Portal:Sejarah

Revisi sejak 25 Januari 2016 13.20 oleh Fikrul Hanif Sufyan (bicara | kontrib) (Menarasikan Sumatra Westkust dalam ''Door de Padangsche Bovenlanden'')

Door de Padangsche Bovenlanden merupakan salah satu film yang diproduksi NIFM Polygoon pada tahun 1940. Film berdurasi 20 menit, 33 detik ini menampilkan suasana sejarah maritim, kebudayaan, transportasi, sosial ekonomi, sekaligus geografis Minangkabau pedalaman. Pada masa kekuasaannya, pemerintah kolonial Belanda memang memiliki kesadaran lebih tinggi untuk mendokumentasikan seluruh aktivitas mereka di tanah jajahan, melalui dokumen arsip, surat kabar, foto-foto, dan yang paling mutakhir adalah film dokumen.

Kesadaran mereka untuk mendokumentasikan seluruh peristiwa yang terjadi di tanah jajahan dalam bentuk audio visual, memang agak berbeda dengan kesadaran dari kita sebagai bangsa yang pernah “dijajah” dalam memaknai arti pentingnya dokumentasi sejarah. Maka, film Door de Padangsche Bovenlanden menarik untuk dicermati, terutama kita hubungkan dengan kesadaran terhadap sejarah lokal di Sumatera Barat. Segmen pertama dalam film Door de Padangsche Bovenlanden' menyajikan situasi Emmahaven (teluk Bayur) sebagai pelabuhan besar di kawasan pantai Barat Sumatera.

Menurut Gusti Asnan, topografi pantai Barat Sumatera ditandai dengan banyaknya tanjung dan teluk. Keadaaan alam ini, lanjutnya, merupakan kekhasan daerah pantai dalam banyak situasi memberi arti penting dari sebuah pantai.[1]. Berbekal kamera sederhana pada era 1940an, kameramen menyorot beberapa objek yang menarik, mulai dari rumah panggung, surau, mercusuar. Selain itu, film yang diisi dengan narator berbahasa Belanda ini juga menyorot aktivitas dari kapal-kapal yang akan berlabuh di teluk Bayur. Pada segmen berikutnya, kameramen menyorot aktivitas dari kampung-kampung nelayan yang berada di sekitar Batang Arau.

Sumber: Door de Padangsche Bovenlanden

Pada segmen kedua dari film Door de Padangsche Bovenlanden, kameramen menampilkan sesi perayaan Cap Go Meh di kampung Pondok Padang. Perayaan Cap Go Meh ini diawali dengan sesi arak-arakan yang membawa patung singa dan anak-anak etnis Tionghoa yang memakai pakaian Tek Pek Hong. Namun, ada hal yang menarik dari perayaan hari tahun baru Imlek ini. Rupanya, perayaan Cap Go Meh pada tahun 1940 itu tidak saja dimeriahkan etnis Tionghoa, juga dari etnis Minang. Hal ini tampak dari tukang tandu yang membawa arak-arakan patung singa dan anak-anak etnis Tionghoa yang memakai baju guntiang Cino dan kopiah hitam. Lebih lanjut dalam film ini disajikan mengisahkan: In Alle kutsplaatsen van Indie overheerscht als hendelselement de nijvere Chinees. Een der groote feesten van de Zonen van het Hemelsche Rijk is de Tjap-Goh-Meh. Aan het einde van de stoet komt onder rumoer en lawaai, het aller Allerheleigste der Chineezen, de Tek Pek Hong. [2]

“Di seluruh kota-kota pesisir di Hindia Timur didominasi oleh orang Cina yang ulet. Salah satu perayaan besar Kekaisaran Celestial Cap Goh Meh. Pada akhir prosesi berada di bawah kebisingan, Sakramen paling khusus Maha Suci dari Cina, Tek Pek Hong” Selain menampilkan sesi arak-arakan Cap Go Meh menuju klenteng, kameramen juga menyorot penampilan atraksi barongsai dalam durasi dua menit. Atraksi barongsai ini hanya menyorot para pemain singa barong dan pengiring musik, tanpa menayangkan penonton yang melihat pertunjukan ini. Dari cuplikan kisah Emmahaven hingga perayaan Cap Go Meh di kampung Pondok Padang, menunjukkan bahwa aktivitas pantai Barat Sumatera pada masa lampau memang cukup padat. Selain itu kawasan Emmahaven, kampung Pondok, Batang Arau, Pasa Gadang, Pasa Mudiak, tidak saja dihuni oleh orang Minang yang berasal dari kawasan darek dan pesisir, juga dari etnis Tionghoa, Nias, Arab, dan India. [3]

Referensi

  1. ^ Beberapa teluk dan tanjung yang terkenal dan memainkan peran penting , menurut Gusti Asnan antara lain Tanjung Singkel, Teluk Tapanuli, Tajung Kara-Karaen, Teluk Air Bangis, Teluk Bayur Padang, dan Tanjung Indrapura. Lebih lanjut baca Gusti Asnan,Dunia Pantai Barat Sumatera..Yogyakarta: Ombak, 2007
  2. ^ Lebih lanjut lihat film Door de Padangsche Bovenlanden produksi NIFM Polygoon-Haarlem tahun 1940.Lihat juga https://www.academia.edu/20732351/Door_de_Padangse_Bovenlanden_Sebuah_Sumbangsih_Terhadap_Film_Dokumenter_Sejarah.
  3. ^ Lebih lanjut lihat https://talogondan.wordpress.com/2016/01/23/door-de-padangsche-bovenlanden-sebuah-sumbangsih-terhadap-film-dokumenter-sejarah.