Rumah panggung Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Tag: kemungkinan perlu dirapikan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 82:
=== Material ===
[[Berkas:Lantai rumah si pitung.jpg|kiri|jmpl|Lantai kayu jati Rumah Si Pitung]]
Material rumah etnik Betawi tempo dulu biasanya berasal dari bahan-bahan yang tumbuh di lingkungan sekitar, seperti kayu sawo, kayu nangka, bambu, kayu kecapi, kayu cempaka, juk, dan [[rumbia]].{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=34: "Bahan-bahan material bangunan etnik Betawi tempo dulu adalah bahan alami yang terdapat di alam sekitar, seperti kayu sawo, kayu nangka, bambu, kayu kecapi, cempaka, juk, dan rumbia ..."}} Material bangunan rumah Betawi Pesisir utamanya terdiri dari kayu, [[bambu]], dan genteng merah. Kayu yang digunakan bermacam-macam. Untuk tiang rumah bisa menggunakan [[Merbau|kayu besi]] atau [[Jati|kayu jati]]. Kayu besi atau jati dipilih karena dianggap kuat untuk menahan beban berat. Kayu ini juga dikenal anti-serangga pemakan kayu dan terkenal kuat untuk menahan pengaruh [[air asin]] dari laut.<ref name=":5">{{Cite web|url=https://jakarta.go.id/artikel/konten/3415/panggung-rumah|title=Panggung, Rumah|last=|first=|date=|website=Provinsi DKI Jakarta|access-date=15 April 2019|archive-date=2019-04-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20190416060903/https://jakarta.go.id/artikel/konten/3415/panggung-rumah|dead-url=yes}}</ref> Kayu nangka juga kerap dijadikan pilihan utama selain jati, karena kekuatan kayu tersebut hampir sebanding dengan kayu jati. Ini adalah salah satu sebab orang Betawi gemar menanam pohon nangka di halaman rumahnya. Namun, tidak semua struktur rumah boleh menggunakan bahan kayu nangka, khususnya struktur ''drampol'' atau ''trampa'' yang berada di bawah.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Sebenarnya struktur dan kekuatan kayu yang berasal dari pohon nangka hampir sebanding dengan pohon jati sehingga pohon nangka kerap dijadikan pilihan utama sebagai material pembuatan rumah ..."}} Menurut tradisi, orang Betawi pantang melangkahi kayu nangka, karena dipercaya akan mendatangkan penyakit.{{Sfn|BP Budpar|(2002)|p=10.:" Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Betawi, kayu nangka sebagai bahan bangunan yang dipilih tidak boleh dibuat dari "trampa" atau "drompot" yaitu bagian bawah kusen pintu, sebab orang yang melangkahi kayu nangka bisa terkena penyakit kuning..."}}
 
Rangka rumah Betawi Pesisir memakai kayu jati atau [[Shorea|kayu meranti]]. [[Durian|Kayu duren]] dipakai untuk membuat lantai rumah, sedangkan [[Rasamala|kayu rasamala]] dan [[Kecapi (buah)|kayu kecapi]] dipasang untuk tiang-tiang panggung. Kayu digunakan untuk bangunan utama. sedangkan bangunan tambahan dan langit-langit rumah memakai bambu. [[Genteng atap|Genteng]] merah disusun atau dipasang sebagai atap rumah.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Sebenarnya struktur dan kekuatan kayu yang berasal dari pohon nangka hampir sebanding dengan pohon jati sehingga pohon nangka kerap dijadikan pilihan utama sebagai material pembuatan rumah ..."}}
Baris 103:
Sebagai masyarakat yang merupakan hasil percampuran dari berbagai multietnis, banyak kepercayaan yang terbawa hingga saat ini dalam budaya orang Betawi. Salah satunya adalah pantangan dan aturan ketika mendirikan rumah.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Sebagai masyarakat yang dibentuk oleh multietnis, banyak kepercayaan-kepercayaan yang terbawa hingga sekarang ..."}} Menurut tradisi, kedua hal tersebut dimaksudkan agar si penghuni rumah terhindar dari musibah dalam hidupnya. Jika tidak melanggar dipercayai mereka akan mendapatkan keselamatan atau mendapatkan hal-hal yang baik dalam hidupnya ketika menghuni tempat tinggalnya itu.<ref name=":4" />{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Pada prinsipnya larangan serta aturan tersebut ditujukan agar penghuni yang kelak menempati rumah yang sedang dibangun terhindar dari musibah dalam hidupnya ..."}} Pantangan dan aturan dalam budaya Betawi terkait material, tanah tempat rumah akan didirikan, posisi bangunan, dan aturan-aturan pendirian rumah.<ref name=":4" />
 
