Ratu drag

orang yang berpakaian dan bertingkah laku dengan femininitas yang dilebih-lebihkan untuk keperluan penampilan
Revisi sejak 23 April 2023 16.54 oleh Logiclifematters (bicara | kontrib) (Pemahaman lebih lanjut yang lebih menjelaskan fenomena dan situasi sebenarnya.)

Ratu drag adalah seorang yang biasanya berpakaian hiperfeminin atau tidak sesuai dengan gendernya, dan sering kali bertindak feminin dan peran gender yang feminin pula dengan tujuan hiburan. Acapkali, mereka akan melebih-lebihkan ciri-ciri tertentu seperti dandan dan bulu mata untuk efek lucu, dramatis, atau satiris. Meskipun drag sering dikaitkan dengan pria gay atau budaya gay, ada seniman drag yang berasal dari seluruh seksualitas. Banyak jenis seniman drag yang berbeda dalam tujuannya, dari profesional yang membintangi film sampai orang yang ingin mencoba sekali, atau mereka yang memilih pakaian dan dandanan yang digunakan lawan jenis mereka dalam budayanya. Ratu drag dapat dari berbagai kelas dan budaya. Penampil drag lainnya adalah raja drag, perempuan yang tampil dengan pakaian dan peran laki-laki, dan ratu faux, perempuan yang berpakaian berlebihan bagaikan ratu drag, dan raja faux, laki-laki yang tampil seperti raja drag.

closeup of Dame Edna wearing sparkly blue dress, over-the-top eyeglass frames, and multiple finger rings
Ratu drag Dame Edna tampil di Civic Hotel, Sydney

Saat ini Ratu drag sangat meresahkan, terutama di kalangan anak-anak. Mereka membuat agenda untuk mencuci otak anak-anak terutama di sekolah, agar mereka memperaktikkan cara berpakaian dan ideologi Ratu Drag ini. Hal ini sedang marak terjadi dan meresahkan sebagian masyarakat, terutama orang tua. Di Amerika sendiri, ada beberapa negara yang membebaskan hal ini, yang mana ini merupakan penurunan moral yang sangat menyedihkan. Anak-anak bukannya diajarkan mengenai kepercayaan dan keyakinan mereka (termasuk agama) tetapi justru dimasuki ide suatu komunitas yang bahkan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi secara lahiriah.

Mungkin di beberapa negara hal ini belum terjadi, namun bayangkan apa yang akan terjadi beberapa tahun kedepannya jika ini terus dibiarkan? Secara tidak sadar, poros budaya dunia sendiri mengarah kepada negara adidaya Amerika Serikat. Siapa yang mengira bahwa isu LGBT+ akan sebesar sekarang ini, namun lihatlah sekarang yang terjadi di sekitar anda.

Adalah benar untuk mencintai semua orang, namun apakah dengan begitu berarti kita menentang nilai hidup dan keyakinan serta logika kita? Mencintai dan mengasihi manusia bukan berarti kita setuju dengan tindakan mereka. Kita mengasihi mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, namun tidak mendukung perbuatan mereka, terlebih jika itu salah dan merugikan orang lain. Sama halnya dengan toleransi, kita toleransi dengan manusia, bukan dengan yang mereka yakini. Jadi tidak mendukung ideologi mereka bukan berarti rasis, homophobia, ataupun lainnya, tapi memang itu bukan dan tidak sesuai dengan apa yang kita pegang sebagai nilai hidup kita. Jika komunitas ini menentang apa yang kita yakini, bukankah berarti mereka juga adalah seorang yang rasis?

Himbauan yang sebaiknya diterapkan adalah kepada para orang tua dan generasi muda, sebaiknya lebih berhati-hati dengan hal-hal seperti ini. Tanpa sadar, banyak sekali agenda terselubung yang dijadikan ajang untuk menyebarkan ideologi mereka. Bisa melalui bidang musik, penyanyi, selebriti, olahraga, bahkan film kartun sekalipun. Dan terkhusus kepada orang tua, sebaiknya memberikan pendidikan internal keluarga pula, pastikan anak anda bukan seorang korban dan agenda pencucian otak ini, perhatikan apa yang anak anda "konsumsi" dan tonton. Bersekolah di sekolah publik tidak menentukan anak anda aman, jadi berhati-hatilah.


- Kebebasan bukan berarti seenaknya saja melakukan sesuatu, untuk segala sesuatu ada batasnya, untuk segala sesuatu ada standarnya. Kebenaran itu ada.

Referensi