Ranavalona I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20220309)) #IABot (v2.0.8.6) (GreenC bot
 
(19 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 27:
|}}
 
'''Ranavalona I''' (lahir dengan nama '''Rabodoandrianampoinimerina (Ramavo)''' sekitar tahun 1778 – meninggal 16 Agustus 1861), juga dikenal dengan nama '''Ranavalo-Manjaka I''', adalah penguasa [[Kerajaan Madagaskar]] dari tahun 1828 hingga 1861. Ia menjadi ratu setelah kematian suami mudanya, [[Radama I]]. Ranavalona menerapkan kebijakan [[isolasionisme]] dan swasembada, mengurangi hubungan ekonomi dan politik dengan negara-negara [[Eropa]], memukul mundur serangan [[Prancis]] di kota pesisir [[Foulpointe]], dan mengambil langkah-langkah keras untuk membasmi pergerakan Kristen di Madagaskar yang sebelumnya diprakarsai oleh anggota [[London Missionary Society]] pada masa pemerintahan [[Radama I]]. Ia sangat sering memanfaatkan praktik tradisional ''[[fanompoana]]'' (kerja paksa sebagai pembayaran pajak) untuk menyelesaikan proyek-proyek pekerjaan umum dan mewamilkan pasukan hingga jumlahnya mencapai 20.000 hingga 30.000 orang;. pasukanPasukan ini lalu ia kerahkan untuk menundukkan wilayah-wilayah terpencil di [[Madagaskar]] dan memperluas kerajaan. Akibat peperangan, wabah penyakit, [[kerja paksa]] dengan kondisi yang buruk, dan sistem peradilan yang kejam, tingkat kematian di kalangan prajurit dan rakyat biasajelata pada masa kekuasaannya selama 33 tahun sangatlah tinggi.
 
Meskipun sangat terhalang oleh kebijakan-kebijakan Ranavalona, kepentingan politik [[Britania]] dan [[Prancis]] di Madagaskar tetap tidak sirna. Perpecahan antara kelompok tradisionalis dengan kelompok pro-Eropa di istana ratu menjadi kesempatan yang dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa agar anaknya, Rakoto, bisa segera naik takhta. Sang pangeran muda tidak setuju dengan berbagai kebijakan ibunya, dan ia menerima usulan Prancis untuk memanfaatkan sumber daya alam di pulau Madagaskar, sebagaimana dinyatakan dalam [[Piagam Lambert]] yang ia susun bersama dengan perwakilan Prancis pada tahun 1855. Namun, rencana ini tidak pernah terwujud, dan Rakoto baru dapat naik takhta dengan nama "[[Radama II]]" setelah kematian Ranavalona pada tahun 1861.
 
Akibat kebijakan-kebijakannya, Ranavalona menuai kecaman dari orang-orang Eropa yang sezaman dengannya, dan ia digambarkan sebagai seorang [[tiran]] atau bahkan sebagai orang gila. Citra negatif ini masih berusterus berlanjut di dalam literatur-literatur sejarah Barat hingga pertengahan dasawarsa 1970-an. Hasil kajian akademik baru-baru ini telah menelurkan pandangan bahwa Ranavalona mencoba memperluas wilayah kerajaannya sembari mempertahankan kedaulatannya dari rongrongan bangsa Eropa.
 
== Kehidupan awal ==
Putri Ramavo dilahirkan pada tahun 1778 di kediaman kerajaan di [[Ambatomanoina]],<ref>Campbell (2012), hlm. 713</ref> sekitar 16 &nbsp;km di sebelah timur [[Antananarivo]],<ref>Campbell (2012), hlm. 1078</ref> dari pasangan Pangeran Andriantsalamanjaka dan Putri Rabodonandriantompo.<ref>Académie malgache (1958), hlm. 375</ref> Saat Ramavo masih kecil, ayahnya memperingatkan Raja [[Andrianampoinimerina]] (1787–1810) mengenai rencana pembunuhan yang didalangi oleh [[Andrianjafy]], paman sang raja yang sebelumnya telah diturunkan dari takhta oleh Andrianampoinimerina. Sebagai balasan karena telah menyelamatkan nyawanya, Andrianampoinimerina mempertunangkan Ramavo dengan putranya, Pangeran [[Radama I|Radama]], yang telah diangkat oleh raja sebagai calon pewarisnya. Ia kemudian mengumandangkan bahwa anak yang lahir dari hubungan tersebut akan berada di urutan pertama dalam daftar calon penerus setelah Radama.<ref name="Freeman" />
 
Meskipun pangkatnya di antara para istri di istana kerajaan terbilang tinggi, Ramavo bukanlah istri yang diinginkan oleh Radama dan ia juga tidak mengaruniakannya dengan keturunan. Setelah kematian Andrianampoinimerina pada 1810, Radama menggantikan ayahnya sebagai raja dan mengikuti adat kerajaan dengan menghukum mati sejumlah kerabat Ramavo yang dianggap dapat menjadi ancaman, dan tindakan ini mungkin telah merusak hubungan di antara mereka.<ref name="Freeman" /> Ramavo merasa tidak puas dengan perkawinannya yang tanpa cinta, sehingga ia dan wanita-wanita istana lainnya menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bergaul dan meminum [[rum]] dengan [[David Griffiths (misionaris)|David Griffiths]] dan para misionaris lainnya di rumah Griffiths. Berkat kunjungan-kunjungan tersebut, Ramavo bersahabat dengan Griffiths, dan hubungan ini terus terjalin selama tiga dasawarsa.<ref>Campbell (2012), hlm. 51</ref>
 
=== Naik takhta ===
Saat Radama menjemput ajal tanpa meninggalkan keturunan pada 27 Juli 1828, menurut adat istiadat setempat, pewaris sahnya adalah Rakotobe, putra sulung dari kakak perempuan tertua Radama.<ref>[http://www.royalark.net/Madagascar/madagascar1.htm Royal Ark]</ref> Sebagai seorang pria muda yang cerdas dan ramah, Rakotobe menjadi murid pertama yang menuntut ilmu di [[pendidikan di Madagaskar|sekolah pertama]] yang didirikan oleh [[London Missionary Society]] di Antananarivo di kompleks istana kerajaan. Radama meninggal saat ditemani dengan dua abdi kepercayaannya yang mendukung Rakotobe sebagai pewaris. Mereka enggan melaporkan kabar kematian Radama selama beberapa hari, karena mereka takut menghadapi tindakan balasan karena telah mengutuk salah satu saingan raja.<ref name="Freeman">Freeman and Johns (1840), hlm.&nbsp;7–17</ref><ref name="Oliver 1886 42 45">Oliver (1886), hlm.&nbsp;42–45</ref> Pada masa itu, salah satu abdi lainnya, yakni seorang perwira militer berpangkat tinggi yang bernama Andriamamba, telah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan ia bekerjasama dengan para perwira lainnya – Andriamihaja, Rainijohary dan Ravalontsalama – untuk mendukung klaim Ramavo sebagai pewaris.<ref name="rainijohary">{{cite journal|last=Rasoamiaramanana|first=Micheline|title=Rainijohary, un homme politique meconnu (1793–1881) | journal = Omaly sy Anio | volume = 29–32 | pages=287–305|date=1989–1990|language=French}}</ref>
[[Berkas:Ranavalo Manjaka, reine de Madagascar, et ses heritiers presomptifs.jpg|jmpl|kiri|Ratu Ranavalona I bersama dengan putra dari pewarisnya, Pangeran Rakoto]]
 
