporkan kepada Pang Dadan, [[tumenggung]] kampung tersebut. sambilRakyat menyiapkan strategi untuk bersiap-siap sambil bermufakat, akanuntuk menyerang Osaki.{{sfn|Ahok, |Ismail & |Tjitrodarjono|1992|p=28}}{{sfn|Usman & |Din|2009|p=85}} Esok harinya, Pang Linggan, Pang Suma, dan sekelompok tokoh masyarakat lainnya menemui Osaki. Secara tiba-tiba, Osaki menyerang mereka. Ia berkelahi dengan Pang Suma dan Pang Linggan, tetapi Osaki meninggal tanpa perlawanan.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=86}} Sesudahnya, warga desa segera membuat pesta adat [[notong]].{{sfn|Usman & |Din|2009|p=87}} Pihak Jepang tidak mengira bahwa rakyat pedalaman yang tidak tahu teknik dan teknologi persenjataan modern dapat mengalahkan tentara Jepang yang memakai teknik dan perlengkapan modern.{{sfn|Ahok|Ismail|Tjitrodarjono|1992|p=29}}
Pertempuran pecah di perusahaan kayu, suku-suku [[Dayak]] dari [[Ketapang]], hingga [[Sekadau]] berkumpul berkenaan panggilan dari [[mangkok merah]]. Beredarnya mangkok merah ini sebagai pertanda melawan Jepang. Ribuan rakyat datang dan berunding untuk persiapan melawan Jepang.{{sfn|Usman & Din|2009|p=87}} Ditambah dengan pembunuhan Soetsogi, yang dilakukan pekerja hutan per[[ladang]]an [[durian]] Pampang Sansat menambah kenyataan bahwa Jepang adalah musuh yang perlu ditumpas.{{sfn|Usman & Din|2009|p=87}}
 
Pertempuran pecah di perusahaan kayu, [[Suku Dayak|suku-suku [[Dayak]] dari [[Ketapang]], hingga [[Sekadau]] berkumpul berkenaanmelalui panggilan dari peredaran [[mangkokmangkuk merah]]. Beredarnya mangkokmangkuk merah inidijadikan sebagai pertanda melawan Jepang. Ribuan rakyat datang dan berunding untuk persiapan melawan Jepang.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=87}} DitambahKeyakinan rakyat ditambah dengan pembunuhan Soetsogi, yang dilakukan pekerja hutan per[[ladang]]anperladangan [[durian]] Pampang Sansat menambah kenyataan bahwa Jepang adalah musuh yang perlu ditumpas.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=87}}
Peristiwa 2 pembunuhan ini tersebar ke [[Pontianak]], khawatir perlawanan ini tersebar ke wilayah lain, Pemerintah Jepang segera mengirimkan ekspedisi ke [[Meliau]]. Di saat yang bersamaan pula, barulah mereka bermufakat khawatir akan diserang Jepang.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=28}} Ekspedisi ini dipimpin oleh seorang perwira senior, Letnan Takeo Nagatani.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=29}}{{sfn|Usman & Din|2009|p=87}} Setelahnya, para pemuka adat segera mengirimkan [[Mangkok Merah]] sebagai pertanda melawan Jepang. Para pekerja yang bekerja di perusahaan kayu [[Nitinan]] segera diperintahkan untuk meninggalkan perusahaan tersebut.{{sfn|Usman & Din|2009|p=87}}
 
