Psikologi forensik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Ilmu forensik|sosial|image=A Structural-Functionalist Understanding of Deviance.png}}
[[Berkas:Fingerprint_picture.svg|jmpl|ka|200px]]
 
'''Psikologi forensik''' adalah [[penelitian]] dan teori [[psikologi]] yang berkaitan dengan efek-efek dari faktor [[kognitif]], [[afektif]], dan perilaku terhadap proses [[hukum]].<ref name=sosi>Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004, hal. 217.</ref> Beberapa akibat dari kekhilafan [[manusia]] yang mempengaruhi berbagai aspek dalam bidang [[hukum]] adalah penilaian yang [[bias]], ketergantungan pada [[stereotip]], ingatan yang keliru, dan keputusan yang salah atau tidak adil.<ref name="sosi" /> Karena adanya keterkaitan antara [[psikologi]] dan [[hukum]], para psikolog sering diminta bantuannya sebagai saksi ahli dan konsultan ruang sidang.<ref name="sosi" /> Psikologi forensik termasuk bidang khusus yang relatif baru. Bahkan, psikologi forensik secara resmi diakui sebagai bidang khusus oleh ''American Psychological Association'' pada tahun 2001. Meskipun tergolong baru, bidang ini memiliki akar perkembangan yang sangat kuat berasal dari ''Wilhelm Wundt''  yang merupakan pendiri laboratorium psikologi pertama di Kota Leipzig, Jerman.<ref>{{Cite web|last=Mardatila|first=Ani|date=2021-08-04|title=Mengenal Psikologi Forensik, Ini Perannya untuk Memecahkan Kejahatan|url=https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-psikologi-forensik-ini-perannya-untuk-memecahkan-kejahatan-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-03-18}}</ref> Aspek penting dari psikologi forensik adalah kemampuannya untuk mengetes di [[pengadilan]], reformulasi penemuan [[psikologi]] ke dalam bahasa legal dalam pengadilan, dan menyediakan informasi kepada personel legal sehingga dapat dimengerti.<ref>Nietzel, Michael (1986). Psychological Consultation in the Courtroom. New York: Pergamon Press. ISBN 0-08-030955-0.
^ Blau, Theodore H. (1984). The Psychologist as Expert Witness.</ref> Maka dari itu, ahli psikologi forensik harus dapat menerjemahkan informasi psikologis ke dalam kerangka [[legal]].<ref>Shapiro, David L. (1984). Psychological Evaluation and Expert Testimony. New York: Van Nostrand Reinhold. ISBN 0-442-28183-8.</ref>
 
== Ilmu forensik ==
Forensik berasal dari [[bahasa]] [[Yunani]] ''Forensis'' yang berarti debat atau perdebatan. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu [[fisika]] forensik, ilmu [[kimia]] forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu [[toksikologi]] forensik, [[komputer]] forensik, ilmu [[balistik]] forensik, ilmu [[metalurgi]] forensik dan sebagainya.<ref>{{Cite journal|last=Maramis|first=Marchel R.|date=2015|title=PERAN ILMU FORENSIK DALAM PENYELESAIAN KASUSKEJAHATAN SEKSUAL DALAM DUNIA MAYA (INTERNET)|url=http://repo.unsrat.ac.id/1349/2/Hal_42-52_Marchel_R._Maramis_No_7_Juli-Desember_2015.pdf|journal=Jurnal Ilmu Hukum|volume=2|issue=7|pages=43|issn=2338-0063}}</ref>
 
Istilah forensik adalah suatu proses ilmiah (didasari oleh ilmu pengetahuan) dalam mengumpulkan, menganalisa, dan menghadirkan berbagai bukti dalam [[sidang]] [[pengadilan]] terkait adanya suatu kasus hukum. Kekuatan dari forensik adalah memungkinkan analisa dan mendapatkan kembali [[fakta]] dari kejadian dan [[lingkungan]]. Tentu tidaklah mudah mendapatkan (atau lebih tepatnya menemukan) fakta, karena fakta itu tersembunyi adanya.<ref>{{Cite book|last=Sulianta|first=Feri|date=2013|url=https://books.google.com/books?id=Z01bDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA2&dq=forensik+adalah&hl=en|title=Komputer Forensik|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-602-04-2058-5|pages=2|language=id|url-status=live}}</ref>
 