Para perwira tersebut menyembunyikan Ramavo dan salah satu temannya di sebuah tempat yang aman, dan lalu mereka berhasil mendapatkanmenggalang dukungan dari kelompok-kelompok penting, termasuk para hakim dan penjaga ''[[sampy]]'' (sesembahan kerajaan). Para perwira tersebut kemudian berhasil membuat militer berpihak kepada Ramavo,<ref name="Freeman" /><ref name="Oliver 1886 42 45" /> sehingga pada tanggal 11 Agustus 1828, Ramavo menyatakan dirinya sebagai penerus Radama dengan dalih bahwa Radama sendirilah yang menginginkan hal tersebut. Seusai pengumuman tersebut, tidak ada perlawanan yang timbul. Ramavo naik takhta dengan nama Ranavalona, kemudian ia mengikuti adat istiadat kerajaan dengan secara sistematis menangkap dan menghukum mati para pesaing politiknya, termasuk Rakotobe, anggota keluarga Rakotobe, dan anggota keluarga Radama lainnya, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Radama kepada keluarga Ranavalona sendiri.<ref name="Freeman" /> Upacara pemahkotaan Ranavalona digelar pada tanggal 12 Juni 1829.<ref>Ellis (1838), hlm. 421–422</ref>
 
Maka Ranavalona menjadi penguasa perempuan pertama di [[Kerajaan Merina|Kerajaan Imerina]] semenjak kerajaan tersebut didirikan pada tahun 1540. Ia menggapai tampuk kekuasaan di tengah budaya yang lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan di dalam dunia perpolitikan. Dalam budaya tradisional Imerina, para penguasa secara khusus dianugerahi dengan kekuasaan untuk memperbaharui norma dan adat istiadat yang telah ada. Para penguasa seringkalisering kali melakukannya dengan menciptakan jenis kekerabatan yang baru. Namun, perempuan seringkalisering kali dikaitkan dengan rumah tangga, sebuah satuan kekerabatan yang kaku bila dibandingkan dengan peran dan wewenang raja dalam mengubah adat dan kebiasaan, sehingga perempuan tidak dianggap tidak layak untuk memerintah.<ref name="Berg" /> Meskipun penguasa perempuan pernah menjadi hal yang lumrah di antara orang-orang ''[[Vazimba]]'' (yang disebut dalam sejarah lisan sebagai penduduk asli Madagaskar), tradisi tersebut berakhir di dataran tinggi bagian tengah pada masa pemerintahan [[Andriamanelo]] (1540–1575), pendiri Kerajaan Imerina dan penerus ibunya yang berasal dari golongan Vazimba, Ratu [[Rafohy]] (1530–1540).<ref>Bloch (1986), hlm. 106</ref>
 
== Masa kekuasaan ==
[[Berkas:Queen Ranavalona I of Madagascar engraving.jpg|jmpl|300px|kiri|Ranavalona melakukan perjalanan dengan menaiki sebuah ''filanzana'' (tandu), yang diiringi oleh putranya Rakoto (sedang menunggangi kuda) dan sekelompok budak dan prajurit]]
Tiga puluh tiga tahun masa pemerintahan Ranavalona dikenal akan upayanya untuk memperkuat kekuasaan Kerajaan Imerina atas wilayah-wilayah yang telah ditundukkan, serta usahanya untuk mempertahankan kedaulatan Madagaskar. Kebijakan-kebijakan tersebut diberlakukan di tengah meningkatnya rongrongan bangsa Eropa di Madagaskar serta persaingan antara Prancis dan Inggris untuk mendominasi Madagaskar. Pada awal masa pemerintahannya, ratu mengambil langkah secara bertahap untuk menjauhkan Madagaskar dari pengaruh Eropa,. mulaMula-mula dengan mengakhiri perjanjian persahabatan dengan Inggris, kemudian dengan membatasi kegiatan-kegiatan misionaris London Missionary Society. Pada tahun 1835, ia melarang praktik agama Kristen di kalangan penduduk Madagaskar, dan dalam waktu setahun hampir semua orang asing meninggalkan kerajaannya.<ref name="shuttered" />
 
Ia mengakhiri sebagian besar hubungan dagang dengan negara-negara lain dan sebagai gantinya ia menggalakkan kebijakan berdikari, yang dimungkinkan oleh tradisi ''[[Corvée|fanompoana]]'', yakni kerja paksa sebagai pengganti pembayaran pajak dalam bentuk uang atau barang. Ranavalona melanjutkan perang untuk memperluas wilayah kerajaannya seperti yang sebelumnya dilancarkan oleh pendahulunya, Radama I, dan ia mengganjar hukuman keras kepada mereka yang berani menentang kehendaknya. Akibat banyaknya orang yang tewas selama kampanye militer yang dilancarkan selama bertahun-tahun, ditambah dengan tingkat kematian yang tinggi di kalangan pekerja ''fanompoana'' dan tradisi peradilan yang kejam pada masa kekuasaannya, populasi Madagaskar diperkirakan menurun dari sekitar 5 juta menjadi 2,5 juta antara tahun 1833 hingga 1839,. danJumlah penduduk di Imerina jumlah penduduknya juga berkurang dari 750.000 menjadi 130.000.<ref name="Stats">{{cite journal | last = Campbell | first = Gwyn | date = OctoberOktober 1991 | title = The state and pre-colonial demographic history: the case of nineteenth century Madagascar | journal = Journal of African History | volume = 23 | issue = 3 | pages = 415–445}}</ref> Akibatnya, Ranavalona dipandang buruk dalam catatan-catatan sejarah.<ref name="Laidler 2005">Lihat Laidler (2005)</ref>
 
