Rusli Amran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
Baris 25:
==== Gaya ====
 
Rusli Amran telah banyak menghasilkan buku samasa hidupnya. Kehadiran buku-bukunya dianggap dapat semakin menyibak awan gelap yang menyelubungi [[sejarah Sumatera Barat]]. Dalam kaitan ini, makin terasa betapa upaya yang dilakukan Rusli selama bertahun-tahun dengan semangat akademis yang tinggi dan menjalin kembali untaian sejarah yang telah terlepas. Terlebih lagi, buku-bukunya tidaklah ditulis dengan [[bahasa]] yang kering dan membosankan, tapitetapi sebaliknya, bahkan kocak.
 
Sebagaimana dimaksudkan Rusli, buku-bukunya tidak dimaksudkan sebagai buku teks dalam artian yang [[konvensional]], tapitetapi sebuah buku [[sejarah]] yang ditulis secara populer, dengan gaya bercerita, agar dapat dibaca kalangan luas, terutama oleh generasi muda. Latar belakang Rusli sebagai seorang yang menguasai betul bahasa sumber (seperti [[bahasa Belanda]]) sangat membantu. Selain itu, ketajaman pena Rusli, pendiri dan pemimpin ''Harian Berita Indonesia'', sebagai [[wartawan]] pada masa awal [[kemerdekaan Indonesia]], ditambah lagi dengan kejelian matanya sebagai [[diplomat]] dalam melihat sesuatu di balik yang tersirat, sehingga ia bukan saja berusaha membeberkan cerita sejarah dengan cara yang hidup dan mengasyikkan, tapitetapi sekaligus juga memberi arti plot-plot sejarah itu secara berkesinambungan. Cara Rusli melihat peristiwa-peristiwa sejarah itu adalah dengan kacamata bangsa sendiri, walau bahan yang dipakai hampir seluruhnya diramu dari sumber-sumber [[Belanda]].
 
Namun menurut Jeffrey Hadler, profesor di Departmen of South and South East Asian Studies University of California Berkeley, yang lebih penting dari tulisan Rusli Amran adalah kebaikan hatinya selama melakukan penelitian terhadap arsip-arsip tersebut dengan menggandakan setiap artikel dan [[manuskrip]] yang ada mengenai [[Sumatera Barat]] yang sangat banyak jumlahnya. Rusli Amran menggandakan dokumen-dokumen tersebut dan menyimpannya dalam tiga lokasi yang berbeda di [[Sumatera Barat]] yaitu: perpustakaan bagian literatur [[Universitas Andalas]] di [[Limau Manis, Pauh, Padang|Limau Manis]], Gedung Abdullah Kamil di Padang bagian ruang baca, dan Pusat Dokumentasi dan Inventori Budaya Minangkabau di [[Padang Panjang]]. Melalui usaha Rusli Amran ini pelajar yang berminat pada [[sejarah Sumatera Barat]] dapat menjangkau buku yang menyediakan gambaran yang jelas dan tanpa pretensi mengenai [[Sejarah Nusantara (1800-1942)|masa kolonial]]. Terlebih lagi mereka dapat menjangkau sumber yang asli tanpa harus pergi ke [[Belanda]] maupun [[Jakarta]].