Pulau Bangka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Kembali menjadi jajahan Belanda: #1Lib1Ref #1Lib1RefID |
|||
(31 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{noref}}
{{for|pulau di Sulawesi Utara|Pulau Bangka, Sulawesi Utara}}
{{Infobox islands
|name = Bangka <br> ڤولو بڠک <br>邦加島
|image_name = Bangka Topography.png
|image_caption = Topografi Pulau Bangka
|locator_map =
|native_name =
|native_name_link =
|location = [[Asia Tenggara]]
|coordinates = {{coord|2|15|S|106|00|E|region:ID_type:isle_scale:2500000|display=inline,title}}
|archipelago =
|total_islands =
|major_islands =
|area_km2 = 11.693,54
|rank = 68th
|highest_mount = [[Gunung Maras]]
|elevation_m = 699
|country = [[Indonesia]]
|country_admin_divisions_title = Kabupaten/Kota
|country_admin_divisions = [[Pangkal Pinang]], [[Bangka]], [[Bangka Tengah]], [[Bangka Selatan]], [[Bangka Barat]]
|country_largest_city = [[Pangkal Pinang]]
|country_largest_city_population = 134.082
|population = 960.692
|population_as_of = 2010 Census
|density_km2 = 82,65
|ethnic_groups = [[Melayu Bangka]], [[Tionghoa Bangka]], kebanyakan [[Hakka]]
|demonym = Orang Bangka
}}
[[Berkas:Baturusa river 2012.jpg|jmpl|ka|Sungai Baturusa, sungai utama di Pulau Bangka.]]
'''Pulau Bangka''',[[Jawi]]: '''ڤولو بڠكـ''' adalah sebuah [[pulau]] yang terletak di sebelah [[timur]] [[Sumatra]], [[Indonesia]] dan termasuk dalam wilayah [[provinsi]] [[Kepulauan Bangka Belitung]]. Populasinya pada [[2004]] berjumlah 789.809 jiwa. Luas pulau Bangka ialah 11.693.54 km².
<!--diambil dari [[Suku Bangka]] (anon)-->
Bangka menurut bahasa sehari-hari masyarakat Bangka mengandung arti "sudah tua" atau "sangat tua", sehingga pulau Bangka dapat diartikan sebagai "pulau yang sudah tua". Bila merujuk pada kandungan bahan galian yang terdapat di daerah ini, pulau Bangka banyak mengandung bahan-bahan galian mineral yang tentunya terjadi dari proses alam yang berlaku berjuta-juta tahun. Salah satu contohnya adalah bahan galian timah, oleh karenanya masyarakat menyebutnya dengan sebutan Pulau Bangka.
Dalam Epos Ramayana disebutkan berbagai pulau di Nusantara seperti Yawadwipa, Suwarnadwipa dan Rupyakadipa. Yawadwipa merujuk kepada Pulau Jawa saat ini dengan tanahnya yang subur dengan komoditas utama berupa padi. Suwarnadwipa dengan komoditas utama barang tambang berupa Emas. Dan Rupyakadwipa (Pulau Perak) yang diduga adalah Pulau Bangka yang juga mempunyai banyak tambang.
Kata bangka dapat juga berasal dari kata wangka yang artinya [[timah]]. Karena di daerah ini ditemukan bahan galian timah, maka disebut Pulau Timah. Karena pergeseran atau bunyi bahasa yang berubah maka masyarakat lebih lekat memanggil pulau ini dengan kata Pulau Bangka atau pulau bertimah. Menurut cerita rakyat, Pulau Bangka tidak mempunyai penduduk asli, semua penduduk adalah pendatang dari suku yang diberi nama suku sekak. Masyarakatnya masih menganut animisme. Kemudian masuk bangsa melayu dari daratan malaka dengan membawa agama Islam yang kemudian berkembang sampai sekarang.
== Kondisi geografis ==
=== Letak Geografis ===
[[Berkas:Mentok City.jpg|jmpl|ka|Mentok dengan latar Bukit Menumbing]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Europeaan poseert voor de batu balei bij Muntok TMnr 60048677.jpg| Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur [[Sumatera Selatan]], berbatasan dengan [[Laut China Selatan]] di sebelah utara, Pulau [[Belitung]] di timur dan [[Laut Jawa]] di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180
Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2.950,68
<ul>
<li>Sebelah [[utara]] berbatasan dengan [[Laut Natuna]]</li>
Baris 88 ⟶ 55:
=== Iklim dan Cuaca ===
Iklim Pulau Bangka adalah tropis Type A dan musin hujan terjadi pada bulan Juni – Desember. Rata-rata curah hujan dalam satu tahun = 220 hari atau 343,7
Menurut data Meteorologi Pangkalpinang pada tahun 1998, iklim di Kabupaten Bangka adalah iklim tropis tipe A dengan curah hujan 107,6 hingga 343,7
== Demografi ==
=== Kependudukan ===
Hingga tahun 2003 jumlah penduduk di Kabupaten Bangka berjumlah 217.545 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 107.213 (49,28%) dan perempuan 110.337 jiwa (50,72%) dengan kepadatan rata-rata 74 jiwa/km2. Konsentrasi penduduk terpadat berada di wilayah kecamatan Sungailiat (379,13 jiwa/km2) yang juga merupakan
<center> Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kabupaten Bangka Tahun 2003</center>
Baris 164 ⟶ 131:
<tr>
<td>[http://bangka.twentyonesoft.net/ Belinyu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050126194744/http://bangka.twentyonesoft.net/ |date=2005-01-26 }}</td>
<td>546,50</td>
<td>19.678</td>
Baris 194 ⟶ 161:
== Ekonomi ==
Sejak [[1710]], Pulau Bangka merupakan salah satu wilayah penghasil [[timah]] terbesar di dunia. Proses produksi timah saat ini dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.