=== Pemerintahan ===
[[Berkas:Original wooden manjakamiadana palace of Ranavalona I of Madagascar.jpg|jmpl|Ranavalona memerintahkan pembangunan struktur terbesar di [[Rova Antananarivo|kompleks Rova Antananarivo]], yakni sebuah istana kayu (kanan atas) yang disebut Manjakamiadana. Istana ini kemudian dilapisi oleh batu pada masa Ranavalona II.]]
Sesuai dengan tradisi [[Daftar penguasa Imerina|para pendahulunya di Kerajaan Merina]],<ref>''L'habitation à Madagascar'' (1898), hlm.&nbsp;920–923</ref> ratu memerintah daridi [[Rova Antananarivo|kompleks kerajaan Rova]] di Antananarivo. Dari tahun 1839 hingga 1842, [[Jean Laborde]] membangun kediaman baru untuk sang ratu yang disebut Manjakamiadana, yang menjadi bangunan terbesar di kawasan Rova. Kediaman tersebut seluruhnya terbuat dari kayu dan menampilkan sebagian besar ciri-ciri [[Arsitektur Madagaskar#Tradisi aristokratik Merina|rumah tradisional]] ''[[andriana]]'' (kelas arsitokratik) di Merina, yang meliputi tiang pusat (''andry'') untuk menopang atap. Pada saat yang sama, bangunan ini juga memiliki unsur-unsur khas Eropa, karena bangunan tersebut terdiri dari tiga lantai yang dikelilingi oleh beranda kayu dan dilengkapi dengan jendela yang menonjol pada atap. Istana tersebut pada akhirnya dilapisi dengan bahan batu pada tahun 1867 oleh [[James Cameron (misionaris)|James Cameron]] dari London Missionary Society pada masa pemerintahan [[Ranavalona II]]. Istana kayu asli dari zaman Ranavalona I dan struktur-struktur lainnya di kawasan Rova hancur akibat kebakaran pada tahun 1995, dan yang tersisa hanyalah kerangka batu yang menandai tempat berdirinya bekas istana Ranavalona.<ref>Frémigacci (1999), hlm. 427</ref>
 
Dalam beberapa hal, pemerintahan Ranavalona melanjutkan pendekatan-pendekatan yang diambil oleh Radama I. Kedua penguasa tersebut mendorong penyerapan teknologi dan pengetahuan baru dari luar negeri, mendukung industrialisasi ekonomi, dan mengambil tindakan untuk memprofesionalkan militer. Keduanya melancarkan kebijakan yang saling bertentangan sehubungan dengan orang asing: mereka membina hubungan yang erat dengan orang asing dan memanfaatkan keahlian mereka, tetapi pada saat yang sama juga menerapkan pembatasan terhadap kegiatan-kegiatan mereka agar tidak terjadi perubahan yang mengakibatkan destablisasi terhadap kebudayaan dan sistem politik yang sudah ada. Selain itu, mereka berdua telah bersumbangsihmemberikan sumbangsih terhadap pengembangan birokrasi, yang memungkinkan istana Merina memerintah provinsi-provinsi terpencil di sebuah pulau yang lebih besar daripada daratan utama Prancis.<ref name="Berg" />
 
Ranavalona mempertahankan tradisi pemerintahan dengan dukungan dari para penasihat yang sebagian besar berasal dari golongan ningrat. Menteri-menteri terkuat di pemerintahan ratu juga menjadi pasangannya. Kepala penasihat pertamanayapertamanya adalah seorang perwira tentara muda dari [[dua belas bukit suci Imerina#Bukit Namehana|Namehana]] yang bernama Andriamihaja, yang menjabat sebagai Menteri Pertama dari tahun 1829 hingga 1830. Mayor Jenderal Andriamihaja kemungkinan besar adalah ayah dari putra ratu satu-satunya, Pangeran Rakoto (kelak menjadi Raja Radama II),<ref name="Ajayi" /> yang lahir sebelas bulan setelah kematian ayah resminya, Raja Radama I.<ref>Oliver (1886), hlm.&nbsp;45–47</ref> Pada tahun-tahun awal masa pemerintahan Ranavalona, Andriamihaja menjadi pemimpin faksi progresif dalam pemerintahan, yang mendukung hubungan dengan bangsa Eropa. Sementara itu, faksi konservatif dipimpin oleh kakak beradik Rainimaharo dan [[Rainiharo]]. Faksi konservatif berupaya mengurangi pengaruh faksi progresif Andriamahaja terhadap sang ratu, dan pada September 1830, mereka berhasil meyakinkan sang ratu yang sedang mabuk untuk menandatangani surat yang mengganjar kematian kepada Andriamahaja atas dakwaan sihir dan pengkhianatan. Ia langsung ditangkap di rumahnya dan dibunuh.<ref>Freeman and Johns (1840), hlm. 17–22</ref><ref name="Prout">Prout (1863), hlm. 14</ref>
 
Setelah kematian Andriamihaja, pengaruh faksi progresif meredup dan digantikan oleh para penasihat konservatif di pemerintahan. Mereka menjadi semakin dekat dengan ratu, hingga akhirnya ratu menikahi Rainiharo (juga disebut Ravoninahitriniarivo) pada tahun 1833. Rainiharo sendiri sebelumnya berhasil memasuki istana berkat ayahnya, Andriantsilavonandriana, seorang ''[[Hova (Madagaskar)|hova]]'' (rakyat jelata) yang mendapatkan keistimewaan sebagai penasihat Raja Andrianampoinimerina.<ref name="Ajayi">Ade Ajayi (1989), hlm. 423</ref> Marsekal Lapangan Rainiharo menjabat sebagai Menteri Pertama dari tahun 1830 hingga 1832, kemudian sebagaimenjadi Perdana Menteri dan Panglima Tertinggi dari tahun 1832 hingga 1852. Setelah kematian Rainiharo, ratu menikahi seorang tokoh konservatif lainnya, Marsekal Lapangan Andrianisa (juga disebut Rainijohary), yang tetap menjadi suami Ranavalona sampai akhir hayat sang ratu pada tahun 1861. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri dari tahun 1852 hingga 1862 sebelum akhirnya diasingkan ke kota kerajaan [[Ambohimanga]] karena ia telah bersekongkol melawan Raja Radama II.<ref name="rainijohary" />
 
