Raja Pagaruyung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ryan Ikhsan R (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 13:
 
=== Kesultanan ===
Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang diangap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif<ref>[https://bakaba.net/sultan-alif-raja-pagaruyung-pertama-peluk-agama-islam/ "Sultan Alif Raja Pagaruyung Pertama Peluk Agama Islam"]. ''BAKABA: Bangun Karakter Bangsa''. Diakses 02 Februari 2024.</ref>, yang diperkirakan mulai berkuasa sekitar tahun 1605<ref>[https://lubukgambir.wordpress.com/category/daftar-raja-malayapura/"Dewang Sri Deowano Yang Dipertuan Maharaja Sakti II"]. ''Tanjuang Kaciak''. Diakses 02 Februari 2023.</ref>.
 
Selepas masuknya [[agama Islam]] ke pedalaman Minangkabau, para Raja Alam mulai mengambil gelar Yang Dipertuan Sakti atau [[Yang Dipertuan Pagaruyung]]. Catatan sejarah pertama tentang perubahan gelar ini adalah surat [[Jacob Pits]], seorang pegawai [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Kongsi Dagang Hindia Timur]] kepada "[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Sultan Ahmadsyah, Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas]]" bertanggal 9 Oktober 1668. Catatan lanjutan Belanda memperkirakan bahwa Ahmadsyah memerintah sampai kematiannya pada tahun 1674.{{sfn|Dobbin}}
 
Baris 36 ⟶ 34:
{{quote|"Their government, in the abstract, however insignificant in itself, is there [in distant parts] an object of veneration. Indeed to such an unaccountable excess is this carried, that every relative of the sacred family, and many who have no pretensions to it assume that character, are treated wherever they appear, not only with the most profound respect by the chiefs who go out to meet them, fire salutes on their entering the dusuns, and allow them to level contributions for their maintenance; but by the country people with such a degree of superstitious awe, that they submit to be insulted, plundered, and even wounded by them, without making resistance, which they would esteem a
dangerous profanation. Their appropriate title ... is Yang de per-tuan, literally signifying Tie who ruleth."|[[William Marsden]], ''History of Sumatra'', 1783.{{sfn|Marsden-Sumatra|p=206}}}}
 
Para raja Pagaruyung adalah salah satu monarki yang berpengaruh di [[dunia Melayu]]. Meskipun kekuasaan teritorialnya sendiri terbatas kepada ''nagari'' Pagaruyung, tetapi mereka memiliki kekuasaan yang besar atas wilayah rantau Pagaruyung, dengan pengaruh yang mencapai hingga ke [[Semenanjung Melayu]].
 
=== Pembagian kekuasaan ===
Baris 60:
 
=== Hubungan luar negeri ===
Beberapa daerah yang berada di bawah pengaruh Pagaruyung tercatat beberapa kali meminta para raja Pagaruyung untuk ikut campur untuk menyelesaikan konflik internal mereka. Di [[Rao]], misalnya, raja Pagaruyung mengirimkan kerabatnya untuk memerintah sebagai [[Yang Dipertuan Padang Nunang]].{{citation needed}} Di [[Dua Koto, Pasaman|Duo Koto Cubadak]], raja Pagaruyung mengirimkan Tuanku Rajo Sontang, di [[Talamau, Pasaman Barat|Kabuntaran Talu]] Tuanku Bosa, di [[Pasaman, Pasaman Barat|Pasaman]] Yang Dipertuan Parik Batu, di [[Kinali, Pasaman Barat|Kinali]] Yang Dipertuan Kinali. Di [[Kerajaan Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]] Yang Dipertuan Tambusai, di [[Kerajaan Rokan IV Koto|Rokan]] Yang Dipertuan Rokan, juga di [[Kerajaan Kepenuhan|Kepenuhan]]. Di [[Kerajaan Kampar Kiri|Kampar Kiri]] raja Pagaruyung mengirimkan Yang Dipertuan Gunung Sailan, di [[KabupatenKerajaan Kuantan Singingi|Kuantan]] raja Pagaruyung mengirimkan Yang Dipertuan Basarah. Raja [[Kesultanan Kota Pinang]] juga berasal dari Putra Raja Pagaruyung yang kemudian menurunkan Raja-raja [[Kesultanan Bilah|Bilah]], [[Kesultanan Panai|Panai]], [[Kesultanan Asahan|Asahan]] dan [[Kesultanan Kualuh|Kualuh]]. [[Kerajaan Batu Bara|Batu Bara]] juga didirikan oleh putra Raja Pagaruyung setelah menikahi putri Raja [[Kerajaan Simalungun|Simalungun]] yang kemudian diberikan tanah yang kelak menjadi negeri [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]]. Di [[Negeri Sembilan|semenanjung Melayu]] raja Pagaruyung pernah mengirimkan kerabatnya untuk memerintah wilayah [[Rembau]], [[Sungai Ujong]], dan [[Naning]]. Yang paling terkenal barangkali adalah [[Raja Melewar]], seorang kerabat diraja Pagaruyung yang dikirimkan untuk berkuasa di [[Negeri Sembilan]] pada tahun 1773 setelah para pemimpin setempat gagal untuk bersepakat dalam memilih raja selanjutnya.{{citation needed}}
 
=== Pergantian kekuasaan ===
Baris 76:
# Maharajadiraja '''[[Akarendrawarman]]''' di Parhyangan (k. 1316);
#Maharajadiraja '''[[Adityawarman]]''' di Malayapura dan Surawasa (1347-1375);
# Yuwaraja '''[[Ananggawarman]]''' (kemudian Maharajadiraja?) di Malayapura (1375-1417);
#Yuwaraja '''[[Bijayendrawarman]]''' di Parwatapuri (~abad ke-14);
# Maharajadiraja '''[[Wijayawarman]]''' di Malayapura (1417-1440).
 
=== Yand Dipertuan Sultan (Raja Alam) & Regent Tanah Datar ===
# Sultan Alif di Pagaruyung (sekitar 1605 - ?);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Ahmadsyah]]''' di Pagaruyung (1668-1674);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Indermasyah dari Suruaso|Indermasyah]]''' di Suruaso dan Pagaruyung (1674-1730);