Kusen pintu bagian atas pada rumah-rumah Betawi umumnya berbahan kayu cempaka. Kayu cempaka sendiri memang berbau harum, sehingga kayu ini juga bermanfaat sebagai pengharum ruangan alami. Secara filosofis, keharuman kayu cempaka akan membuat penghuni rumah selalu dalam keadaan baik, sehat, dan disenangi tetangga-tetangganya.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Kayu cempaka merupakan salah satu kayu yang berbau harum ..."}} Sementara kayu dari pohon asem, walaupun mudah ditemui, pantang untuk dipakai. Menurut kepercayaan orang Betawi, kayu asem bisa meruntuhkan wibawa si empunya rumah. Selain itu jika dimanfaatkan, kayu ini dikhawatirkan akan menganggumengganggu hubungan dengan para tetangga.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Pohon asem sering ditemukan berada di kebun-kebun warga Betawi., tetapi bila diperhatikan ternyata pohon asem hampir tidak pernah dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah ..."}}
 
Pantangan lainnya adalah menggunakan kayu nangka untuk bagian bawah kusen pintu yang biasa dilangkahi orang. Hal ini karena dalam kepercayaan masyarakat Betawi, orang yang melangkahi kayu nangka dapat dihinggapi penyakit kuning.{{Sfn|BP Budpar|(2002)|p=10.:" Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Betawi, kayu nangka sebagai bahan bangunan yang dipilih tidak boleh dibuat dari "trampa" atau "drompot" yaitu bagian bawah kusen pintu, sebab orang yang melangkahi kayu nangka bisa terkena penyakit kuning..."}} Larangan keras lainnya adalah menggunakan bahan yang mengandung unsur tanah sebagai material pembuatan atap. Bagi orang Betawi, tanah seharusnya berada di bawah. Menggunakannya sebagai bahan atap seolah mengubur penghuninya di dalam tanah.<ref name=":4" />
 
Rumah tidak boleh didirikan di atas tanah yang dikeramatkan.<ref>{{Cite web|url=https://jakarta.go.id/artikel/konten/4151/rumah-betawi|title=Rumah Betawi|last=|first=|date=5 Oktober 2017|website=jakarta|access-date=13 Mei 2019|archive-date=2019-05-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20190513160007/https://jakarta.go.id/artikel/konten/4151/rumah-betawi|dead-url=yes}}</ref> Rumah baru hendaknya didirikan di sebelah kiri rumah orang tua atau [[mertua]]. Jika posisinya berada di sebelah kanan, dipercayai keluarga sang anak akan sakit-sakitan atau bahkan menjadi susah rezekinya.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=74: "Akan tetapi, ada kepercayaan orang Betawi yang melarang rumah anak didirikan tepat di sebelah kanan rumah orang tuanya ..."}} Saat tanah yang akan dibangun rumah mulai diratakan, masyarakat Betawi meletakkan lima garam bata di keempat pojok bangunan dan satunya lagi diletakkan di tengah-tengah. Ritual ini dimaksud agar si pemilik rumah tidak diganggu roh-roh jahat.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73: "Pada saat meratakan tanah di lokasi rumah akan dibangun, biasanya masyarakat Betawi meletakkan lima garam bata di keempat pojok bangunan dan satu garam bata lagi di tengah-tengah ..."}}
 