Secara tradisional, para penguasa Merina menyampaikan pengumuman ''[[kabary]]'' di depan umum untuk memberitahukan kebijakan negara dan menguatkan hubungan antara penguasa dan masyarakat. Ranavalona kurang memiliki pengalaman berbicara di muka umum, sehingga ia memberikan arahan dan pemberitahuan kepada bawahan-bawahannya melalui sebuah surat yang ditulis oleh juru tulisnya (yang dididik oleh misionaris) setelah ia mendiktekan apa yang ingin disampaikan. Walaupun begitu, ia kadang-kadang masih menyampaikan ''kabary'' dan juga memenuhi peranan tradisional seorang penguasa Merina sebagai pemberi ''[[Hasina (Madagaskar)|hasina]]'' (pemberkatan leluhur) dengan melakukan ritual-ritual tradisional, termasuk ''[[fandroana]]'' (ritual pembaharuan pada tahun baru), pemberian persembahan kepada sesembahan kerajaan, dan juga pengorbanan ''[[Andriamanelo#Vodiondry|vodiondry]]'' dan daging sapi ''[[masakan Madagaskar#Sebelum 1650|jaka]]'' dalam acara-acara adat. Ranavalona memperbaharui ritual-ritual tradisional tersebut dengan meningkatkan kerumitan dan simbolismenya.<ref name="Berg" />
Baris 66:
=== Perluasan kerajaan ===
[[Berkas:Madagascar-expansion of Merina rule under Ranavalona I.png|jmpl|kiri|Perluasan wilayah Merina pada kekuasaan Ranavalona I, 1828–1840]]
Ratu Ranavalona meneruskan serangan-serangan militer yang diprakarsai oleh Radama I untuk menundukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat berdampak buruk terhadap ekonomi dan pertumbuhan penduduk pasa masa pemerintahannya. ''Fanompoana'' tidak hanya terbatas pada kerja paksa, tetapi juga dapat berupa wajib militer, sehingga sang ratu dapat mendirikan sebuah pasukan yang jumlahnya berkisar antara 20.000 hingga 30.000.<ref>Freeman and Johns (1840), hlm. 25</ref> Pasukan ini berkali-kali dikirim ke wilayah-wilayah tetangga dandengan pasukanmengemban tersebut jugatugas mengganjar hukuman keras terhadap masyarakat-masyarakat yang berani menentang dominasi Merina. Penghukuman mati secara massal menjadi hal yang lazim, dan mereka yang diampuni nyawanya biasanya dibawa kembali ke Imerina sebagai budak (''andevo'') dan harta benda mereka dirampas untuk meningkatkan kekayaan istana. Sekitar satu juta budak memasuki wilayah Imerina dari kawasan pesisir dari tahun 1820 hingga 1853, yang mencakup sepertiga jumlah penduduk di dataran tinggi tengah dan dua per tiga penduduk Antananarivo.<ref>{{cite book | last = Campbell | first = Gwyn | year = 2013 |chapter = Chapter 4: Unfree labour and the significance of abolition in Madagascar c.1825–97 | editor-last = Campbell | editor-first = Gwyn | title = Abolition and Its Aftermath in the Indian Ocean, Africa and Asia | publisher = Routledge | location = New York | isbn = 978-1-135-77078-5 | url = https://books.google.rw/books?id=xmU2Dr_-WxsC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}</ref>
 
Menurut sejarawan Madagaskar Gwyn Campbell, jumlah orang-orang bukan Merina yang gugur dalam konflik selama kampanye militer yang dilancarkan oleh Ranavalona dan pendahulunya Radama dari 1816 sampai 1853 berjumlah sekitar 60.000 orang. Selain itu, penduduk yang tidak tewas dalam pertempuran banyak yang menjemput ajal akibat kelaparan yang dipicu oleh kebijakan [[bumi hangus]].<ref name="Stats" /> Tingkat kematian di kalangan prajurit Merina yang terlibat dalam kampanye militer juga tinggi, dan diperkirakan berjumlah sekitar 160.000 dalam selang waktu 1820–1853. Sebanyak 25–50% prajurit ratu yang ditempatkan di kawasan dataran rendah meninggal setiap tahunnya akibat penyakit seperti [[malaria]]. Meskipun malaria merupakan penyakit yang tersebar di wilayah pesisir Madagaskar, penyakit tersebut jarang muncul di wilayah dataran tinggi di sekitaran Antananarivo, sehingga para prajurit Merina tidak memiliki [[sistem kekebalan|kekebalan alami]] terhadap penyakit tersebut.<ref name="Stats" /> Rata-rata terdapat 4.500 prajurit yang tewas setiapper tahunnyatahun, selama sebagian besar masa pemerintahan Ranavalona, alhasilsehingga jumlah penduduk di Imerina pun merosot.<ref name="Stats" />
 
=== Percobaan tangena ===
Baris 74:
Salah satu tindakan utama yang diambil oleh Ranavalona untuk menjaga ketertiban di negaranya adalah dengan menggunakan praktik peradilan tradisional yang disebut ''[[tangena]]''. Orang yang diadili dipaksa menelan racun yang diperoleh dari kacang ''tangena'' (''[[Cerbera manghas]]''), dan hasilnya akan menunjukkan apakah mereka bersalah atau tidak. Jika seorang bangsawan atau orang merdeka harus menjalani percobaan tersebut, racun biasanya hanya akan diberikan kepada mereka setelah anjing dan ayam jago yang terlebih dahulu diberikan racun sudah mati, sementara para budak (''andevo'') harus langsung menelan racunnya tanpa melalui perantara terlebih dahulu.<ref name="Stats" /> Racun tersebut diberikan kepada terdakwa bersamaan dengan tiga potong kulit ayam: jika ketiga potongan kulit tersebut dimuntahkan, maka ia dinyatakan tidak bersalah, tetapi kematian dan kegagalan memuntahkan ketiga potongan kulit tersebut dinyatakan sebagai bukti bahwa ia bersalah.<ref>Campbell (2012), hlm. 570</ref> Menurut seorang sejarawan Madagaskar dari abad ke-19 yang bernama Rambana, percobaan ''tangena'' merupakan sistem peradilan ilahi yang diimani oleh rakyat, sampai-sampai vonis bersalah untuk orang yang tak bersalah dianggap sebagai misteri ilahi yang adil, tetapi tidak dapat dipahami.<ref name="Stats" />
 
Penduduk Madagaskar dapat saling melayangkan tuduhan, termasuk tuduhan pencurian, Kristen, dan khususnya sihir, dan percobaan ''tangena'' seringkalisering kali diwajibkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Diperkirakan 20-50% orang yang menjalani percobaan tersebut meninggal. Pada dasawarsa 1820-an, percobaan ''tangena'' menewaskan sekitar 1.000 orang setiap tahunnya. Jumlahnya meningkat menjadi sekitar 3.000 orang per tahun antara tahun 1828 hingga 1861. Pada tahun 1838, sekitar 100.000 orang di Imerina tewas akibat percobaan ''tangena'', atau sekitar 20% dari populasi. Walaupun praktik ini akhirnya dihapuskan pada tahun 1863, percobaan ini masih dilakukan secara diam-diam di Imerina dan juga secara terbuka di wilayah-wilayah lain di Madagaskar.<ref name="Stats" />
 