PeristiwaDua 2peristiwa pembunuhan ini tersebar ke [[Pontianak]],. khawatirTidak ingin perlawanan ini tersebar ke wilayah lain, Pemerintah Jepang segera mengirimkan ekspedisi ke [[Meliau, Sanggau|Meliau]]. DiPada saat yang bersamaan pula, barulahsuku merekaDayak bermufakat khawatir akan diserang Jepang.{{sfn|Ahok, |Ismail & |Tjitrodarjono|1992|p=28}} Ekspedisi iniJepang dipimpin oleh seorang perwira senior, Letnan Takeo Nagatani.{{sfn|Ahok, |Ismail & |Tjitrodarjono|1992|p=29}}{{sfn|Usman & |Din|2009|p=87}} Setelahnya, para pemuka adat segera mengirimkan [[Mangkokmangkok Merah]]merah sebagai pertanda melawan Jepang. Para pekerja yang bekerja di perusahaan kayu [[Nitinan]] segera diperintahkan untuk meninggalkan perusahaan tersebut.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=87}}
Di Tayan, Nagatani menghubungi dan meminta keterangan Bunken Kanrikan Miagi. Dari Tayan ke Meliau menelusuri Sungai Embuan menuju Tanjak Mulung. Perjalanan ekspedisinya ini ke Sungai Embuan bertujuan untuk menumpas gerakan rakyat.{{sfn|Usman & Din|2009|pp=87-88}} Sementara itu, rakyat sudah mengatur strategi pertahanan kekuatan di Suak Tiga Belas. Sesampai [[ekspedisi]] ini di Umbuan Kunyil, mereka mendapat serangan dari rakyat dipimpin oleh [[Pang Suma]], Pang Rati, Pang Iyo, dan Djampi. Dalam serangan ini, Letnan Nagatani tewas dibunuh oleh Pang Suma.{{sfn|Ahok, Ismail & Tjitrodarjono|1992|p=29}}{{sfn|Surya Kelana, Filosofi Perang Dayak}} Terbunuhnya Nagatani terjadi pada saat dia melakukan ekspedisi ke [[hulu]] [[Sungai Kapuas]]. Terbunuhnya Nagatani membuat pejabat militer [[Jepang]] terheran, karena Nagatani dikenal sebagai perwira yang cakap dan tangguh, ternayat tidaklah mampu melawan serangan [[senjata tradisional]] orang-orang Dayak pedalaman yang dipimpin oleh [[Pang Suma]].{{sfn|Aju & Isman|2013|p=42}}
 
Di Tayan, Nagatani menghubungi dan meminta keterangan Bunken Kanrikan Miagi. Dari Tayan ke Meliau, ia menelusuri Sungai Embuan menuju [[Tanjak Mulung]]. Perjalanan ekspedisinya ini ke Sungai Embuan bertujuan untuk menumpas gerakan rakyat.{{sfn|Usman & |Din|2009|pp=87-88}} Sementara itu, rakyat sudah mengatur strategi pertahanan kekuatan di Suak Tiga Belas. SesampaiSesampainya [[ekspedisi]] iniJepang di [[Umbuan Kunyil]], mereka mendapat serangan dari rakyat dipimpin oleh [[Pang Suma]], Pang Rati, Pang Iyo, dan Djampi. Dalam serangan ini, Letnan Nagatani tewas dibunuh oleh Pang Suma.{{sfn|Ahok, |Ismail & |Tjitrodarjono|1992|p=29}}{{sfn|Surya Kelana, Filosofi Perang Dayak}}{{Butuh Terbunuhnyasumber yang lebih baik}} Nagatani terjaditerbunuh pada saat dia melakukan ekspedisi ke [[hulu]] [[Sungai Kapuas]]. Terbunuhnya Nagatani membuattidak diduga oleh pejabat militer [[Jepang]] terheran, karena Nagatani dikenal sebagai perwira yang cakap dan tangguh, ternayattetapi tidaklahtidak mampu melawan serangan [[senjata tradisional]] orang-orang Dayak pedalaman yang dipimpin oleh [[Pang Suma]].{{sfn|Aju & |Isman|2013|p=42}}
Sebelumnya, anak buah Nagatani melepaskan [[peluru]] ke arah Pang Suma. Maka, dalam kesempatan yang terjepit ini, Pang Suma dan Djampi menghabisi rombongan ekspedisi Nagatani yang tersisa. Selanjutnya, pada [[24 Juni]] [[1945]], Pang Suma atau disebut juga Panglima Menera memasuki Meliau. Meliau sendiri berhasil direbut pada [[30 Juni]] [[1945]]. Waktu bersamaaan dengan [[Agustinus Timbang|A. Timbang]] bersama dengan sejumlah panglima adat lainnya, Pang Suma bertahan di Meliau.{{sfn|Usman & Din|2009|p=88}}
 
