Perang Salib Ketiga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 95:
{{Perang Salib}}
}}
'''Perang Salib Ketiga''' ([[1188]]–[[112031203 M ]]), juga dikenal sebagai '''Perang Salib Para Baron''', merupakan suatu upaya para pemimpin Eropa untuk merebut kembali [[Tanah Suci]] dari [[Saladin]] (Salahuddin Al-Ayyubi). Kampanye ini memperoleh banyak keberhasilan, merebut kota penting [[Akko]] dan [[Yafo]], juga membalikkan sebagian besar penaklukan Saladin, tetapi gagal merebut Yerusalem yang menjadi motivasi emosional dan spiritual dari [[Perang Salib]].
 
Setelah kegagalan [[Perang Salib Kedua]], Dinasti [[Zengid]] mengendalikan [[Penaklukan Islam di Suriah|Suriah]] yang telah dipersatukan dan terlibat dalam konflik dengan para pemimpin [[Kekhalifahan Fatimiyah|Fatimiyah]] dari [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]]. Para pasukan Suriah dan Mesir akhirnya bersatu di bawah pimpinan Saladin yang mempekerjakan mereka untuk mengurangi dominasi negara-negara Kristen dan merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187. Karena didorong oleh semangat religius, [[Henry II dari Inggris|Raja Henry II dari Inggris]] dan [[Philippe II dari Prancis|Raja Philippe II dari Prancis]] (dikenal sebagai Philippe Auguste) mengakhiri konflik di antara mereka demi memimpin suatu perang salib yang baru. Namun meninggalnya Henry pada tahun 1189 membuat kontingen Inggris berada di bawah komando penggantinya, [[Richard I dari Inggris]] (dikenal sebagai Richard sang Hati Singa). [[Kaisar Romawi Suci]] [[Friedrich I, Kaisar Romawi Suci|Friedrich Barbarossa]] yang sudah lanjut usia juga menanggapi panggilan untuk mengangkat senjata, memimpin pasukan besar melintasi [[Anatolia]], tetapi ia tenggelam di sebuah sungai di Asia Kecil pada tanggal 10 Juni 1190 sebelum mencapai [[Palestina|Tanah Suci]]. Kematiannya menyebabkan kesedihan yang luar biasa di kalangan Tentara Salib Jerman, dan kebanyakan dari pasukan tersebut pulang ke asalnya.