Pulau Bangka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfi Alafgani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{for|pulau di Sulawesi Utara|Pulau Bangka, Sulawesi Utara}}
{{Infobox islands
|name = Bangka <br> ڤولو بڠک <br>邦加島
|image_name = Bangka Topography.png
|image_caption = Topografi Pulau Bangka
Baris 33 ⟶ 35:
<!--diambil dari [[Suku Bangka]] (anon)-->
Bangka menurut bahasa sehari-hari masyarakat Bangka mengandung arti "sudah tua" atau "sangat tua", sehingga pulau Bangka dapat diartikan sebagai "pulau yang sudah tua". Bila merujuk pada kandungan bahan galian yang terdapat di daerah ini, pulau Bangka banyak mengandung bahan-bahan galian mineral yang tentunya terjadi dari proses alam yang berlaku berjuta-juta tahun. Salah satu contohnya adalah bahan galian timah, oleh karenanya masyarakat menyebutnya dengan sebutan Pulau Bangka.
 
Dalam Epos Ramayana disebutkan berbagai pulau di Nusantara seperti Yawadwipa, Suwarnadwipa dan Rupyakadipa. Yawadwipa merujuk kepada Pulau Jawa saat ini dengan tanahnya yang subur dengan komoditas utama berupa padi. Suwarnadwipa dengan komoditas utama barang tambang berupa Emas. Dan Rupyakadwipa (Pulau Perak) yang diduga adalah Pulau Bangka yang juga mempunyai banyak tambang.
 
Kata bangka dapat juga berasal dari kata wangka yang artinya [[timah]]. Karena di daerah ini ditemukan bahan galian timah, maka disebut Pulau Timah. Karena pergeseran atau bunyi bahasa yang berubah maka masyarakat lebih lekat memanggil pulau ini dengan kata Pulau Bangka atau pulau bertimah. Menurut cerita rakyat, Pulau Bangka tidak mempunyai penduduk asli, semua penduduk adalah pendatang dari suku yang diberi nama suku sekak. Masyarakatnya masih menganut animisme. Kemudian masuk bangsa melayu dari daratan malaka dengan membawa agama Islam yang kemudian berkembang sampai sekarang.
Baris 40 ⟶ 44:
[[Berkas:Mentok City.jpg|jmpl|ka|Mentok dengan latar Bukit Menumbing]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Europeaan poseert voor de batu balei bij Muntok TMnr 60048677.jpg|jmpl|200px|Batu Balei di dekat Muntok.]]
Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur [[SumatraSumatera Selatan]], berbatasan dengan [[Laut China Selatan]] di sebelah utara, Pulau [[Belitung]] di timur dan [[Laut Jawa]] di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180&nbsp;km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu berbeda dengan rawa di pulau [[Sumatra]], sedangkan keistimewaan pantainya dibandingkan dengan daerah lain adalah pantainya yang landai berpasir putih dengan dihiasi hamparan batu granit.
 
Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2.950,68&nbsp;km², dengan jumlah penduduk tahun 2003 sebanyak 217.545 jiwa. Batas wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:
Baris 162 ⟶ 166:
 
{{utama|Sejarah Bangka}}
Pulau Bangka merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan [[Palembang]], karena runtuhnya kekuasaan Kesultanan Palembang kemudian wilayah Bangka diserahkan ke tangan [[Inggris]] pada [[1812]]. Pada tahun [[1814]], oleh pemerintah Inggris pulau Bangka dibarter dengan [[Kerala|Cochin]] di [[India]] yang tadinya milik [[VOC|Belanda]]. Pada masa perang dunia ke-2 pemerintah [[Jepang]] yang menjadi pemenang pada saat itu menguasai pulau Bangka dari tahun [[1942]] hingga [[1945]]. Setelah Jepang pada tahun [[1945]] menyerah tanpa syarat pada Sekutu seperti halnya hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan, maka pulau Bangka setelah [[proklamasi]] kemerdekaan menjadi bagian dari Indonesia pada [[1949]]. Pulau Bangka bersama dengan pulau Belitung pada awalnya merupakan bagian dari provinsi [[SumatraSumatera Selatan]] hingga tahun [[2000]] setelah terjadi perubahan peta politik di Indonesia dan terjadi pergolakan pada tahun [[1998]] yang berujung jatuhnya kekuasaan [[rezim]] Suharto, atas desakan masyarakat di pulau Bangka dan Belitung kemudian pada tahun [[2000]] pulau Bangka dan pulau Belitung kemudian disahkan sebagai sebuah provinsi dan melepaskan diri dari SumatraSumatera Selatan dan disahkan menjadi sebuah provinsi bernama [[Kepulauan Bangka Belitung]].
 
=== Sriwijaya ===
Baris 178 ⟶ 182:
 
=== Kesultanan Palembang ===
Pada tahun [[1707]], Sultan Abdurrahman wafatmeninggal.<ref>{{Cite book|last=Swastiwi, A. W., Nugraha, S. A., dan iaPurnomo, H.|date=2017|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/17543/1/2017%20-%20Sejarah%20perdagangan%20timah%20di%20pangkalpinang.pdf|title=Lintas Sejarah Perdagangan Timah di Bangka Belitung Abad 19 - 20|location=Tanjungpinang|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau|isbn=978-602-51182-1-0|editor-last=Sobuwati, D., dan Nuraini|pages=64|url-status=live}}</ref> Posisinya sebagai sultan digantikan oleh putranya [[Ratu Muhammad Mansyur]] ([[1707]]-[[1715]]).
 