=== Penindasan Kekristenan ===
[[Berkas:Antananarivo Church.jpg|jmpl|Katedral Andohalo dibangun di atas tebing di Antananarivo. Sebelum katedral tersebut dibangun, martir-martir Kristen Madagaskar dihukum mati di tempat ini pada masa kekuasaan Ranavalona]]
Setelah kunjungan Radama I ke sekolah resmi pertama di Madagaskar, yang didirikan di [[Toamasina]] pada tahun 1818 oleh para anggota London Missionary Society (LMS), raja mengundang para misionaris Kristen ke ibu kota agar mereka dapat membagi pengetahuan mereka. Pada permulaan Desember 1820,<ref name="press">Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 196, 208–210</ref> para misionaris LMS mendirikan bengkel-bengkel di Antananarivo untuk mengajarkan cara membuat bata, teknik tukang kayu Eropa, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Mereka juga membangun jaringan sekolah yang mengajarkan cara berhitung, ber[[bahasa Inggris]], serta membaca dengan menggunakan bagian-bagian [[Alkitab]] dalam [[bahasa Malagasi]].<ref>Sharp (2002), hlm. 43</ref> Walaupun jumlah murid di sekolah tersebut ramai, LMS seringkalisering kali tidak berhasil mengkristenkan mereka. Menjelang akhir masa kekuasaan Radama, sang raja menganggap segelintir orang Madagaskar yang masuk Kristen sebagai orang-orang yang kurang hormat terhadap wewenang raja. Ia melarang pembaptisan orang Madagaskar dan mereka juga tidak diperbolehkan ikut misa.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 206</ref>
 
Pada permulaan masa kekuasaan Ratu Ranavalona, kendali negara terhadap agama Kristen awalnya sempat melonggar. Percetakan yang diimpor oleh para misionaris LMS pada akhir masa pemerintahan Radama baru mulai dioperasikan pada tahun 1828. Percetakan tersebut paling sering digunakan pada tahun-tahun awal masa kekuasaan Ranavalona, alhasilsehingga terdapat ribuan himne dan materi-materi lainnya dicetakyang tercetak.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 208–209</ref> Terjemahan [[Perjanjian Baru]] diselesaikan pada tahun kedua pemerintahan Ranavalona, dan 3.000 salinansalinannya dicetak dan diedarkan antara tahun 1829 hingga 1830.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 196</ref> Semenjak awal masa pemerintahannya, Ranavalona melarang peredaran buku di kalangan militer untuk menghindari subversi serta untuk mempertahankan kedisiplinan. Walaupun begitu, ia mengizinkan para misionaris mengelola percetakan dengan bebas dan orang-orang Madagaskar yang bertugas di percetakan tersebut dibebaskan dari segala kewajiban militer. Pada tahun 1835, penerjemahan [[Perjanjian Lama]] diselesaikan dan salinan-salinan pertama pun dicetak.<ref name="press" /> Berkat kebebasan ini, LMS dan orang Kristen Madagaskar dapat mencetak materi-materi keagamaan dan memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah negara selama enam tahun pertama masa kekuasaan Ranavalona, sehingga agama Kristen pun mulai menyebar di wilayah ibu kota dan sekitarnya.<ref name="press" /> Pada tahun 1831, Ranavalona mengizinkan orang-orang Madagaskar ikut misa, dan mereka yang belum masuk Kristen juga boleh dibaptis.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 221</ref> Dalam waktu setahun, terdapat ratusan orang Madagaskar yang dibaptis;.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 210</ref> merekaMereka yang dibaptis berasal dari berbagai golongan, termasuk budak, rakyat jelata, tetua yang dihormati, pejabat istana, dan bahkan penjaga ''sampy''.<ref name="backlash">Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 222</ref>
 
Setelah para pemimpin keagamaan, politik, dan sosial masuk Kristen, muncul tanggapan keras dari banyak orang,<ref name="backlash" /> yang membuat Ranavalona menjadi semakin mengkhawatirkan dampak Kekristenan terhadap politik dan budaya Madagaskar, dan. iaIa juga merasa bahwa agama tersebut membuat rakyat Madagaskar berpaling dari nenek moyang dan tradisi mereka.<ref name="Larson 1997">{{cite journal | last = Larson | first = Pier | year = 1997 | title = Capacities and modes of thinking: Intellectual engagements and subaltern hegemony in the early history of Malagasy Christianity | journal = The American Historical Review | volume = 102 | issue = 4 | pages = 996–1002 | doi = 10.2307/2170626 | jstor = 2170626 }}</ref> Pada Oktober dan November 1831, sang ratu melarang perkawinan Kristen, pembaptisan, serta misa di gereja bagi para prajurit dan anggota pemerintahan yang belajar di sekolah-sekolah misionaris.<ref>Ellis (1870), hlm. 71</ref> Pada bulan Desember, pelarangan ikut misa juga diberlakukan untuk semua orang Madagaskar.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm.&nbsp;222–223</ref> Dari tahun 1832 hingga 1834, pembaptisan dan misa di gereja berlanjut, seringkali secara diam-diam.<ref name="secret" /> Pada masa tersebut, beberapa orang Kristen setiap tahunnya didakwa melakukan sihir dan diasingkan atau dipaksa melalui percobaan tangena.<ref name="secret">Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 223</ref> Ranavalona juga meminta tiga misionaris keluar dari Madagaskar, dan ia hanya menyisakan orang-orang dengan keterampilan teknis yang dianggap berharga untuk kepentingan Madagaskar.<ref>Campbell (2012), hlm.&nbsp;184–186</ref> Pada tahun 1835, sang ratu mencoba menutup percetakan tanpa menyasar LMS secara langsung dengan melarang orang-orang Madagaskar bekerja di percetakan tersebut. Namun, para misionaris LMS dapat memanfaatkan ketiadaan dekret-dekret resmi yang melarang kegiatan mereka di percetakan, sehingga mereka masih dapat melakukan percetakan secara independen dan juga mengedarkan materi-materi keagamaan.<ref name="press" />
 
{{Quote box | quote = Agama Kristen melibatkan penolakan terhadap adat nenek moyang negara, yang telah didirikan oleh penguasa-penguasa monarki sebelumnya yang merupakan nenek moyang [Ranavalona]. Keabsahan kekuasaan sang ratu bergantung kepada hubungannya dengan para pendahulunya, yang telah menganugerahkan kerajaan tersebut kepadanya. Selain itu&nbsp;..., iaRanavalona menjadi ratu karena ia adalah keturunan para leluhur kerajaan, yang merupakan leluhur semua orang Merina berdasarkan pemahaman mistis. Tindakan menyangkal kekuasaan mistis [sang ratu] bukan hanya merupakan penolakan terhadapnya, tetapi juga terhadap para leluhurnya, contoh sempurna kebaikan dan berkat&nbsp;... [Ranavalona] adalah penjaga kepercayaan suci&nbsp;... maka dari itu, [[Kekristenan]] adalah pengkhianatan&nbsp;... menurut Ranavalona, [Kekristenan] adalah "penggantian penghormatan terhadap para leluhurnya, [[Andrianampoinimerina]] dan [[Radama I|Radama]], dengan penghormatan terhadap leluhur orang-orang kulit putih: [[Yesus|Yesus Kristus]]." Ia menganggap penyebaran agama baru ini sebagai tindakan politik, dan tidak diragukan lagi bahwa ia memang benar.|source = Maurice Bloch, ''From Blessing to Violence'' (1986)<ref name="Bloch 1986 p18–19">Bloch (1986), hlm.&nbsp;18–19</ref> | width = 40em | align = right }}
 