== Pengaruh ==
Baris 123:
[[Berkas:Dipan2a.jpg|jmpl|Dipan, tempat duduk orang Betawi biasanya ada di teras, mengadopsi dari budaya Tionghoa]]
[[Berkas:Besi tempa peninggalan belanda.jpg|jmpl|Konsol besi melengkung pada bagian depan Rumah Si Pitung sebagai ornamen dekoratif, juga struktur penyangga atap. Unsur ini diadopsi dari arsitektur Belanda]]
Selain Sunda, budaya Jawa memiliki pengaruh yang kuat terhadap budaya setempat, khususnya dalam hal arsitektur rumah etnik Betawi. Kebudayaan Jawa terlihat pengaruhnya pada rumah-rumah Betawi yang berdiri di kawasan-kawasan yang pernah dikuasai pasukan dari Demak dan Cirebon. Budaya Jawa yang dibawa pasukan itu dapat dilihat pada rumah-rumah Betawi yang bentuknya hampir mirip dengan rumah Joglo di Jawa Tengah.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=18: "Pengaruh Jawa pada arsitektur rumah Betawi terlihat jelas pada rumah-rumah di kawasan yang dulunya dikuasai oleh pasukan dari Demak dan Cirebon yang berbudaya Jawa ..."}} Pengaruhnya bisa dilihat terutama pada konstruksi atapnya yang sama-sama beratap limas serta menjulang ke atas. Perbedaannya terletak pada  tiang-tiang utama penopang struktur atapnya. Pada rumah Joglo Jawa, tiang-tiang tadi merupakan unsur penting yang berfungsi membagi ruangan rumah. Sementara pada potongan rumah Joglo Betawi, fungsi tiang utama sebagai pembagi ruangan tidak terlihat.{{Sfn|Swadarma|2014|p=20: "Konstruksi rumah joglo Jawa sedikit banyak ikut memengaruhi rumah Betawi. terutama dari konstruksi atapnya ..."}}
 
=== Melayu ===
Baris 173:
=== Buku ===
* {{cite book|title=Hasil pemugaran Dan temuan benda cagar budaya Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I)|author=Anom|first=I.G.N|date=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1996|isbn=|location=Jakarta|pages=|language=|ref={{sfnRef|Anom, dkk(1996)}}|page=|last2=Sugiyanti|first2=Sri|last3=Hasibuan|first3=Hadniwati|last4=Dewi|first4=Puspa|last5=Ernawati|first5=|last6=Sumono|first6=Hardini|last7=Supriyatun|first7=Rini|last8=lsmijono|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8157/1/HASIL%20PEMUGARAN%20DAN%20TEMUAN%20BENDA%20CAGAR%20BUDAYA%20PJP%20I.pdf}}
* {{cite book|title=Arsitektur Tradisional Betawi -, Sumbawa -, Palembang -, Minahasa, -dan Dani|author=BP Budpar|first=Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia|first=|date=|publisher=Seksi Publikasi Subdit Dokumentasi dan Publikasi Direktorat Tradisi dan Kepercayaan Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata|year=2002|isbn=|location=Jakarta|pages=|language=|ref={{sfnRef|BP Budpar(2002)}}|url-status=live|page=|last2=|first2=|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8244/1/ARSITEKTUR%20TRADISIONAL.pdf|edition=1}}
* {{Cite book|title=Dapur dan Alat-alatAlat memasakMemasak tradisionalTradisional PropinsiProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta|last=Idik|first=Mutholib|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Budaya Daerah|year=1986|isbn=|location=Jakarta|page=|ref={{sfnRef|Mutholib, dkk(1986/1987)}}|url-status=live|last2=Attahiyat|first2=Chandrian|last3=Fachruddin|first3=Sugiyo|last4=Nasir|first4=Djaelani}}
* {{Cite book|title=Ekspedisi Ciliwung Laporan Jurnalistik Kompas. Mata Air, Air Mata|last=|first=|publisher=PT. Kompas Media Nusantara|year=2009|isbn=978-979-709-425-6|location=Jakarta|page=|editor-last=Karim|editor-first=Mulyawan|ref={{sfnRef|Karim(2009)}}}}
* {{Cite book|title=Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi|last=Lohanda|first=Mona|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional|year=1995|location=Jakarta|page=100-113|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7530/1/SUNDA%20KELAPA%20SEBAGAI%20BANDAR%20JALUR%20SUTRA%20Kumpulan%20Makalah%20Diskusi.pdf|ref={{sfnRef|Lohanda(1995)}}|editor-last=Leirissa|editor-first=R.Z}}
Baris 183:
* {{Cite book|title=Ikhtisar Kesenian Betawi|last=Ruchiat|first=Rachmat|publisher=Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta|year=2003|isbn=979-95292-2-0|location=Jakarta|page=|ref={{sfnRef|Ruchiat, dkk(2003)}}|edition=2|last2=Wibisono|first2=Singgih|last3=Syamsudin|first3=Rachmat}}
* {{Cite book|title=Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66|last=Saelan|first=Maulwi|publisher=Visimedia|year=2008|isbn=|location=Jakarta|page=|ref={{sfnRef|Saelan(2008)}}}}
* {{cite book|title=Jakarta Daridari Majakatera Hingga VOC|author=Saidi|first=Ridwan|date=|publisher=Yayasan Renaissance|year=2002|isbn=978-602-513355133-353-4|location=Jakarta|pages=|language=|ref={{sfnRef|Saidi(2019)}}|url-status=live|page=|last2=|first2=|url=|edition=}}
* {{Cite book|title=Aneka Desain Rumah Bertingkat|last=Sardjono|first=Agung Budi|publisher=Griya Kreasi|year=2006|isbn=9792636080978-979-2636-10-9|location=Jakarta|page=|ref={{sfnRef|Sardjono(2006)}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Kearifan Lokal Etnik Betawi|last=Suswandari|first=|publisher=Pustaka Pelajar|year=2017|isbn=978-602-2292297-75353-6|location=Yogyakarta|page=|ref={{sfnRef|Suswandari(2017)}}|url-status=live}}
* {{cite book|title=Rumah Etnik Betawi|author=Swadarma|first=Doni|date=|publisher=Griya Kreasi|year=2014|isbn=978-979-6616612-21212-3|location=Jakarta|pages=|language=|ref={{sfnRef|Swadarma(2014)}}|url-status=live|page=|last2=Aryanto|first2=Yunus}}
* {{cite book|title=Pesona Indonesia|author=Tanjung|first=Anita Chairul|date=|publisher=Gramedia Pustaka Utama|year=2018|isbn=978-602-060619-191616-3|location=Jakarta|pages=|language=|ref={{sfnRef|Tanjung(2018)}}|url-status=live|page=|last2=|first2=|url=|edition=}}
 