== Ruang lingkup ==
Kontribusi psikologi dalam bidang forensik memiliki cakupan area kajian yang sangat luas, mulai dari membuat kajian mengenai profil pelaku kejahatan ''(offender profilling)'',saksi mata ''(eyewitness)'', soal perwalian anak, mendeteksi kebohongan, menguji kewarasan [[mental]], soal penyalahgunaan [[obat]] dan [[zat]] [[adiktif]], mengungkap dasar [[neuropsikologik]], [[genetik]], dan proses perkembangan pelaku, kekerasan [[domestik]], kekerasan [[seksual]] dan juga soal [[rehabilitasi]] psikologis di penjara.<ref>{{Cite web|last=Mu’affi|first=Oktavia|last2=Pusvitasari|first2=Putri|date=2021-12-24|title=Psikologi Forensik dalam Ilmu Hukum|url=https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/935-psikologi-forensik-dalam-ilmu-hukum|website=buletin.k-pin.org|access-date=2022-03-18}}</ref> Selain itu, Psikologi Forensik juga mengambil peran penting pada sistem keadilan kriminal. Psikolog Forensik dapat menuntun atau berguna bagi kepolisian, pekerja di penjara, dan sebagai dasar ilmu saat menjadi saksi ahli di pengadilan. Yang terpenting psikolog forensik juga dapat memberikan ''assesment'' dan ''mental support'' kepada seluruh narapidana.<ref>{{Cite web|last=Rahman|first=Azra Aulia|date=2021-03-12|title=Apa Itu Psikologi Forensik?|url=https://kumparan.com/azra-aulia-rahman/apa-itu-psikologi-forensik-1vLAbDADBQw|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2022-03-18}}</ref> Psikologi forensik menunjukkan penyediaan lansung informasi psikologi untuk pengadilan-pengadilan yang dinamakan ''psychology in the courts'', di mana seorang terdakwa tidak dapat dipidana karena tidak waras atau pikirannya terganggu oleh suatu penyakit sehingga tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Artinya pendekatan ini membebaskan terdakwa dari hukuman karena kondisi psykologisnyapsikologisnya. Beberapa pembahasan yang termasuk dalam Psikologi Forensik antara lain penilaian forensik [[pidana]] dan [[perdata]], Instrumentinstrument penilaian forensik dan penilaian forensik [[gejala]] [[penyakit]].<ref>{{Cite book|last=Kadarudin|first=|date=2021|url=https://books.google.com/books?id=DFs1EAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA165&dq=psikologi+forensik+adalah&hl=en|title=PENELITIAN DI BIDANG ILMU HUKUM (Sebuah Pemahaman Awal)|location=Semarang|publisher=Formaci|isbn=978-623-95529-0-9|pages=165|language=id|url-status=live}}</ref>
 
== Sejarah ==
Psikologi forensik telah melewati sejarah panjang sebagai suatu ilmu pengetahuan. [[Hugo Miinsterberg]] diketahui sebagai Bapak Psikologi Forensik a tauatau [[psikolog]] pertama yang mengenalkan sekaligus mengaplikasikan psikologi ke dalam ranah legal yang dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul ''On The Witness Stand'' (Huss, 2014). Selain itu, pada awal tahun 1900an, psikolog [[Jerman]] bernama [[William Stem]] mulai mengkaji identifikasi saksi mata (''eyewitness identification''). Selanjutnya, praktik psikologi forensik dikenalkan pula oleh [[Lightner Witmer]] dan [[William Healy]] yang menekankan pada aktivitas klinis dalam konteks hukum. Witmer memulai dalam kuliah psikologi kejahatan (''psychology of crime'') di awal tahun 1900an dan di saat yang kurang lebih berdekatan, Healy mendirikan Chicago Juvenile Psychopatic Infinite yang berfokus pada asesmen dan intervensi terhadap masalah-masalah kenakalan remaja yang banyak mengungkap masalah-masalah yang menjadi modal ilmiah kajian psikologi forensik. Lebih lanjut, pada tahun 1921, praktik psikologi forensik dalam penanganan kasus-kasus kenakalan remaja di Amerika Serikat membuat psikolog forensik sebagai profesi yang diakui untuk memperoleh izin dalam melakukan pemeriksaan psikologis sekaligus sebagai saksi ahli dalam proses peradilan saat itu. Selanjutnya, pada tahun 1962, psikolog forensik diizinkan untuk melakukan pemeriksaan psikologis dalam proses penegakan hukum kepada mereka yang mengalami gangguan kejiwaan. Sejumlah kepercayaan publik terhadap pecan psikolog forensik dalam konteks hukum membuat para psikolog forensik saat itu membuat American Psychology - Law Society. Selain itu, pada tahun 1970an sampai hail ini, penerbitan hasil riset terkait perkembangan psikologi forensik terus dipublikasikan oleh jurnal-jumal ilmiah.<ref>{{Cite book|last=Alfaruqy|first=Muhammad Zulfa|last2=Indrawati|first2=Endang Sri|last3=Kaloeti|first3=Veronica Sakti|date=2019|url=https://doc-pak.undip.ac.id/2174/1/Buku%20Ajar%20Psikologi%20Forensik.pdf|title=Psikologi Forensik|location=Yogyakarta|publisher=Psikosain|isbn=978-602-5875-16-8|pages=4|url-status=live}}</ref>
 