Sumber perekonomian masyarakat Pulau Bangka selain [[timah]] adalah dari sektor pertanian yaitu [[Lada]], [[merica]], [[karet]], dan [[kelapa sawit]] juga dihasilkan di pulau Bangka Dan juga dari sektor laut yaitu [[ikan]] dan hasil laut lainnya yang banyak terdapat di laut bangka
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Bangka}}
Pulau Bangka merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan [[Palembang]], karena runtuhnya kekuasaan Kesultanan Palembang kemudian wilayah Bangka diserahkan ke tangan [[Inggris]] pada [[1812]]. Pada tahun [[1814]], oleh pemerintah Inggris pulau Bangka dibarter dengan [[Kerala|Cochin]] di [[India]] yang tadinya milik [[VOC|Belanda]]. Pada masa perang dunia ke-2 pemerintah [[Jepang]] yang menjadi pemenang pada saat itu menguasai pulau Bangka dari tahun [[1942]] hingga [[1945]]. Setelah Jepang pada tahun [[1945]] menyerah tanpa syarat pada Sekutu seperti halnya hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan, maka pulau Bangka setelah [[proklamasi]] kemerdekaan menjadi bagian dari Indonesia pada [[1949]]. Pulau Bangka bersama dengan pulau Belitung pada awalnya merupakan bagian dari provinsi [[Sumatera Selatan]] hingga tahun [[2000]] setelah terjadi perubahan peta politik di Indonesia dan terjadi pergolakan pada tahun [[1998]] yang berujung jatuhnya kekuasaan [[rezim]] Suharto, atas desakan masyarakat di pulau Bangka dan Belitung kemudian pada tahun [[2000]] pulau Bangka dan pulau Belitung kemudian disahkan sebagai sebuah provinsi dan melepaskan diri dari Sumatera Selatan dan disahkan menjadi sebuah provinsi bernama [[Kepulauan Bangka Belitung]].
=== Sriwijaya ===
Catatan sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka semasa di bawah kekuasaan kerajaan [[Sriwijaya]] pernah dihuni oleh orang-orang Hindu dalam abad ke-7 dan pulau Bangka termasuk pula sebagai daerah yang takluk dari kerajaan yang besar itu. Selain sebagai wilayah kekuasaan Sriwijaya, Pulau Bangka juga pernah menjadi wilayah kekausaan beberapa kerajaan besar dari pulau Jawa seperti kerajaan [[Majapahit]] ketika itu
Namun baik pada masa kerajaan Sriwijawa maupun kerajaan Majapahit
=== Kesultanan Johor ===
Baris 215 ⟶ 182:
=== Kesultanan Palembang ===
Pada tahun [[1707]], Sultan Abdurrahman
Namun [[Ratu Anum Kamaruddin]] adik kandung [[Ratu Muhammad Mansyur]] kemudian mengangkat dirinya sebagai [[Sultan Palembang]], menggantikan abangnya ([[1715]]-[[1724]]), walaupun abangnya telah berpesan sebelum wafat, supaya putranya [[Mahmud Badaruddin I dari Palembang|Mahmud Badaruddin]] menyingkir ke [[Johor]] dan [[Pulau Siantan|Siantan]], sekalipun secara resmi sudah diangkat menjadi [[Sultan Palembang]].
Baris 226 ⟶ 193:
Sekitar tahun [[1709]] diketemukan [[timah]], yang mula-mula digali di [[Sungai Olin]] di Kecamatan [[Toboali]] oleh orang-orang [[Johor]] atas pengalaman mereka di [[Semenanjung Malaka]]. Dengan diketemukannya timah ini, mulailah pulau Bangka disinggahi oleh segala macam perahu dari Asia maupun Eropa. Perusahaan-perusahaan penggalian timah pun semakin maju, sehingga [[Sultan Palembang]] mengirimkan orang-orangnya ke Semenanjung Negeri Tiongkok untuk mencari tenaga-tenaga ahli yang kian terasa sangat diperlukan.