SebelumnyaMeskipun demikian, anak buah Nagatani melepaskansempat menembakkan [[peluru]] ke arah Pang Suma. Maka, dalam kesempatan yang terjepitbersama ini, Pang Suma dandengan Djampi, menghabisi rombongan ekspedisi Nagatani yang tersisa. Selanjutnya,Pada pada [[24 Juni]] [[1945]], Pang Suma atau disebut juga Panglima Menera memasuki Meliau. MeliauWilayah sendiriini berhasil direbut pada [[30 Juni]] [[1945]]. Waktu bersamaaanBersama dengan [[Agustinus Timbang|A. Timbang]] bersama dengandan sejumlah panglima adat lainnya, Pang Suma bertahan di Meliau.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=88}}
Pada tanggal [[17 Juli]] [[1945]], Pang Suma memerintahkan agar Meliau dipertahankan habis-habisan. Pertempuran pecah, pada saat itu ia sedang didampingi beberapa panglima adat lain.{{efn|Kelima panglima adat di bawah Pang Suma adalah Libau, Jap, Tapang, Sulang, dan Burung {{harv|Usman & Din|2009|p=88}}.}} Di Pemura dan Temura, pecahlah pertempuran; Pang Suma tertembak pangkal paha kirinya, sementara Apae dan Panglima Beli tewas seketika. Tak lama kemudian, di sekitar Kantor Guntyo Meliau Panglima Ajun dan Pang Linggan tertembak dengan luka yang parah, dan Pang Suma kemudian meninggal dunia.{{sfn|Usman & Din|2009|p=88}}
 
Pada tanggal [[17 Juli]] [[1945]], Pang Suma memerintahkan agar Meliau dipertahankan habis-habisan. Pertempuran pecah,pun tak terelakkan dan pada saat itu ia sedang didampingi beberapa panglima adat lain.{{efn|Kelima panglima adat di bawah Pang Suma adalah Libau, Jap, Tapang, Sulang, dan Burung {{harv|Usman & |Din|2009|p=88}}.}} Di Pemura dan Temura, pecahlah pertempuran pecah; Pang Suma tertembak pangkal paha kirinya, sementara Apae dan Panglima Beli tewas seketika. Tak lama kemudian, di sekitar Kantor Guntyo Meliau, Panglima Ajun dan Pang Linggan tertembak dengan luka yang parah, dan Pang Suma kemudian meninggal dunia.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=88}}
Sementara itu, Panglima Kilat berhasil menggerakkan dan menyampaikan pengumuman Perang Dayak Desa terhadap Jepang.{{sfn|Usman & Din|2009|pp=88-89}} Setelah 3 orang pimpinan mereka meninggal, Agustinus Timbang beserta pasukannya yang semula terkepung berhasil meloloskan diri. Maka, semenjak [[17 Juli]] [[1945]]-[[31 Agustus]] [[1945]], Meliau dikuasai kembali oleh Jepang.{{sfn|Usman & Din|2009|p=89}}
 
Sementara itu, Panglima Kilat berhasil menggerakkan dan menyampaikan pengumuman Perang Dayak Desa terhadap Jepang.{{sfn|Usman & |Din|2009|pp=88-89}} Setelah 3tiga orang pimpinan mereka meninggal, Agustinus Timbang beserta pasukannya yang semula terkepung berhasil meloloskan diri. Maka, semenjak [[17 Juli]] [[1945]]-[[hingga 31 Agustus]] [[1945]], Meliau dikuasai kembali oleh Jepang.{{sfn|Usman & |Din|2009|p=89}}
=== Sewaktu & seusai kemerdekaan ===
Meski sebetulnya [[Indonesia]] sudah merdeka semenjak [[17 Agustus]] [[1945]], berita kemerdekaan belum sampai ke pelosok-pelosok [[Kalimantan Barat]]. Maka dalam usaha mengusir penjajah, [[M. Th. Djaman]] guru di Nyandang, dan sejumlah tokoh masyarakat lain dari Balai Karangan, Bonti, Kembayan, dan Balai Sebut di antaranya [[YAM Linggi]], melangsungkan pertemuan di Kapuas Sanggau. Setelah diadakan perudingan, Agustinus Timbang melanjutkan gerakan bersenjata di Lape.{{sfn|Usman & Din|2009|p=89}}
 