=== Jurnal ===
Baris 211:
* {{Cite journal|last=Dianty|first=Grace Putri|year=2017|title=Arsitektur Tradisional Rumah Betawi ‘Keturunan’. Akulturasi Arsitektur Tradisional Betawi dengan Arsitektur Tradisional Cina (Etnis Tionghoa)|url=http://repository.uki.ac.id/182/1/ARSITEKTUR%20TRADISIONAL%20RUMAH%20BETAWI%20%E2%80%98KETURUNAN%E2%80%99.pdf|journal=Scale|publisher=|volume=5|issue=1|pages=|doi=|issn=2338-7912|ref=}}
* {{Cite journal|last=Hidayat|first=Rakhmat|year=2010|title=Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah|url=http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/486|journal=Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan|publisher=Universitas Negeri Jakarta|volume=16|issue=5|pages=|doi=|issn=|ref=}}
* {{cite book|title=Proceeding Seni Rupa dan Desain Dalam Transformasi Budaya Indonesia|date=|publisher=Universitas Kristen Maranatha Fakultas Seni Rupa & Desain Program Studi Desain Interior|year=2008|isbn=|location=Bogor|pages=|language=|ref=|page=|url=http://repository.gunadarma.ac.id/727/1/ARSITEKTUR%20VERNAKULAR%20DI%20JAKARTA%20DAN%20SEKITARNYA_UG.pdf|editor-last=Kusbiantoro|editor-first=Krismanto|editor-last2=Pandanwangi|editor-first2=Ariesa|editor-last3=Oktavia|editor-first3=Tantri|access-date=2019-04-20|archive-date=2018-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20181101172202/http://repository.gunadarma.ac.id/727/1/ARSITEKTUR%20VERNAKULAR%20DI%20JAKARTA%20DAN%20SEKITARNYA_UG.pdf|dead-url=yes}}
* {{Cite journal|last=Lahji|first=Khotijah|last2=Walaretina|first2=Rita|year=2018|title=Keberlanjutan Material Konstruksi Pada Pembangunan Rumah Betawi|url=https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/lslivas/article/view/2753|journal=Prosiding Seminar Kota Layak Huni / Livable Space|publisher=Trisakti|volume=|issue=|pages=|doi=|issn=|ref=|access-date=2019-04-20|archive-date=2019-04-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20190420030047/https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/lslivas/article/view/2753|dead-url=yes}}
* {{Cite web|url=https://tirto.id/siapakah-pribumi-asli-jakarta-cyBl|title=Siapakah Pribumi Asli Jakarta?|last=Raditya|first=Iswara N|date=19 Oktober 2017|website=tirto|access-date=19 April 2019}}