Dalam sebuah pidato ''kabary'' yang disampaikan pada tanggal 26 Februari 1835, Ratu Ranavalona resmi melarang praktik agama Kristen. Dalam pidato tersebut, ia membedakan rakyatnya (yang sudah tidak lagi boleh memeluk agama Kristen, kecuali jika mereka siap dihukum mati) dengan warga asing yang masih bebas memeluk agama yang mereka imani. Selain itu, ia mengakui bahwa sumbangsih intelektual dan teknologi dari para misionaris Eropa telah memajukan negaranya, dan ia mengajak mereka untuk meneruskan kegiatan tersebut asalkan mereka mau menghentikan upaya Kristenisasi Madagaskar:<ref name="Koschorko">Koschorko (2007), hlm. 199</ref>
Baris 91:
}}
 
Akibat dari kebijakan anti-Kristen yang dilancarkan oleh Ranavalona, sebagian besar misionaris LMS meninggalkan negara tersebut.<ref name="Autarky" /> James Cameron dan misionaris-misionaris penting lainnya memilih untuk pergi daripada tetap berada di pulau tersebut tanpa izin untuk menyebarkan agama. Dua misionaris terakhir yang tersisa memilih untuk melanjutkan pengajaran keterampilan-keterampilan praktis dengan harapan agar suatu hari pembatasan dapat dikurangi,. namunNamun, setahun kemudian, setelah mendapatkan informasi secara tak langsung bahwa pemerintah menginginkan kepergian mereka, mereka menghentikan misi LMS dan meninggalkan Madagaskar.<ref name="shuttered">Campbell (2012), hlm.&nbsp;185–186</ref>
 
Sesuai dengan isi dekret 26 Februari, orang-orang yang tertangkap basah menyimpan Alkitab, mengikuti misa, atau masih tetap menyatakan diri sebagai seorang Kristen akan didenda, dipenjara, dibelenggu, dikenakan percobaan ''tangena'', atau dihukum mati.<ref>Oliver (1886), hlm.&nbsp;60–63</ref><ref name="Sunday">{{cite journal | last = Cousins | first = W.E. | title = Since 1800 in Madagascar | year = 1877–1878 | volume = 1 | journal = The Sunday Magazine for Family Reading | pages = 405–410 | publisher = Daldy, Isbister & Co | location = London }}</ref> Catatan sejarah mengenai penghukuman mati dan penyiksaan orang Kristen dikabarkan oleh para misionaris, dan para informan di pulau tersebut berupaya menyoroti tindakan yang mereka anggap sebagai tindakan "biadab" dari sang ratu.<ref name="Laidler 2005" /> Contohnya, mereka mengabarkan penghukuman mati lima belas pemimpin Kristen di muka umum di dekat istana Ratu; mereka digantung di ketinggian 150 kaki di atas jurang penuh batu, dan tali yang menggantung mereka akhirnya dipotong setelah mereka menolak untuk menyangkal agama Kristen.<ref name="Sunday" /> Katedral Andohalo kelak dibangun di tempat tersebut untuk mengenang martir-martir di tempat tersebut.<ref>Andrew, Blond, Parkinson and Anderson (2008), hlm. 79</ref> Jumlah warga Madagaskar yang tewas akibat kepercayaan mereka sulit untuk ditentukan. Misionaris Inggris untuk Madagaskar W.E. Cummins (1878) memperkirakan jumlah orang yang dihukum mati berkisar antara enam puluh hingga delapan puluh. Terdapat jauh lebih banyak orang yang diganjar percobaan ''tangena'', dijadikan buruh kasar, atau disita tanah dan harta benda mereka, dan banyak dari antara mereka yang tewas. Penindasan umat Kristen mencapai puncaknya pada tahun 1840, 1849, dan 1857; tahun 1849 dianggap sebagai tahun terburuk oleh Cummins, karena terdapat 1.900 orang yang didenda, dijebloskan ke penjara, atau diganjar hukuman lain akibat iman Kristen mereka, dan terdapat 18 orang daridi antara mereka yang dihukum mati.<ref name="Sunday" />
 
=== Perlindungan kedaulatan ===
Baris 107:
Prancis ingin mempercepat kenaikan takhta Rakoto karena mereka hendak memanfaatkan Piagam Lambert, sebuah perjanjian yang disepakati pada tahun 1855 antara perwakilan Prancis [[Joseph-François Lambert]] dengan Rakoto yang baru akan mulai berlaku setelah sang pangeran naik takhta. Piagam tersebut menjamin hak Lambert dan rekan-rekan usahanya dalam mengeksploitasi berbagai jenis sumber daya alam di Madagaskar. Menurut sebuah catatan Inggris, Lambert bersekongkol dengan Jean Laborde dan para pemimpin setempat dalam meyakinkan Rakoto untuk menandatangani sebuah dokumen yang ditulis dalam bahasa Prancis (catatan: sang pangeran tidak fasih berbahasa Prancis), dan Lambert hanya menerjemahkannya secara lisan seolah hanya berisi tentang tindakan-tindakan berlebihan sang ratu terhadap bawahan-bawahannya. Radama merasa bersimpati dengan rakyat jelata dan ingin mengurangi beban mereka, tetapi pada saat yang sama juga mencurigai maksud terselubung dari surat tersebut. Pada akhirnya ia menandatangani surat tersebut di bawah tekanan Prancis, walaupun sebenarnya ia merasa enggan. Ia tidak diberitahu bahwa di dalam surat tersebut terkandung permohonan campur tangan Prancis yang dapat berujung pada penjajahan Prancis di Madagaskar. Namun, Prancis tak bermaksud mengambil tindakan semacam itu tanpa adanya kesepakatan dari Inggris, yang memiliki pengaruh yang besar di Madagaskar. Sementara itu, Radama (yang telah bersumpah di atas [[Alkitab]] untuk tidak membocorkan perihal surat tersebut kepada orang lain) merasa khawatir sampai-sampai ia menghubungi seorang diplomat Inggris, sehingga terbongkarlah latar belakang dari penandatanganan surat tersebut. Inggris menolak bekerja sama dengan Prancis, alhasil serangan Prancis pun terhindarkan.<ref name="plot">Oliver (1886), hlm.&nbsp;80–85</ref> Namun, menurut Lambert, sang pangeran sebenarnya memang ingin mengakhiri rezim Ranavalona, dan perasaannya yang sesungguhnya terkait dengan peristiwa ini telah disalahartikan akibat propaganda Inggris.<ref>Pfeiffer (1861), hlm. 225</ref>
 
