Pulau Ujir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
kalau ini pulau kok pulaunya ada tiga
RXerself (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Riset asli|date=Desember 2022}}{{desa
{{desa
|peta =
|nama =Ujir
Baris 74:
| website =
| additional_info =
| footnotes =}}'''Ujir''' adalah nama sebuah [[desa]] yang terletak di [[kecamatan]] [[Pulau-Pulau Aru, Kepulauan Aru|Kepulauan Aru]]. Nama desa ini diambil dari nama pulau utama, yakni '''Pulau Ujir''', yang melingkupi dua pulau kecil di sekitarnya, yakni [[Pulau Kenari (Kepulauan Aru)|Pulau Kenari]], dan [[Pulau Wasir (Kepulauan Aru)|Pulau Wasir]]. Pulau ini terletak sekitar 28 km sebelah utara daripada pusat kecamatan Pulau-Pulau Aru,<ref>{{cite map | author = Kontributor OpenStreetMap |author-link = OpenStreetMap | title = OpenStreetMap | map = Petunjuk Arah | map-url = https://www.openstreetmap.org/directions?engine=graphhopper_foot&route=-5.57848%2C134.29780%3B-5.76230%2C134.23325#map=11/-5.6620/134.2398 | access-date = 20 Mei 2022}}</ref>{{OR}} yakni [[Galai Dubu, Pulau-Pulau Aru, Kepulauan Aru|Galai Dubu]], yang terletak di [[Pulau Wamar]]. Ujir menjadi persinggahan pertama para pendatang, pedagang, ataupun penjelajah dari [[Nusa Tenggara Timur]] maupun [[Maluku Utara]] sebelum pembangunan [[Dobo]] sejak akhir abad ke-19.{{sfn|Whittaker|2019|p=380}}
== Sejarah ==
Pulau Ujir dihuni, setidaknya, sejak abad XVI, oleh orang-orang Eropa, yang tidak dapat dikonfirmasi antara orang Belanda ataupun orang Portugis.{{sfn|Handoko|2016|p=166}} Setelah Pulau Ujir [[Situs Ujir|ditinggalkan]] oleh orang-orang Eropa,{{kapan}} sebelum akhirnya ditinggalkan dan dihuni oleh penduduk Maluku beragama Islam yang memiliki relasi dengan orang-orang yang berada di [[Kesultanan Ternate]].{{sfn|Handoko|2016|p=164}} Orang-orang Islam yang memiliki relasi dengan Kesultanan Ternate ini lalu singgah di Pulau Ujir, mendirikan masjid, dan mengembangkan pemukiman yang disebut sebagai Kampung Lama Uifana.{{sfn|Handoko|2016|p=166}} Datangnya orang-orang Islam yang memiliki relasi dekat dengan Kesultanan Ternate, khususnya pedagang, ke Pulau Ujir ini menyebabkan pulau ini menjadi titik persinggahan di samping titik persinggahan yang ada di [[Kepulauan Kei]] dan [[Kepulauan Banda]].{{sfn|Handoko|2016|p=169}} Pulau ini, pada akhirnya, menjadi pulau pertama yang mayoritasnya dihuni oleh penganut agama Islam di Kepulauan Aru.<ref>{{cite news | date = 28 Juni 2015 | title = Jejak Tsunami di Kabupaten Kepulauan Aru Ditemukan | editor = Yusran Yunus | newspaper = [[Bisnis Indonesia]] | url = https://kabar24.bisnis.com/read/20150628/15/447918/jejak-tsunami-di-kabupaten-kepulauan-aru-ditemukan | access-date = 19 Mei 2022}}</ref> Catatan VOC menyebutkan bahwa Islam, melalui [[qadi]], masuk ke Pulau Ujir sejak 1650-51.{{sfn|Hägerdal|p=441}} Warga Pulau Ujir juga sempat meminta bantuan pengiriman guru agama Islam melalui seorang [[naturalis]] berkebangsaan Jerman, yakni [[Georg Rumphius]], pada tahun 1668.{{sfn|Hägerdal|p=441}}