Roehana Koeddoes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 139.192.104.25 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh RushingBot
Tag: Pengembalian SWViewer [1.4]
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Baris 47:
Terampil menulis, Koeddoes tidak berhenti mengajar kerajinan perempuan. Dia percaya dalam mendidik wanita secara keseluruhan. Tahun berikutnya, ia mengirim surat kepada [[Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja|Soetan Maharadja]], pemimpin redaksi ''[[Oetoesan Melajoe]]'' ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]]: ''Utusan Melayu''), mengusulkan untuk memulai sebuah surat kabar berorientasi perempuan.{{cn}}
 
Maharadja telah mendengar tentang kegiatan pendidikan Ruhana, dan pada tanggal 10 Juli 1912, terbitan pertama ''[[Soenting Melajoe]]'' ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]]: ''Sunting Melayu''), sebuah surat kabar berbahasa Melayu dengan pembaca yang dituju, diluncurkan.<ref name="Adam 142-4" /> Nama surat kabar tersebut mengacu pada Sunting, hiasan kepala tradisional yang dikenakan oleh perempuan, tetapi juga merupakan plesetan dari kata lain yang berarti menyunting atau mengoreksi. Ruhana menjadi pemimpin redaksi, dibantu oleh putri Soetan Maharadja, Zoebaidah Ratna Djoewita.<ref name="2 News" /><ref>[http://www.ruangbaca.com/ruangbaca ''Sunting Melayu''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090426043224/http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/ |date=2009-04-26 }}, Ruangbaca</ref> Ia menyatakan bahwa surat kabar tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan perempuan Indonesia, terutama karena sedikit dari mereka yang bisa membaca bahasa Belanda dan materi pendidikan modern yang tersedia dalam [[bahasa Melayu]] (Indonesia) relatif sedikit.<ref>{{cite news |title=Moderne Maieische Vrouwen. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:002789022:mpeg21:a00032 |work=De Expres |date=1912-08-27}}</ref> Surat kabar itu membahas isu-isu sosial hari itu, termasuk tradisionalisme, poligami, perceraian, dan pendidikan anak perempuan.<ref name="Adam 142-4" /> Sebagian besar penyumbang adalah istri pejabat pemerintah atau bangsawan.<ref name="Adam 142-4" /> Akhirnya penerbitan surat kabar yang berkelanjutan mengilhami penciptaan lebih banyak masyarakat pendidikan seperti yang telah diciptakan Ruhana pada tahun 1911.<ref name="Adam 142-4" />
 
Keinginan untuk berbagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di kampungnya ditunjang kebiasaannya menulis berujung dengan diterbitkannya surat kabar perempuan yang diberi nama ''[[Soenting Melajoe]]'' pada tanggal 10 Juli 1912. ''Soenting Melajoe'' merupakan surat kabar yang terbit tiga kali dalam seminggu. ''Soenting Melajoe'' tercatat dalam sejarah sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.<ref name=":1" /><ref name="Adam 142-4" />