Namun [[Ratu Anum Kamaruddin]] adik kandung [[Ratu Muhammad Mansyur]] kemudian mengangkat dirinya sebagai [[Sultan Palembang]], menggantikan abangnya ([[1715]]-[[1724]]), walaupun abangnya telah berpesan sebelum wafat, supaya putranya [[Mahmud Badaruddin I dari Palembang|Mahmud Badaruddin]] menyingkir ke [[Johor]] dan [[Pulau Siantan|Siantan]], sekalipun secara resmi sudah diangkat menjadi [[Sultan Palembang]].
Baris 201 ⟶ 205:
 
=== Jajahan Inggris ===
[[Perjanjian Tuntang]] padaPada tanggal 18 September [[1811]], telahditetapkan membawaperjanjian nasibbernama lain[[Perjanjian bagiTuntang]] pulauyang menyerahkan kekuasaan Pulau Bangka dari Kesultanan Palembang yang dikuasai Belanda kepada Inggris.<ref>{{Cite book|last=Swastiwi, A. W., Nugraha, S. A., dan Purnomo, H.|date=2017|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/17543/1/2017%20-%20Sejarah%20perdagangan%20timah%20di%20pangkalpinang.pdf|title=Lintas Sejarah Perdagangan Timah di Bangka Belitung Abad 19 - 20|location=Tanjungpinang|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau|isbn=978-602-51182-1-0|editor-last=Sobuwati, D., dan Nuraini|pages=24|url-status=live}}</ref> Pada tanggal itu ditandatanganilah akta penyerahan dari pihak Belanda kepada pihak Inggris, di mana pulau [[Jawa]] dan daerah-daerah takluknya, [[Timor]], [[Makasar]], dan [[Palembang]] berikut daerah-daerah takluknya menjadi jajahan Inggris.
 
[[Raffles]] mengirimkan utusannya ke [[Palembang]] untuk mengambil alih [[Loji]] Belanda di [[Sungai Aur]], tetapi mereka ditolak oleh [[Sultan Mahmud Badaruddin II]], karena kekuasaan Belanda di [[Palembang]] sebelum [[Perjanjian Tuntang|kapitulasi Tuntang]] sudah tidak ada lagi. [[Raffles]] merasa tidak senang dengan penolakan Sultan dan tetap menuntut agar [[Loji]] [[Sungai Aur]] diserahkan, juga menuntut agar Sultan menyerahkan tambang-tambang timah di pulau Bangka dan [[Belitung]].
Baris 210 ⟶ 214:
 
=== Kembali menjadi jajahan Belanda ===
Kemudian atas dasar [[Konvensi London]] tanggal [[13 Agustus]] [[1814]], [[Belanda]] menerima kembali dari Inggris daerah-daerah yang pernah didudukinya.<ref>{{Cite book|last=Abubakar, A., dkk.|date=2020|url=https://www.bi.go.id/id/bi-institute/publikasi/Documents/Buku_Sejarah_KPwBI_Palembang.pdf|title=‘Oedjan Mas’ di Bumi Sriwijaya: Bank Indonesia dan ‘Heritage’ di Sumatra Selatan|location=Jakarta|publisher=Bank Indonesia Institute|isbn=978-623-90661-4-7|editor-last=Sastrodinomo|editor-first=Kasijanto|pages=51|url-status=live}}</ref> Wilayah yang dikembalikan sesuai pada tahun 1803 sebelum Napoleon menyerbu Belanda di Eropa, termasuk beberapa daerah [[Kesultanan Palembang]]. Serah terima dilakukan antara [[M.H. Court]] (Inggris) dengan [[K. Heynes]] ([[VOC|Belanda]]) di [[Mentok]] pada tanggal 10 Desember [[1816]].
 
Kecurangan-kecurangan, pemerasan-pemerasan, pengurasan dan pengangkutan hasil timah yang tidak menentu, yang dilakukan oleh [[VOC]] dan Inggris ([[EIC]]) akhirnya sampailah pada situasi hilangnya kesabaran rakyat. Apalagi setelah kembali kepada [[Belanda]], yang mulai menggali [[timah]] secara besar-besaran dan sama sekali tidak memikirkan nasib pribumi. [[Perang gerilya]] yang dilakukan di [[Musi Rawas]] untuk melawan [[Belanda]], juga telah membangkitkan semangat perlawanan rakyat di Pulau Bangka dan [[Belitung]] terutama masyarakat [[kampung cit]] di Riausilip.
Baris 218 ⟶ 222:
Kemudian istri [[Mahmud Badaruddin I dari Palembang|Mahmud Badaruddin]] yang karena tidak serasi berdiam di [[Palembang]] diperkenankan suaminya menetap di Bangka dimana disebutkan bahwa istri Mahmud Badaruddin ini adalah anak dari [[Wan Abduljabar]]. Sejarah menyebutkan bahwa [[Wan Abduljabar]] adalah putra kedua dari [[Abdulhayat]] seorang kepercayaan [[Sultan Johor]] untuk pemerintahan di [[Pulau Siantan|Siantan]], [[Abdulhayat]] ini semula adalah seorang pejabat tinggi kerajaan Tiongkok bernama [[Lim Tau Kian]], yang karena berselisih paham lalu melarikan diri ke [[Johor]] dan mendapat perlindungan dari Sultan. Ia kemudian masuk agama Islam dengan sebutan [[Abdulhayat]], karena keahliannya diangkat oleh [[Sultan Johor]] menjadi kepala Negeri di [[Pulau Siantan|Siantan]].
 
==Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Pulau di Bangka Belitung}}
{{Kepulauan Bangka Belitung}}
[[Kategori:Pulau di Kepulauan Bangka Belitung|Bangka]]