Perang Tiga Puluh Tahun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adeninasn (bicara | kontrib)
Adeninasn (bicara | kontrib)
draf
Baris 18:
Fase terakhir ditandai dengan kedatangan Perancis pada perang ini (1635-1648), yang sekaligus menandai "internasionalisasi" Perang Tiga Puluh Tahun, dengan bergabungnya [[Belanda]] (yang merupakan bentuk balas budi ketika berperang melawan Spanyol di tahun 1622), [[Skotlandia]], dan sejumlah tentara bayaran Jerman yang disewa raja-raja Protestan Jerman, yang memperkuat kubu [[Serikat Protestan]]. Perang pada fase ini berlangsung lama, bahkan bisa disebut '<nowiki/>''stalemate'<nowiki/>'' (imbang), di mana tidak ada pihak yang memenangkan peperangan. Hal ini disebabkan keterbatasan logistik di kedua belah pihak. Situasi '''stalemate''<nowiki/>' membuat para raja atau ratu tidak memiliki pilihan lain selain membuat perjanjian damai untuk menghentikan perang, setidaknya untuk sementara waktu. Perang ini berakhir dengan disepakatinya [[Perdamaian Westfalen|Perjanjian Westfalen]], dengan dua traktat utamanya: [[Traktat Münster]] yang mendamaikan Perancis (dan sekutunya) dengan [[Kekaisaran Romawi Suci|Kekaisaran Agung Romawi]] serta [[Traktat Osnabrück]] yang mendamaikan [[Swedia]] (dan sekutunya) dengan [[Kekaisaran Romawi Suci|Kekaisaran Agung Romawi]].<ref name=":Polimpung" />
==Pendahuluan==
Kekaisaran Romawi Suci adalah sebuah konfederasi yang berkisar 1.000 negara otonom atau semi otonomi di [[Jerman]]. Negara-negara ini membentang dari dari [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] [[Austria]] hingga [[Hamburg]], [[Lübeck]], dan [[Kota kekaisaran merdeka|kota-kota kekaisaran bebas]] lainnya di utara, serta wilayah-wilayah yang lebih kecil yang berada tidak lebih dari beberapa kilometer persegi, yang dijalankan oleh para uskup. Negara bagian [[Schwaben|Swabia]] di wilayah Jerman barat daya, misalnya, terbagi menjadi 68 penguasa sekuler, 40 negara gerejawi dan 32 [[Kota kekaisaran merdeka|kota kekaisaran bebas]]. Faktor geografis mempersulit kehidupan politik negara-negara [[Jerman]]. Palatinate hulu yang terbentang antara [[Bohemia]] dan [[Bavaria]] menganut ajaran [[Gereja Lutheran|Lutheran]], sedangkan Palatinate hilir sebagian besar menganut ajaran [[Calvinisme|Kalvinis]]. Sejak tahun 1356, ketika hukum konstitusional [[Kekaisaran Romawi Suci]] telah didirikan, tujuh pemilih (4 panglima pemilihan dan 3 uskup agung) memilih setiap [[kaisar Romawi Suci]] yang baru. [[Dewan Kekaisaran Romawi Suci|Dewan Imperial]] memutuskan hal-hal penting bagi kekaisaran. [[Kekaisaran Romawi Suci]], yang pernah menjadi kekuatan paling kuat di Eropa, telah dilemahkan akibat peperangannya dengan kepausan di abad ke-13. Namun, beberapa [[Status Imperii|negara kekaisaran]] menawarkan keseimbangan antara keinginan atas sosok berwibawa yang bisa menjaga hukum dan ketertiban, serta kemerdekaan politik mereka yang terus berlanjut.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/320193499|title=A history of modern Europe : from the Renaissance to the present|last=M.|first=Merriman, John|publisher=|year=|isbn=9780393934335|edition=Third edition|location=New York|pages=145|oclc=320193499|ref=harv}}</ref>
 