Pada tahun [[1717]] mulai diadakan perhubungan dagang dengan [[VOC]] untuk penjualan timah. Dengan bantuan [[VOC|kompeni]] ini, [[Sultan Palembang]] berusaha membasmi bajak-bajak laut dan penyelundupan-penyelundupan timah. Pada tahun [[1755]] pemerintah [[VOC|Belanda]] mengirimkan misi dagangnya ke [[Palembang]] yang dipimpin oleh [[Van Haak]], yang bermaksud untuk meninjau hasil timah dan lada di Bangka. Pada sekitar tahun [[1722]] [[VOC]] mengadakan perjanjian yang mengikat dengan [[Sultan Ratu Anum Kamaruddin]] untuk membeli [[timah]] monopoli, dimana menurut laporan [[Van Haak]] perjanjian antara pemerintah [[VOC|Belanda]] dan [[Sultan Palembang]] berisi
<ul>
Baris 235 ⟶ 202:
Sebagai akibat perjanjian inilah kemudian banyak timah hasil pulau Bangka dijual dengan cara diselundupkan.
Selanjutnya tahun [[1803]] pemerintah [[VOC|Belanda]] mengirimkan misi lagi yang dipimpin oleh [[V.D. Bogarts]] dan Kapten [[Lombart]], yang bermaksud mengadakan penyelidikan dengan
=== Jajahan Inggris ===
[[Raffles]] mengirimkan utusannya ke [[Palembang]] untuk mengambil alih [[Loji]] Belanda di [[Sungai Aur]], tetapi mereka ditolak oleh [[Sultan Mahmud Badaruddin II]], karena kekuasaan Belanda di [[Palembang]] sebelum [[Perjanjian Tuntang|kapitulasi Tuntang]] sudah tidak ada lagi. [[Raffles]] merasa tidak senang dengan penolakan Sultan dan tetap menuntut agar [[Loji]] [[Sungai Aur]] diserahkan, juga menuntut agar Sultan menyerahkan tambang-tambang timah di pulau Bangka dan [[Belitung]].
Baris 247 ⟶ 214:
=== Kembali menjadi jajahan Belanda ===
Kemudian atas dasar [[Konvensi London]] tanggal [[13 Agustus]] [[1814]], [[Belanda]] menerima kembali dari Inggris daerah-daerah yang pernah didudukinya.<ref>{{Cite book|last=Abubakar, A., dkk.|date=2020|url=https://www.bi.go.id/id/bi-institute/publikasi/Documents/Buku_Sejarah_KPwBI_Palembang.pdf|title=‘Oedjan Mas’ di Bumi Sriwijaya: Bank Indonesia dan ‘Heritage’ di Sumatra Selatan|location=Jakarta|publisher=Bank Indonesia Institute|isbn=978-623-90661-4-7|editor-last=Sastrodinomo|editor-first=Kasijanto|pages=51|url-status=live}}</ref> Wilayah yang dikembalikan sesuai pada tahun 1803 sebelum Napoleon menyerbu Belanda di Eropa, termasuk beberapa daerah [[Kesultanan Palembang]]. Serah terima dilakukan antara [[M.H. Court]] (Inggris) dengan [[K. Heynes]] ([[VOC|Belanda]]) di [[Mentok]] pada tanggal 10 Desember [[1816]].
Kecurangan-kecurangan, pemerasan-pemerasan, pengurasan dan pengangkutan hasil timah yang tidak menentu, yang dilakukan oleh [[VOC]] dan Inggris ([[EIC]]) akhirnya sampailah pada situasi hilangnya kesabaran rakyat. Apalagi setelah kembali kepada [[Belanda]], yang mulai menggali [[timah]] secara besar-besaran dan sama sekali tidak memikirkan nasib pribumi. [[Perang gerilya]] yang dilakukan di [[Musi Rawas]] untuk melawan [[Belanda]], juga telah membangkitkan semangat perlawanan rakyat di Pulau Bangka dan [[Belitung]] terutama masyarakat [[kampung cit]] di Riausilip.
Baris 254 ⟶ 221:
Kemudian istri [[Mahmud Badaruddin I dari Palembang|Mahmud Badaruddin]] yang karena tidak serasi berdiam di [[Palembang]] diperkenankan suaminya menetap di Bangka dimana disebutkan bahwa istri Mahmud Badaruddin ini adalah anak dari [[Wan Abduljabar]]. Sejarah menyebutkan bahwa [[Wan Abduljabar]] adalah putra kedua dari [[Abdulhayat]] seorang kepercayaan [[Sultan Johor]] untuk pemerintahan di [[Pulau Siantan|Siantan]], [[Abdulhayat]] ini semula adalah seorang pejabat tinggi kerajaan Tiongkok bernama [[Lim Tau Kian]], yang karena berselisih paham lalu melarikan diri ke [[Johor]] dan mendapat perlindungan dari Sultan. Ia kemudian masuk agama Islam dengan sebutan [[Abdulhayat]], karena keahliannya diangkat oleh [[Sultan Johor]] menjadi kepala Negeri di [[Pulau Siantan|Siantan]].
==Referensi ==
{{reflist}}
{{Pulau di Bangka Belitung}}
{{Kepulauan Bangka Belitung}}
[[Kategori:Pulau di Kepulauan Bangka Belitung|Bangka]]
|