Setelah gagal mendapatkan dukungan dari salah satu negara Eropa untuk menjadikan Rakoto sebagai raja, Lambert memutuskan untuk melancarkan kudeta. Ia mendatangi istana Ranavalona pada Mei 1857 bersama dengan seorang penjelajah dunia asal Austria, [[Ida Pfeiffer]], walaupun Ida sebenarnya tidak tahu menahu soal rencana tersebut. Ida mencatat pengalamannya selama peristiwa ini dalam salah satu bukunya. Menurut Ida, Radama dan Lambert berencana menggulingkan ratu pada 20 Juni, saat para menteri dan prajurit yang setia kepada Radama akan memasuki Rova dan menyatakan kesetiaan mereka kepada sang pangeran. Ida mengatakan bahwa penyebab kegagalan kudeta tersebut adalahkonon karena [[Rainilaiarivony]] (yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi pada saat itu), karena konon ia tidak dapat memastikan kehadiran pasukan yang setia kepada Radama di lapangan istana.<ref name="Pfeiffer">Pfeiffer (1861), hlm.&nbsp;225–277</ref> Namun, menurut catatan Inggris, Radama sendiri diduga telah melaporkan persekongkolan tersebut kepada sang ratu, sehingga "kerja samasamanya"nya mungkin hanyalah suatu tipu daya untuk menjebak pihak-pihak yang bersekongkol.<ref name="plot" /> Setelah rencana tersebut dibongkar, orang-orang Eropa tidak boleh keluar dari rumah mereka di lapangan istana dan juga dilarang menerima tamu, hingga akhirnya keluar perintah pengusiran pada akhir bulan Juli.<ref name="Pfeiffer" />
 
== Pewarisan dan kematian ==
Walaupun sang ratu telah menetapkan putranya, Rakoto, sebagai penerusnya, Rainimaharo dan faksi konservatif sudah tahu bahwa Rakoto cenderung progresif, sehingga mereka mencoba mengambil tindakan agar keponakan sang ratu, Ramboasalama, yang akan naik takhta.<ref>Ade Ajayi (1989), hlm. 430</ref> Kakak beradik progresif [[Rainivoninahitriniony]] dan Rainilaiarivony (keduanya menjabat sebagai perdana menteri dan kepala angkatan bersenjata pada saat menjelang kematian sang ratu), mendukung Rakoto dan lebih dapat memengaruhi orang-orang untuk memihak kepada Rakoto, dan. merekaMereka bahkan mendapatkan dukungan dari militer. Ketika Ranavalona terbaring di tempat tidurnya dan hampir mendekati ajal, Rakoto berjaga-jaga dengan menempatkan ratusan tentara di sekeliling tempat tinggalnya di Rova Antananarivo dan juga dengan mengirim salah satu anggota keluarga Ramboasalama untuk membawa Ramboasalama ke Rova untuk bersumpah setia kepada Rakoto di depan umum.<ref name="succession">Oliver (1886), hlm.&nbsp;87–88</ref>
 
Pada 16 Agustus 1861, Ranavalona meninggal dunia di istana Manjakamiadana di Rova Antananarivo.<ref name="succession" /> Dua belas ribu [[zebu]] disembelih dan dagingnya dibagikan kepada warga untuk menghormati mendiang sang ratu, dan masa berkabung resmi berlangsung selama sembilan bulan. Jenazahnya dibaringkan di dalam sebuah peti yang terbuat dari perak di sebuah makam di kota kerajaan Ambohimanga. Selama upacara pemakamannya, sebuah percikan secara tak sengaja menyalakan mesiu yang akan digunakan untuk upacara, sehingga memicu ledakan dan kebakaran yang menewaskan sejumlah hadirin dan menghancurkan tiga kediaman kerajaan di bagian Nanjakana yang menjadi tempat digelarnya upacara tersebut.<ref name="mahandrihono">{{cite web |last=Ravalitera |first=Pela |title=Nampoina, des cases de ses ancêtres aux Rova |publisher=L'Express de Madagascar |date=19 Juli 2012 |url=http://www.lexpressmada.com/5276/print-opinion-2942.html |accessdate=11 November 2012 |archiveurl=https://www.webcitation.org/6C5lIDymD?url=http://www.lexpressmada.com/5276/print-opinion-2942.html |archivedate=11 November 11, 2012 |language=French |deadurl=yes |df= }}</ref> Pada tahun 1897, aparat kolonial Prancis memindahkan jenazah ratu dan para penguasa Merina lainnya ke pemakaman di Rova Antananarivo dalam upaya menghilangkan kesucian kota Ambohimanga. Tulang-tulangnya ditempatkan di dalam makam Ratu [[Rasoherina]].<ref>Frémigacci (1999), hlm.&nbsp;174–180</ref> Rakoto kemudian menggantikannya sebagai penguasa Madagaskar dengan nama "Radama II".<ref>Oliver (1886), hlm. 89</ref>
 
== TinggalanPeninggalan sejarah ==
Kebijakan tradisionalis Ranavalona langsung dibatalkan oleh putranya, Raja Radama II. Setelah Radama II masuk Kristen, wabah "kerasukan roh" merebak di berbagai wilayah di Imerina, sehingga banyak yang mengaitkan peristiwa ini dengan roh Ranavalona I yang sedang mengamuk.<ref>Cole (2001), hlm. 11</ref>
 
Orang-orang asing yang sezaman dengan Ranavalona sangat mengecam kebijakan-kebijakannya dan memandangnya sebagai seorang tiran atau bahkan seorang wanita gila, dan penggambaran semacam ini tertoreh dalam literatur sejarah Barat sampai dasawarsa 1970-an.<ref name="Berg">{{cite journal | last = Berg | first = Gerald | year = 1995 | title = Writing Ideology: Ranavalona, the Ancestral Bureaucrat | journal = History in Africa | volume = 22 | pages = 73–92 | doi = 10.2307/3171909 | jstor = 3171909 }}</ref><ref name="research" /> Meskipun Ranavalona biasanya digambarkan sebagai seorang penguasa yang kejam dan membenci orang asing, berdasarkan analisis sejarah yang lebih terkini, ia dipandang sebagai seorang politikus yang cerdik dan berhasil melindungi kedaulatan politik dan budaya negaranya dari cengkeraman Eropa.<ref name="research" /><ref>Sharp (2002), hlm. 44</ref> Di Madagaskar pada masa sekarang, orang-orang yang tinggal di dataran tinggi bagian tengah memiliki berbagai macam pandangan mengenai Ranavalona. Kebanyakan mengecam rezimnya, dan pandangan semacam ini paling umum di kalangan orang Kristen. Namun, ada pula yang mengagumi upayanya untuk mempertahankan tradisi dan kemerdekaan Madagaskar. Terlepas dari pandangan mereka mengenai kebijakan dalam negeri Ranavalona, mereka menganggapnya sebagai tokoh yang luar biasa dalam sejarah Madagaskar dan menyanjung kekuatannya di tengah ancaman dari bangsa Eropa.<ref name="research">{{cite journal | last = Kamhi | first = Alison | title = Perceptions of Ranavalona I: A Malagasy Historic Figure as a Thematic Symbol of Malagasy Attitudes Toward History | journal = Stanford Undergraduate Research Journal | pages = 29–32 | date = MayMei 2002 }}</ref>
 
