Ras dan kecerdasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Uji tingkat kecerdasan yang diadakan untuk pertama kalinya bagi seluruh lapisan masyarakat [[Amerika Serikat]] merupakan ujian pendaftaran calon anggota baru angkatan bersenjata Amerika Serikat ketika peristiwa [[Perang Dunia Pertama]]. Terdapat sekelompok orang berpengaruh yang berkeahlian dalam [[eugenika|perbaikan mutu kelahiran]] ketika tahun 1920-an yang berpendapat bahwa warga Amerika Serikat berdarah Afrika beserta sejumlah warga negara asing bisa dipandang tak begitu cerdas dibandingkan orang Anglo-Sakson lantaran pembawaan gaya hidup yang cukup tampak saling berbeda. Alasan ini dijadikan bentuk sanggahan oleh ras Anglo-Sakson hingga berlanjut dengan terjadinya pembedaan perlakuan antar masing-masing ras yang mendiami Amerika Serikat. Sesudah itu, diadakan kembali penelitian-penelitian lainnya lagi terhadap hal tersebut yang membuahkan kesimpulan tentang penyalahan keras oleh sejumlah orang terhadap pandangan tersebut dengan mengungkapkan pendapat bahwa uji tingkat kecerdasan untuk calon bagian angkatan bersenjata telah memicu perkara buruk, yaitu dengan menjalarnya masalah terhadap hal ihwal penyebab yang dipengaruhi dari lingkungan seperti perkara ketidaksetaraan antar ras di Amerika Serikat, khususnya antara orang berkulit gelap dan orang berkulit terang.
 
Banyak pihak yang mulai bersawala lagi tentang tingkat kecerdasan orang Afrika dan orang berkulit terang di tahun 1969, yaitu ketika seorang pakar gejala dan kegiatan jiwa asal Amerika Serikat bernama [[Arthur Jensen]] telah mengemukakan sudut pandangnya yang dianggap layak dijadikan tolok ukur yang paling tepat benar terkait dengan kurang unggulnya tingkat kecerdasan orang Afrika dibandingkan ras berkulit terang tersebut atas alasan hasil dari dampak silsilah keturunan, ditambah lagi dengan pemberlakuan pendidikan sebagai penanganan atas hambatan perkembangan belajar yang dihadapi anak-anak Amerika Serikat berketurunan Afrika telah dicap sebagai pernyataan yang tidak begitu pantas lantaran tidak sedikitpun memberi kesan yang mengarah kepada perbaikan bagi pihak manapun. Pada tahun 1994, buku bertajuk ''[[The Bell Curve]]'' berisikan suatu alasan pembantah yang menyatakan bahwa ketidaksetaraan hubungan bermasyarakat yang saat itu melanda Amerika Serikat boleh jadi berpangkal tolak pada beragamnya nilai angka tingkat kecerdasan berdasarkan setiap ras dan secara orang-seorang, lalu sawala ilmiah dan umum pun mulai ditata ulang dengan warna yang lebih menyegarkan dan kesan yang mulai sedikit bersahabat terhadap siapapun yang ikut melibatkan diri menyuarakan pendapat. Sewaktu kegiatan perbincangan bersama tersebut mengangkat pokok pembicaraan tentang diterbitkannya buku tersebut kepada khalayak ramai, pihak PersatuanAsosiasi Antropologi Amerika Serikat (''American Anthropological Association'') ditemani pihak PersatuanAsosiasi Ilmu Gejala Dan Kegiatan JiwaPsikologi Amerika Serikat (''American Psychological Association'' atau disingkat ''APA'') resmi mengeluarkan pernyataan yang menyangkut pada desas-desus tersebut, kedua-dua pihak tersebut serentak memandang cenderung kurang percaya terhadap sejumlah pernyataan atas suatu kebenaran yang terdapat pada buku tersebut, meski pihak Persatuan Ilmu Gejala dan Kegiatan Jiwa Amerika Serikat hendak mengadakan penelitian yang mengandalkan uji coba beserta pengalaman untuk menggali kepastian desas-desus tersebut.