=== Sewaktu &dan seusai kemerdekaan ===
Adapun Angkatan Perang Majang (APMD) Desa kembali diaktifkan, didirikan pada [[13 Mei]] [[1944]] dan dipimpin oleh [[Pang Dadan]]. Di kepengurusan awal ini, APMD dianggotai oleh sejumlah pemuka adat, bahkan ada yang termasuk Orang Cina.{{efn|Mereka itu adalah Temanggung Bagok, Pang Perada, Mohammad Natsir, Naga, Tan Sin Anh, Pang Peah, Panglima Burung, Abang Syahdansyah, Pang Suma, Pang Linggan, Agustinus Timbang, Gompang dan Pang Lapeng {{harv|Usman & Din|2009|p=89}}.}} Usaha APMD menyerang Sanggau Kapuas berhasil, wilayah ini berhasil dikuasai. Namun, pimpinan APMD kecewa karena pewaris kekuasaan [[Kerajaan Sanggau]], [[Gusti Ali Akbar]] menyerahkan kekuasaannya ke Bunken Kanrikan setempat. Sebagai akibatnya, kerabatnya, Gusti Ismail merasa adanya persimpangan jalan dalam menghadapi [[Jepang]].{{sfn|Usman & Din|2009|p=89}}
Meski sebetulnya Indonesia [[Indonesia]]Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|sudah merdeka]] semenjak [[17 Agustus]] [[1945]], berita kemerdekaan belum sampai ke pelosok-pelosok [[Kalimantan Barat]]. Maka dalamDalam usaha mengusir penjajah, [[M.Mozez Th.Thadeus Djaman]], seorang guru di Nyandang, dan sejumlah tokoh masyarakat lain dari Balai Karangan, Bonti, Kembayan, dan Balai Sebut, di antaranya [[YAMY.A.M. Linggi]], melangsungkan pertemuan di Kapuas Sanggau. Setelah diadakan perudingan, Agustinus Timbang melanjutkan gerakan bersenjata di Lape.{{sfn|Usman & Din|2009|p=89}}
 
Adapun Angkatan Perang Majang Desa (APMD) Desa kembali diaktifkan,. Organisasi ini didirikan pada [[13 Mei]] [[1944]] dan dipimpin oleh [[Pang Dadan]]. DiPada kepengurusan awal ini, APMD dianggotai oleh sejumlah pemuka adat, bahkan ada yang termasuk Orang CinaTiongkok.{{efn|Mereka itu adalah Temanggung Bagok, Pang Perada, Mohammad Natsir, Naga, Tan Sin Anh, Pang Peah, Panglima Burung, Abang Syahdansyah, Pang Suma, Pang Linggan, Agustinus Timbang, Gompang dan Pang Lapeng {{harv|Usman & Din|2009|p=89}}.}} Usaha APMD menyerang Sanggau Kapuas berhasil, dan wilayah ini berhasildapat dikuasai. Namun, pimpinan APMD kecewa karena pewaris kekuasaan [[Kerajaan Sanggau]], [[Gusti Ali Akbar]] menyerahkan kekuasaannya ke Bunken Kanrikan setempat. Sebagai akibatnya, kerabatnya, Gusti Ismail merasa adanya persimpangan jalan dalam menghadapi [[Jepang]].{{sfn|Usman & Din|2009|p=89}}
Selanjutnya, Gusti Ismail dan Gusti Sohor bersama pimpinan APMD lainnya menyerukan pertempuran terbuka. Dalam berbagai pertempuran, di kedua pihak banyak jatuh korban.{{sfn|Usman & Din|2009|pp=89-90}} Meski Jepang menyerah kepada [[Sekutu]], perlawanan rakyat tetap berlanjut. Bahkan, APMD memasuki [[Kota Pontianak]] utnuk memerangi Belanda.{{sfn|Usman & Din|2009|p=90}}
 
