Perang Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kanzcech (bicara | kontrib)
Kanzcech (bicara | kontrib)
Baris 81:
 
Karena bagi sebagian orang Keraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, konon keturunan Diponegoro tidak diperbolehkan lagi masuk ke keraton hingga [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk keraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
 
=== Peran kaum santri ===
Berkat kedekatan Pangeran Diponegoro dengan kaum santri di Tegalrejo, perang juga dibantu oleh kaum santri dari berbagai penjuru Jawa.
 
=== Peran kaum perempuan ===
Tak seperti gambaran fiksi Belanda yang menggambarkan wanita yang lemah lembut, kalangan perempuan yang membantu Perang Diponegoro adalah para perempuan tangguh yang tak segan turun ke medan perang. Setidaknya ada dua perempuan yang layak mendapat perhatian, yakni Nyi Ageng Serang dan Raden Ayu Yudokusumo.{{Sfn|Carey|2017|p=308-310}}
 
[[Nyai Ageng Serang|Nyi Ageng Serang]] adalah istri dari Pangeran Serang I dan ibu dari Pangeran Serang II yang menyerang Belanda di Pantai Utara. Nyi Ageng Serang memimpin sekitar 500 pasukan di daerah Serang-Demak. Ia dikabarkan memiliki kesaktian melalui pertapaan di gua-gua Pantai Selatan.{{Sfn|Carey|2017|p=308}} Sebagai keturunan [[Sunan Kalijaga]], Nyi Ageng Serang memiliki pengaruh besar terhadap penduduk di daerah Serang-Demak, bahkan setelah perang secara formal berakhir pada Maret 1830. Maka dari itu, pemerintah Hindia-Belanda terus mengawasi gerak-geriknya, bahkan sampai akhir hayatnya pada Agustus 1855.{{Sfn|Carey|2008|p=614}}
 
== Penangkapan dan pengasingan Diponegoro ==