== Fungsi ==
Pada umumnya fungsi dari psikologi forensik erat sekali dengan tindakan hukum. Dalam membantu sebuah proses penyelidikan, psikolog forensik memiliki tugas melakukan otopsi psikologi, [[wawancara]] para saksi mata secara langsung, melakukan wawancara [[investigasi]] pelaku, dan melakukan ''criminal profiling'' atau mencari gambaran perilaku dan profil pelaku.<ref>{{Cite web|last=Dewi|first=Hayuning Purnama|date=2019-11-29|title=Kenalkan Peran Ilmu Psikologi Forensik Dalam Proses Hukum|url=http://www.ubaya.ac.id/2018/content/news/2706/Kenalkan-Peran-Ilmu-Psikologi-Forensik-dalam-Proses-Hukum.html|website=Universitas Surabaya (Ubaya)|access-date=2022-03-18}}</ref>
 
Adapun fungsi yang lebih spesifik dijelaskan sebagai berikut. Pertama, mengetahui bagaimana kondisi kejiwaan pelaku sebuah tindak pidana Fungsi ini sangat membantu dalam rangka mengetahui apakah pelaku sedang mengalami gangguan kejiwaan atau tidak sama sekali.  Kedua, dapat membantu penegak hukum melakukan pendekatan [[psikis]] pada saat proses penyidikan. Psikologi forensik bisa sangat bermanfaat ketika pelaku tindak pidana tidak kooperatif dengan memberikan berbagai keterangan yang terkesan berbelit-belit dan membingungkan pada saat penyidikan. Sebagai pendukung bisa juga menggunakan pendekatan psikologi komunikasi. Ketiga, memberi masukan dalam proses penyidikan. Proses penyidikan berlangsung merujuk pada hasil masukan psikologi forensik. Artinya, langkah-langkah yang perlu ditempuh dibantu melalui faktor yang ditemukan dalam dari psikologi forensik.  Keempat, menemukan Kejanggalan psikis. Seseorang dapat memanipulasi diri untuk menghindari sebuah tuntutan hukum. Oleh karena itu, untuk menemukan kejanggalan peran psikologi forensik dalam proses penyidikan tindak pidana sangat diperlukan. Kelima, mengungkap [[motif]] dari pelaku tindak pidana. Ini dilakukan untuk mengetahui alasan sebenarnya seseorang melakukan sebuah tindak kejahatan. Motif tindak pidana akan menjadi dasar pemberian hukuman yang paling tepat atas kesalahan yang telah dilakukan.<ref>{{Cite web|last=Sopia|first=|date=2021-11-06|title=Yuk Mengenal Psikologi Forensik|url=https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/445053/yuk-mengenal-psikologi-forensik|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2022-03-18}}</ref> Keenam, memberi bantuan dan masukan kepada penyidik mengenai langkah-langkah dalam pengawalan pelaku terutama dalam hal pengawasan keselamatan ketika berada di [[Polres]] atau [[Polsek]] selama proses penyidikan kepolisianke[[polisi]]an sampai dengan proses pengadilan.<ref>{{Cite web|last=Boby|first=Adrian|date=2021-11-15|title=Pentingnya Psikologi Forensik Pada Proses Penyidikan – TRIBRATANEWS POLDA KEPRI|url=https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/11/15/pentingnya-psikologi-forensik-pada-proses-penyidikan/|language=id-ID|access-date=2022-03-18}}</ref>
 
== Referensi ==