Selanjutnya, Gusti Ismail dan Gusti Sohor bersama pimpinan APMD lainnya menyerukan pertempuran terbuka. Dalam berbagai pertempuran, di kedua pihak banyak jatuh korban.{{sfn|Usman & Din|2009|pp=89-90}} Meski Jepang menyerah kepada [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]], perlawanan rakyat tetap berlanjut. Bahkan, APMD memasuki [[Kota Pontianak]] utnukuntuk memerangi Belanda.{{sfn|Usman & Din|2009|p=90}}
 
== Warisan sejarah ==
Pada Juni 1980, Pelaksana Khusus [[1980Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban]], Daerah (Laksus Pangkopkamtibda) Kalbar,Kalimantan Barat [[Untung Sridadi]] bersama gubernurGubernur KalbarKalimantan Barat [[Soedjiman]] melakukan serah terima dari ahli waris APMD seperti YAM Linggi, dan Agustinus Timbang berupa 5lima tengkorak pasukan Jepang sewaktu Perang Dayak Desa dan sebilah [[Katana|samuraikatana]] milik Takeo Nagatani. Selanjutnya barangBarang-barang ini diserahkan ke Pemerintah Jepang yang diwakili K. Tasima dan, wakil keluarga Nagatani, danserta Yoshida dari [[Kedutaan Besar Jepang di Indonesia]] di [[Jakarta]] untuk dibawa pulang ke [[Tokyo]], [[Jepang]].{{sfn|Usman & Din|2009|p=90}}
 
== Catatan bawah ==
{{notelist}}
 
Baris 80 ⟶ 81:
| publisher = Kebudayaan Dayak
| url = http://kebudayaan-dayak.org/berita-dayak-desa.html
| archiveurl = httphttps://www.webcitation.org/6axwIayTt?url=http://kebudayaan-dayak.org/berita-dayak-desa.html
| archivedate = 22 Agustus 2015-08-22
| accessdate = 22 Agustus 2015
| ref = {{sfnRef|Dayak Desa, Kebudayaan Dayak}}
| dead-url = yes
}}
* {{cite web
Baris 89 ⟶ 91:
| title = Filososfi Perang Dayak 4
| publisher = Kompasiana
| url = httphttps://sejarahwww.kompasiana.com/2012suryakelana/05/24551092a0813311af36bc68da/filosofi-perang-dayak-4/
| ref = {{sfnRef|Surya Kelana, Filosofi Perang Dayak}}
| accessdate = 18 November 2012
Baris 99 ⟶ 101:
|last2=Ismail
|first3=Wijoso
|last3=TjitrodarmonoTjitrodarjono
|title=Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Kalimantan Barat
|year=1992
|publisher=Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat
|location=[[Pontianak]]
|oclc=17778029
|ref=harv
}}
* {{cite book
|first1last1=Aju
|first2=Isman, Zainudin
|last2=Isman
|title=Kalimantan Barat: Lintasan Sejarah & Pembangunan
|publisher=LPS-AIR
|year=2013
|location=Pontianak
<!-- ISBN-13 diawali oleh 978 atau 979 bukan 976 |isbn=976-602-18483-1-9 -->
|ref=harv
}}
Baris 131 ⟶ 134:
}}
* {{cite book
|first=Mary F. Somers
|last=Somers Heidhues
|chapter=War and Indonesian Independence
|trans_chapter=Perang dan Kemerdekaan Indonesia
Baris 140 ⟶ 143:
|year=2003
|publisher=SEAP Publications
|location=Ithaca
|isbn=0-87727-733-8
|ref=harv
Baris 148 ⟶ 151:
{{AP}}
 
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1944]]
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1945]]
[[Kategori:SejarahPendudukan Jepang di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]