Catatan fiksi mengenai Ranavalona dan istananya digambarkan dalam novel ''[[Flashman's Lady]]'' karya [[George MacDonald Fraser]]. Tokoh utamanya, yaitu seorang prajurit dan agen Inggris yang bernama [[Harry Paget Flashman]], menjadi penasihat militer dan kekasih Ranavalona.<ref>MacDonald Fraser (1977)</ref>
Baris 124:
 
=== Penghargaan nasional ===
* [[Berkas:The Order of the Royal Hawk (before 1823).gif|50px]] Suhu''Sovereign AgungGrand BerdaulatMaster Ordoof Rajawalithe KerajaanOrder of the Royal Hawk'' (1828).<ref>[http://www.royalark.net/Madagascar/madaga-orders.htm Royal Ark]</ref>
 
== Catatan kaki ==
Baris 131:
== Daftar pustaka ==
 
* {{cite book|last = Académie malgache|title = Collection de documents concernant Madagascar et les pays voisins, Volume 4, Part 4|publisher = Imprimerie Moderne de l'Emyrne|location = Antananarivo|language = French }}
* {{cite book|last = Ade Ajayi|first = Jacob Festus|year = 1989|title = Africa in the Nineteenth Century until the 1880s|publisher = UNESCO|location = Paris|isbn = 978-0-520-03917-9|url = http://books.google.com/books?id=sMpMuJalFKoC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last1 = Andrew|first1 = David|last2 = Blond|first2 = Becca|last3 = Parkinson|first3 = Tom|last4 = Anderson|first4 = Aaron|year = 2008|title = Lonely Planet Madagascar & Comoros|publisher = Lonely Planet|location = London|isbn = 978-1-74104-608-3|url = http://books.google.rw/books?id=UMq-2xYmCwQC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
Baris 139:
* {{cite book|last = Ellis|first = William|year = 1838|title = Volume 2 of History of Madagascar: Comprising Also the Progress of the Christian Mission Established in 1818|publisher = Fisher, Son & Co|location = London|url = http://books.google.rw/books?id=7Q9DAAAAcAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last = Ellis|first = William|year = 1870|title = The Martyr Church|publisher = J. Snow|location = London|url = http://books.google.rw/books?id=6wQNAAAAIAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last1 = Freeman|first1 = Joseph John|last2 = Johns|first2 = David|year = 1840|title = A narrative of the persecution of the Christians in Madagascar: with details of the escape of six Christian refugees now in England|publisher = J. Snow|location = Berlin|url = http://books.google.com/books?id=rAMNAAAAIAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|accessdate = February 5, Februari 2011 }}
* {{cite book|last = Frémigacci|first = Jean|year = 1999|language = French|contribution = Le Rova de Tananarive: Destruction d'un lieu saint ou constitution d'une référence identitaire?|title = Histoire d'Afrique|pages = 421–444|editor-last = Chrétien|editor-first = Jean-Pierre|url = http://books.google.com/books?id=EwjjGtHsaZsC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|publisher = Editions Karthala|location = Paris|isbn = 978-2-86537-904-0 }}
* {{cite book|last1 = Koschorko|first1 = Klaus|last2 = Ludwig|first2 = Frieder|last3 = Delgado|first3 = Mariano|year = 2007|title = A history of Christianity in Asia, Africa and Latin America, 1450–1990|publisher = Wm. B. Eerdmans Publishing Co.|location = Cambridge, U.K.|isbn = 978-0-8028-2889-7|url = http://books.google.com/books?id=dbq6fkyp698C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last = Laidler|first = Keith|year = 2005|title = Female Caligula: Ranavalona, the Mad Queen of Madagascar|url = https://archive.org/details/femalecaligulara0000laid|publisher = John Wiley & Sons|location = London|isbn = 978-0-470-02226-9 }}
* {{cite book|contribution = L'habitation à Madagascar|year = 1898|language = French|title = Colonie de Madagascar: Notes, reconnaissances et explorations|publisher = Imprimerie Officielle de Tananarive|volume = 4|url = http://books.google.com/books?id=Jp3FAAAAMAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false}}
* {{cite book|last = MacDonald Fraser|first = George|year = 1977|title = Flashman's Lady|publisher = Collins|location = London|isbn = 978-0-00-744949-1}}
* {{cite book|last = Oliver|first = Samuel|year = 1886|title = Madagascar: An Historical and Descriptive Account of the Island and its Former Dependencies|volume = 1|publisher = Macmillan and Co|location = New York|url = http://books.google.com/books?id=lKtBAAAAIAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
Baris 149:
* {{cite book|last = Prout|first = Ebenezer|year = 1863|title = Madagascar: Its Mission and Its Martyrs|publisher = London Missionary Society|location = London|url = http://books.google.rw/books?id=fK8vAQAAMAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false}}
* {{cite book|last = Raison-Jourde|first = Françoise|year = 1991|title = Bible et pouvoir à Madagascar au XIXe siècle|publisher = Karthala Editions|location = Antananarivo|isbn = 978-2-86537-317-8|url = http://books.google.com/books?id=2G5SZ0XqM48C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last1 = Ralibera|first1 = Daniel|last2 = De Taffin|first2 = Gabriel|year = 1993|title = Madagascar et le christianisme|publisher = Karthala Editions|location = Paris|isbn = 978-92-9028-211-2|url = http://books.google.rw/books?id=GOeAT76TGN0C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|language = French}}
* {{Cite book|last = Sharp|first = Leslie| title = The Sacrificed Generation: Youth, History, and the Colonized Mind in Madagascar|url = http://books.google.com/books?id=5IFbKsKxYQYC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|location = Berkeley, CA|publisher = University of California Press|year = 2002|isbn = 0-520-22951-7}}
{{s-start}}
{{S-hou|[[Merina|Dinasti Merina]]}}
{{s-reg}}
{{s-bef|before=[[Radama I]]}}
{{s-ttl|title=[[Daftar monarkipenguasa Imerina|Ratu Madagaskar]]|years=11 Agustus 1828 – 16 Agustus 1861}}
{{s-aft|after=[[Radama II]]}}
{{s-end}}
 
{{Merina monarchy}}
{{artikel pilihan}}
{{Authority control}}
{{lifetime|1782|1861|}}
{{artikel pilihan}}
 
{{Persondata
|NAME = Ranavalona I ofdari MadagascarMadagaskar
|ALTERNATIVE NAMES =
|SHORT DESCRIPTION =
|DATE OF BIRTH = 1782
|PLACE OF BIRTH = Rovan' Ambatomanoina Fokontany of Masombahiny
|DATE OF DEATH = 1861
|PLACE OF DEATH = Lapan' Manjakamiadana, Rovan' Antananarivo