[[Perdamaian Augsburg]] (1555) mengakhiri perang antara [[Kaisar Romawi Suci]] [[Karl V, Kaisar Romawi Suci|Karl V]], dengan negara-negara [[Jerman]] [[Protestanisme|Protestan]],<ref name=":1" /> di mana asas ''[[cuius regio, eius religio]]'' menentukan agama raja sebagai agama wilayah kekuasaan, dan sistem agama tunggal, digantikan dengan sistem agama di setiap wilayah.<ref>{{cite book|title=Reformasi dari dalam, Sejarah Gereja Zaman modern|first1=Eddy.|publisher=Penerbit Kanisisus|year=2004|isbn=979-21-0910-2|location=Yogyakarta|pages=67-69|ref=harv|last1=Kristiyanto, OFM}}</ref> Asas ini, bagaimanapun, tidak mengakhiri persaingan agama atau tuntutan agama minoritas yang ditoleransi oleh pemerintah.<ref name=":1" /> [[Perdamaian Augsburg]], pada kenyataannya, memperkuat partikularisme Jerman, serta membantu mensekulerasikan institusi [[Kekaisaran Romawi Suci]] dengan mengakui hak pangeran Jerman untuk menentukan agama negara-negara mereka. Hal ini juga membantu mengakhiri harapan [[Karl V, Kaisar Romawi Suci|Karl V]] dalam mendirikan sebuah kerajaan yang akan mempertemukan semua wilayah [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] di negara bagian [[Jerman]], [[Spanyol]], dan [[Belanda]].<ref name=":1" />
Baris 24:
[[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]] (1557- 1612), raja [[Bohemia]] dan [[kaisar Romawi Suci]] (yang menggantikan ayahnya [[Maximilian II, Kaisar Romawi Suci|Maximilian II]]), ingin meluncurkan sebuah perang agama melawan [[Protestanisme|Protestan]]. Dia menutup gereja-gereja [[Gereja Lutheran|Lutheran]] di tahun 1578, mengingkari janji sebelumnya kepada bangsawan Bohemia bahwa dia akan mentoleransi agama, yang dianut sebagian besar penduduk yang telah berpindah agama.<ref name=":1" /> Selain itu, sepupu [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]]; Adipati Agung [[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]] (1578-1637) menarik toleransi agama yang diberikan [[Maximilian II, Kaisar Romawi Suci|Maximilian II]] di Austria hilir. Pasukan kekaisaran [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]], yang telah memerangi orang-orang Turki sejak tahun 1593, telah menganeksasi [[Transilvania]].<ref name=":1" /> Kaisar bergerak melawan [[Protestanisme|Protestan]] di sana dan di [[Hongaria]]. Namun pada tahun 1605, ketika tentara Rudolf II melakukan kampanye melawan orang-orang Turki di [[Balkan]], orang-orang Protestan memberontak di kedua tempat tersebut. Sebuah tentara Protestan menginvasi [[Moravia]], yang terletak di sebelah timur [[Bohemia]] dan utara [[Austria]], dekat dengan ibukota [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] di [[Wina]]. Sementara itu, Kaisar [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]], yang hanya sedikit kompeten pada hari-hari terbaiknya (dia mengalami depresi dan kemudian merasa tidak waras), hidup sebagai pertapa di kastilnya di [[Praha]]. Keluarganya meyakinkan saudaranya [[Matthias, Kaisar Romawi Suci|Matthias]] (1557-1619) untuk bertindak atas nama [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]] dengan berdamai dengan penduduk [[Protestanisme|Protestan]] [[Hongaria]] dan [[Transilvania]], serta orang-orang [[Turki]]. [[Traktat Wina (1606)]] menjamin kebebasan beragama di Hongaria. [[Matthias, Kaisar Romawi Suci|Matthias]] kemudian dikenal sebagai kepala ahli waris atau penerus [[wangsa Habsburg]] dan [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]].<ref name=":1" /> Kebanyakan orang sepakat dengan perdamaian yang diakui pada [[Traktat Wina (1606)]], kecuali [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]], dan mengklaim bahwa wabah yang memburuk di [[Bohemia]] adalah bukti bahwa Tuhan tidak senang dengan [[konsesi]] yang diberikannya kepada penganut [[Protestanisme|Protestan]]. Dia juga mencela [[Matthias, Kaisar Romawi Suci|Matthias]] dan [[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]] atas akomodasi mereka dengan orang-orang Protestan dan dengan orang-orang Turki. [[Matthias, Kaisar Romawi Suci|Matthias]] bersekutu dengan wilayah tanah Hongaria yang Protestan dan bergerak melawan [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]]. Kemudia [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]] menyerah, dan memberikan [[Hongaria]], [[Austria]], dan [[Moravia]] kepada [[Matthias, Kaisar Romawi Suci|Matthias]] di tahun 1608, dan [[Bohemia]] di tahun 1611. [[Rudolf II, Kaisar Romawi Suci|Rudolf II]] dipaksa untuk menandatangani ''Letter of Majesty'' di tahun 1609, dan memberikan hak kepada penduduk [[Bohemia]] untuk memilih agama [[Gereja Katolik Roma|Katolik]], [[Gereja Lutheran|Lutheranisme]], atau satu dari dua kelompok ajaran [[Husite]]. Gereja-gereja Protestan, sekolah, dan juga kuburan ditoleransi.<ref name=":1" />
 
Penurunan efektif atas otoritas [[Kekaisaran Romawi Suci]] berkontribusi pada akhir periode perdamaian di negara-negara Jerman. Dalam dasawarsa terakhir di abad ke-16, negara-negara ini saling bermusuhan dan dimiliterisasi. Untuk beberapa saat, [[Reformasi Katolik]] diuntungkan dari perdebatan sengit, atau bahkan perang kecil antara pemeluk [[Gereja Lutheran|Lutheran]] dan [[Calvinisme|Kalvinis]]. Namun semakin banyak pemeluk [[Protestanisme|Protestan]] mengesampingkan perbedaan keduanya, betapapun besarnya, dalam menghadapi desakan penguasa [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] yang ingin memenangkan kembali wilayah-wilayah yang hilang akibat [[Protestanisme]].<ref name=":1" />
 
Kisah-kisah intoleransi tejadi dan memanaskan perselisihan antar agama. Pada tahun 1606, di [[Donauwörth]], sebuah [[Status Imperii|kota kekaisaran bebas]] Jerman bagian selatan di mana pemeluk [[Gereja Lutheran|Lutheran]] dan [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] saling bersikap toleran, kerusuhan tejadi bermula ketika penganut[[Gereja Lutheran|Lutheran]] berusaha mencegah pemeluk [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] untuk menahan sebuah prosesi. Kemudian di tahun berikutnya, Adipati [[Maximilian I, Elektor dari Bavaria|Maximilian I]] dari Bavaria mengirim pasukan untuk memastikan dominasi [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] di wilayah tersebut. Hal ini membuat para pangeran [[Calvinisme|Kalvinis]] marah, sama halnya dengan beberapa penguasa Lutheran. <ref name=":1" />
 
==Permulaan perang (1618-1625)==